Luka Hati Seorang Istri

Reno dan Bu Retno sedang duduk di sofa ruang tamu setelah Dewi pulang. Disana juga ada Mega dan Sindi yang yang kepo dengan hubungan Reno dan Dewi. Mereka masih betah ngobrol - ngobrol membahas apa yang sudah terjadi antara Dewi dan Reno.

"Ren, ibu sangat senang kalau kamu dan Dewi bisa bersama, apalagi sampai menikah."

"Iya Ren, mbak juga setuju kalau kamu jadi sama Dewi."

Timpal Sindi.

"Aku juga tidak mengira kalau Dewi masih mau denganku. Padahal dulu aku sempat mengecewakannya. Selain itu statusku dan dia juga sudah berbeda. Tapi aku masih belum yakin kalau semua akan berjalan dengan lancar karena perbedaan kita Bu, keluarganya tentu ingin yang terbaik untuk anaknya."

"Kamu tenang saja, Dewi itu anak satu - satunya. Tentu orang tuanya akan menuruti semua kemauan anaknya."

"Mereka orang kaya Bu, berbeda dengan kita."

"Kamu jangan minder gitu dong mas, jabatan kamu sekarang manager, tentu sangat sepadan dengan mbak Dewi."

"Iya Ren, kamu harus semangat, Dewi itu cinta mati sama kamu, buktinya sudah delapan tahun tapi dia masih tetap menunggu kamu."

Reno masih diam dan tampak berfikir.

"Sudahlah, kalau soal Ayu jangan kamu fikirin lagi. Segera kamu masukkan gugatan ke pengadilan secepatnya, agar kamu bisa segera menikah dengan Dewi."

"Iya Ren, kalau kamu menikah dengan Dewi nantinya, hidup kita akan berubah. Terutama kamu, kamu tidak perlu lagi memikirkan uang. Kalau butuh tinggal minta sama Dewi, pasti dikasih. Mbak saja sudah tidak sabar ingin merasakan harta Dewi yang banyak itu. Pasti kita juga akan kecipratan banyak Ren."

"mbak Sindi benar mas, kita pasti akan dukung hubungan mas Reno dengan Mbak Dewi."

"Baiklah kalau begitu, besok aku akan langsung ke pengadilan untuk memasukkan berkas gugatan, karena surat - suratnya juga sudah lengkap tinggal mendaftarkan saja. Hari ini mas sudah urus semua suratnya."

"Bagus Ren, makin cepat akan makin baik. Biar tahu rasa sinAyu itu. Emangnya enak jadi janda."

"Ya sudah, aku mau pulang dulu, mau istirahat."

Setelah Reno pulang Sindi serta suami dan anaknya juga pamit pulang. Suami Sindi dan Mega memang tidak terlalu banyak bicara. Mereka lebih memilih bermain dengan anak - anaknya daripada harus mengurusi hidup saudara iparnya itu. Yang penting bagi mereka istrinya tetap masih mendapatkan jatah uang bulanan dari Reno.

***

Saat ini Reno sudah berada di pengadilan agama untuk mendaftarkan gugatan perceraiannya. Dia datang bersama dengan pengacaranya, Reno memang memilih menggunakan pengacara karena dia tidak mau kalau Ayu sampai akan menuntut harta gono - gini darinya.

hampir satu jam Reno berada di sana untuk mengurus segala persyaratannya. Memang mengurus menggunakan pengacara lebih cepat dan mudah daripada mengurus sendiri sehingga Reno tidak terlalu repot memikirkan langkah yang akan diambil.

Hari ini Reno meminta izin dari kantornya agar bisa lebih focus mengurus berkas - berkas gugatannya. Tapi tanpa dia tahu ternyata keputusannya untuk cuti malah menimbulkan keributan di kantornya. Karena laporan yang harusnya dia selesaikan hari ini justru belum dikerjakan. Sedangkan berkas itu akan digunakan untuk presentasi di depan clien penting.

Atasan Reno begitu marah saat ini. Dia meminta sekretarisnya untuk menghubungi Reno.

"Segera hubungi pak Reno dan suruh dia datang ke kantor sekarang."

Ucap pak Agung dengan marah, dia adalah atasan Reno saat ini. Lalu sekretarisnya bergegas kembali ke mejanya untuk menghubungi Reno. Tapi berkali - kali dia menghubungi HP Reno, selalu tidak tersambung. Dia bergegas memberi laporan kepada Pak Agung tentang hal ini. Dan hal itu membuat kemarahan pak Agung semakin memuncak.

"Baiklah, suruh pak Reno menghadap saya besok pagi kalau dia sudah sampai kantor."

"Baik pak, saya permisi dulu kalau sudah tidak ada yang ingin disampaikan."

Lalu sekertaris itu keluar dan kembali ke mejanya.

Reno memang sengaja mematikan HP nya hari ini karena dia tidak ingin diganggu saat berada di pengadilan. Dia ingin bisa fokus sepenuhnya. Dan saat sampai di rumah pun dia lupa menyalakan HP nya dan langsung tertidur di kamarnya. Dia merasa lelah, sehingga tidak sadar belum menyalakan HP nya kembali. Reno tidur dengan pulas sehingga tidak terasa dia sudah tertidur selama tiga jam. Dan selama itu pula sekertaris pak Agung selalu mencoba menghubunginya. bahkan pesan pun sudah dikirim puluhan kali tapi tetap saja belum ada jawaban satu pun dari Reno. Hingga sekertaris itu merasa putus asa dan pasrah dengan kemarahan bosnya.

"Bagaimana, apa sudah ada kabar dari pak Reno?"

"Belum pak Agung, saya sudah telepon berkali - kali, dan mengirim pesan juga, tapi belum ada balasan dari pak Reno."

Pak Agung hanya diam saja, karena percuma juga kalau harus marah pada sekertarisnya. Dia memang sedang kesal, karena ulah karyawannya yang bernama Reno, kini dia harus kehilangan kerja sama dengan salah satu clien pentingnya. Padahal sudah jauh - jauh hari dia berpesan agar menyelesaikan berkas laporan agar tidak ada sesuatu yang kurang ketika cliennya datang.