Apa jadinya bila seorang gadis yang baru lulus SMA harus menjadi seorang ibu pada anak kembar 7 yang tidak sengaja ia temukan. mampukah gadis itu merawat anak kembar 7 itu sendirian? Atau malah di titipkan kepanti asuhan? temukan jawaban nya di novel ini. kalau penasaran baca yuk.
Cerita ini hanya lah fiktif semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ram di culik ( part 2)
.
.
.
Keenam bersaudara itu jadi panik, karena ram belum juga kembali dari toilet.
"Lebih baik kita susul dia," saran Ray.
"Usul yang bagus, mari!" Ren.
Akhirnya mereka pun menyusul ke toilet, tiba di toilet mereka tidak mendapati Ram di sana.
Mereka semakin panik kala mendapati tas milik Ram tergeletak di lantai dekat pintu toilet.
"Apa jangan jangan Ram di culik?" Roy.
"Hus, jangan ngawur kamu," Rakha.
"Bukan kah kita memasang alat pelacak pada diri kita masing-masing?" Raffa.
Ray menepuk keningnya, karena melupakan hal sepenting itu.
"Aku akan lacak keberadaan Ram, Ren kamu telepon Daddy, kita perlu bantuan dari Daddy." Ray.
Ray mengeluarkan iPad nya lalu melacak keberadaan Ram. Sedangkan Ren menelpon Daddy nya.
Darmendra yang sedang berada di makam Monalisa, sudah bersiap siap untuk pulang. tapi sebelum ia masuk kedalam mobil ponsel nya berdering. Darmendra pun menjawab panggilan itu.
"Halo Daddy, Ram di culik." kata Ren to the point.
"Ha.. kok bisa? kalian dimana sekarang?" tanya Darmendra.
"Kami masih di sekolah, Ray sedang melacak keberadaan Ram," jawab Ren.
"Kalian tunggu disitu, Daddy akan segera kesana." ucap Darmendra.
Kemudian panggilan pun terputus.
"Ada apa, kenapa kamu nampak panik?" tanya Diva.
"Ram di culik," kata Darmendra.
Diva seketika panik mendengar putra bungsu nya di culik, walaupun dia tau Ram bisa bela diri, tapi Ram tetap anak kecil.
"Kalau begitu cepat kita cari Ram," kata Diva.
"Tenang ya, Ray sedang melacak keberadaan Ram." ucap Darmendra. Diva lupa kalau anak anaknya jenius.
"Terus mereka di mana sekarang?" tanya Diva.
"Mereka masih di sekolah, kita akan kesana dulu baru setelah itu kita menyelamatkan anak kita." ucap Darmendra.
Diva terkesiap mendengar Darmendra menyebutkan anak kita.
"Perasaan apa ini? mengapa jantung ku berdebar bila di dekat nya?" Batin Diva.
Diva dan Darmendra kini sudah sampai di sekolah si kembar. keduanya lalu turun dari mobil langsung memeluk si kembar.
"Bagaimana, apa sudah di temukan lokasi Ram sekarang.?" tanya Darmendra.
"Dad coba lihat ini," Ray menunjukkan iPad nya ke Darmendra.
"Lokasi ini sepertinya mengarah ke hutan," ucap Darmendra.
"Daddy tau lokasi ini?" tanya Ren.
"Tidak, tapi kita coba mencari titik merah ini," jawab Darmendra.
"Baik Dad," jawab si kembar kompak.
"Sebaiknya kalian pulang saja ya bersama Mommy," Darmendra.
"Tidak, kami juga akan menyelamatkan Ram," bantah Diva.
"Tapi bagaimana dengan si kembar?" tanya Darmendra.
"Kami juga akan ikut Dad," jawab si kembar.
"Baiklah kalau begitu."
Akhirnya mereka pun masuk ke mobil dan bergerak menyelusuri jalanan yang menunjukan tanda merah itu. Darmendra yang mengemudikan mobil, didepan nya terlihat titik merah itu masih bergerak.
"Lebih cepat sedikit Dad," perintah Ray.
"Ini sudah cepat." ucap Darmendra.
"Lihat titik merah nya sudah berhenti, mungkin mereka sudah sampai tujuan," kata Ray.
Ya karena Ray duduk di kursi depan bersama Daddy nya. Sedangkan Diva dan si kembar yang lain berada di kursi penumpang belakang.
Darmendra mempercepat laju mobilnya. si kembar bukan nya takut malah mereka semakin berbinar.
"Memang jiwa mereka jiwa pemberani," batin Darmendra.
kebetulan jalanan senggang jadi tidak terjadi kemacetan. Darmendra terus memperhatikan titik merah itu.
"Seperti nya titik merah itu berada di hutan, berarti Ram di sekap di hutan." batin Darmendra.
Darmendra terus melaju kan mobil nya. perjalanan mereka baru separuh jalan, Diva sudah mulai tidak tenang, ia terlalu kuatir dengan keselamatan Ram.
Sementara di markas...
Ram sudah tersadar dari pingsannya. Ram menelisik sekitar tempat yang terasa asing baginya. Beruntung Ram tidak di ikat, hanya di jaga beberapa orang saja di kamar itu. Sedangkan yang lainnya berjaga di setiap sudut, yang lebih banyak di luar.
"Paman, aku pengen pipis." kata Ram.
"Pergilah anak kecil, di sudut sana kamar mandi nya." ucap penjahat itu. Ram bangkit dari duduknya dan berjalan kearah kamar mandi. tiba didalam kamar mandi, Ram menekan tombol di jam tangan nya dan langsung terhubung kepada saudara saudara nya.
"Aku di culik dan di bawa ke hutan," ucap Ram memberitahukan kepada saudara saudaranya.
"Kami sedang menuju ke sana, kami sudah melacak keberadaan mu," kata Ray.
"Kamu baik baik saja kan, sayang." Diva.
"Aku baik baik saja Mom," Ram.
"Kamu tenang saja, kami akan menyelamatkan mu," Darmendra.
"Baik Daddy, udah dulu nanti mereka curiga." Ram pun mematikan sambungan dari jam tangan nya itu.
Ram pun keluar setelah ia berkomunikasi dengan saudara saudaranya, juga selesai pipis.
"Paman, ada air gak? aku haus Paman."
Lalu salah satu dari mereka memberikan air mineral dalam botol.
"Nih minum, kami tidak mau kamu mati karena kehausan."
Ram menerima air dalam botol itu dan meneguk nya setengah.
"Kenapa Paman menculik aku?"
"Kami cuma di perintahkan untuk menculik kamu."
"Siapa yang memerintah kan Paman?"
"Heh, anak kecil jangan banyak omong kamu, duduk saja diam diam."
Ram pun tidak lagi berbicara, bukan karena takut tapi memang Ram ingin diam saja. sedangkan penjahat itu berpikir Ram diam karena takut.
Mobil terparkir di depan markas, lalu keluar lah wanita cantik dengan pakaian yang glamor. Sungguh seksi dengan pakaian super ketat hingga menampakkan lekuk tubuhnya.
Para penjaga yang melihatnya langsung membuka kan pintu markas.
"Di mana anak itu?"
"Ada di dalam, bos."
"Hmmm, aku ingin melihat anak itu, cepat buka pintunya."
Pintu pun terbuka, terlihat lah seorang anak kecil sedang duduk di kursi kayu.
Monica terus memandangi wajah anak itu yang memang sangat mirip dengan Darmendra.
"Tidak salah lagi, anak ini memang darah daging Darmendra," batin Monica.
"Tante siapa?" tanya Ram.
"Tante kekasih ayahmu." jawab Monica.
"Benarkah Tante? berarti Tante datang untuk menyelamatkan aku?"
"Hahaha" seketika Monica tertawa mendengar pertanyaan Ram.
"Mengapa Tante tertawa? bukan kah Tante akan menolong ku?"
"Siapa bilang saya mau menolong mu? Saya menculik mu agar ayahmu datang kepadaku."
"Jadi Tante yang menculik ku?"
"Aku lah yang telah menculik mu untuk memancing ayahmu datang."
Ram kembali diam, ia tidak mau bertindak gegabah. Ram masih menunggu Daddy dan saudara saudaranya.
Sedangkan Darmendra dan si kembar masih berada di perjalanan. titik merah semakin dekat dengan mereka berada sekarang.
"Kita sudah dekat Daddy," kata Ray.
"Ya tidak lama lagi kita sampai." jawab Darmendra.
Mendengar hal itu si kembar dan Diva mengeluarkan senjata mereka masing-masing. Darmendra yang melihat reaksi putra nya sempat terkejut.
"Mengapa anak anakku seperti mafia saja?" batin Darmendra.
"Bagaimana anak anak? apakah kalian sudah siap?" tanya Diva.
"Siap Mommy," jawab si kembar serentak.
"Ternyata anak anak ku benar benar hebat," monolog Darmendra dalam hati.
.
.
.