Kehidupan Brian yang menjadi pemuda begajulan dan merupakan anggota geng motor, tiba-tiba berubah total saat sang ayah mengusirnya dari rumah. Dia terpaksa belajar mandiri dengan menjadi kurir pengantar makanan untuk menyambung hidup.
Sialnya, malam itu dia terjebak dengan seorang perempuan mandiri bernama Naomi yang mendapat fitnah dari tetangganya. Mau tak mau Brian dan Naomi harus menikah karena fitnah itu.
Namun, baik Brian maupun Naomi tak ada yang mau mengumumkan pernikahan mereka dan merahasikannya sampai waktu berpisah tiba. Akankah mereka sanggup merahasiakan pernikahan itu sampai akhir?
cek visual di ig @ittaharuka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bad Boy | Bab 30
Brian baru menyadari bahwa tempat kerja Naomi adalah kantor ayahnya. Karena wanita itu buru-buru pergi, dia tidak sempat menanyakan hal ini padanya.
Suara Pak Jefri yang memanggil namanya, membuat Brian urung meninggalkan kantor milik papanya. “Papa!” Brian melepaskan kembali helm yang tadinya sudah dipakai.
Suami Naomi itu menghela napas berat. Sebenarnya dia enggan bertemu dengan sang ayah, tapi kalau dia pergi begitu saja, Brian tidak bisa memamerkan pada sang ayah bahwa dia bisa hidup tanpa memakai nama Atmaja.
“Kamu ke sini mau minta uang?” ejek Pak Jefri yang sampai turun dari mobil untuk bertemu putranya.
Pak Jefri yang memang masih sangat muda, membuat orang-orang tidak akan menyangka bahwa Brian adalah anaknya. Mungkin, orang-orang akan mengira kalau mereka adalah kakak adik karena wajah tampan keduanya yang tidak begitu mirip.
Brian tersenyum kecut, lalu mengeluarkan dompet dan mengambil semua kartu debit dan kredit yang menjadi fasilitasnya. “Mau balikin ini! Bilang juga, sama asisten Papa, jangan telfon-telfon!”
Kartu-kartu milik Brian itu berpindah tangan. Kini, Brian hanya memiliki kartu identitas dan kartu mahasiswa saja di dompetnya.
“Papa jadi penasaran, bagaimana sih cara kamu bertahan hidup sekarang? Kalau kamu berurusan sama hukum lagi, Papa nggak akan bantu kamu Brian!”
Ancaman sang ayah bagi Brian hanya seonggok batu kerikil yang tak akan pernah dia gubris. Namun, dari kata-kata sang ayah itu, sepertinya memang Brian dibebaskan tanpa pengawasan sekarang. Nyatanya, Pak Jefri tidak membahas kehidupannya yang tinggal dengan seorang wanita.
“Pak Atmaja nggak usah khawatir! Aku nggak akan minta bantuan apa pun kok. Lebih baik aku mendekam di penjara daripada harus minta tolong sama Anda!” balas Brian merasa kesal.
Pemuda itu merasa di atas angin sekarang. Dia punya tempat tinggal dan punya penghasilan yang dirasa cukup untuknya bertahan hidup dan membiayai kuliahnya sendiri. Brian merasa, dia tidak akan membutuhkan ayahnya.
“Oke! Tapi, kalau kamu kembali sama papa, maka papa akan menikahkanmu dengan pilihan papa. Kamu siapkan diri, Brian!”
Brian memicingkan mata. Rahangnya mengeras dan hatinya ingin mengumpat. Namun, laki-laki itu enggan menanggapi ocehan ayahnya dan langsung mengendarai motor usai memakai helm.
Melihat putranya yang masih marah, Pak Jefri Atmaja hanya bisa mendesaahkan napas berat. Mau bagaimanapun, Brian terlalu susah untuk dibujuk, sama seperti ibunya.
Sementara itu, Naomi berpapasan dengan Rio di lift. Seperti biasa, laki-laki itu akan menyapa Naomi. Rupanya tanda merah di leher sang wanita cukup menarik perhatiannya dan membuat Rio merasa penasaran. Apalagi, Naomi berangkat diantar seorang cowok.
“Yang tadi pacar kamu ya?” tanya Rio, merasa ragu-ragu.
“Pa-pacar?”
Naomi tentu tahu yang Rio maksud adalah Brian. Pasti Rio juga melihat saat Brian mengikat rambutnya.
“Yang motornya keren. Pantas saja kamu bilang kalau dibonceng motor seperti itu bikin sakit pinggang, ternyata pacar kamu motornya sama,” kata Rio.
Perasaan Rio benar-benar hancur saat mengatakan itu pada Naomi. Tadi malam juga dia melihat pacar Naomi datang, pasti mereka bertengkar karena dia mengantar wanita itu. Tanda merah di leher Naomi juga pasti disengaja supaya Rio berhenti mengganggu Naomi.
Naomi hanya mengangguk. Dia pikir, dengan begini Rio akan menjauhinya. Biar bagaimanapun, gadis itu tidak mau memberi harapan pada Rio. Sementara hubungannya dengan Brian juga masih belum jelas meski mereka menjadi suami istri.
Pintu lift terbuka, Naomi keluar lebih dulu meninggalkan Rio yang mulai berpikir negatif tentangnya. Sampai akhirnya, Naomi berpapasan dengan Alma.
Sahabat Naomi itu tampak sangat syok saat melihat leher Naomi yang merah-merah.
“Naomi, leher kamu kenapa? Kamu ada alergi?” teriak Alma dengan panik.
Kening Naomi berkerut. Dia tampak ragu dengan apa yang dilihat sahabatnya itu. “Alergi?” Gadis itu mengambil kaca dari tas dan mulai memperhatikan lehernya dari pantulan kaca.
Betapa terkejutnya Naomi saat melihat tanda merah yang cukup banyak di lehernya. Hal itu tentu membuat Naomi akan merasa malu sepanjang hari.
Yang tadi malam udah berhasil aku sembunyikan. Sekarang, dia berulah lagi. Kenapa tadi aku nggak sadar sih? Awas saja ya kamu, Brian!
***
Siapa yang mau menyelamatkan Brian 🤣🤣