Dari kecil hidupku sudah ku abdikan pada keluarga yang mengangkatku sebagai anak, aku adalah anak panti yang tanpa nasab, ibuku dulu seorang budak dan dia di bunuh oleh seseorang entah siapa setelah menitipkan aku di panti asuhan. Sejak umur 10 tahun seorang donatur mengadopsiku, dia adalah tuan Samer dan Ibu Luci, mereka mengangkat ku sebagai pancingan agar mempunyai anak, dan benar saja setelah satu tahun aku bersama mereka mereka mempunyai seorang anak perempuan. Tuan Samer memintaku untuk selalu melindungi anak kandungnya, hingga suatu ketika terjadi bencana dalam keluarga tuan Samer, anak dari tuan Samer memanipulasi dokumen dari sebuah perusahaan besar di negara ini. Pemilik perusahaan geram dan itulah awal kisah baru ku. Aku di tuntut oleh Nyonya Lusi menggantikan anaknya sebagai tawanan seorang yang kejam pemilik perusahaan tersebut. Diriku di sekap dan di kurung dalam penjara, entah apa yang akan ku dapatkan. Benci, dendam atau cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berdebar
Tatapan mata Bu Lena mengerjap beberapa kali di saat melihat jari tangan Asiyah bergerak, dengan cepat dia menghampiri Asiyah yang terbaring di brankar, benar saja tangan Asiyah bergerak gerak.
"Nona,, nona!" panggil Bu Lena. Sepertinya Asiyah mendengar panggilannya tapi matanya masih terpejam.
"Nona Asiyah, bangun non, ini aku Bu Lena?" Bu Lena mengulang kembali panggilan nya. Bu Lena memperhatikan ternyata mata Asiyah sedikit terbuka.
"Nona,," Bu Lena mencoba memanggil lagi. Bagai kan mendapat air di Padang yang tandus Bu Lena merasa begitu bersyukur ketika melihat mata yang beberapa hari tak terbuka dan kini terbuka dengan sempurna seraya menatapnya lama.
"Alhamdulillah, kamu sudah terbangun!" lirih Bu Lena menatap haru pada Asiyah. Asiyah tak merespon dia malah memerhatikan ke seluruh penjuru ruangan yang dia tempati.
"Saya dimana?" lirih Asiyah.
"Di rumah sakit" jawab Bu Lena. Dia baru ingat jika harus segera memanggil dokter. Bu Lena berderap melangkah meninggalkan Asiyah, Asiyah masih menyapu ke seluruh penjuru arah, terakhir dia teringat membawa bad cover yang akan di bawah ke kamar Tom setelah itu dia tak ingat apapun.
Bu Lena keluar dari kamar VIP tersebut dan melihat dokter Camelia yang sudah berjalan menjauh.
"DOKTER TUNGGU!!" panggil Bu Lena dengan lantang. Dokter Camelia segera berhenti, lalu dia menengok ke belakang.
"Ada apa Bu?" tanya dokter Camelia bingung pada Bu Lena. Bu Lena segera mendekati dokter Camelia.
"Nona Asiyah sudah sadar, cepat periksa dia!" serunya sambil menarik tangan dokter Camelia masuk ke dalam ruang dimana Asiyah di rawat. Dokter Camelia mengangguk dia membiarkan Bu Lena menarik tangannya menuju ruang dimana Asiyah di rawat.
**
Di kota lain Tom sudah selesai meeting setengah jam lalu. Tak tahu kenapa dada Tom bergemuruh beberapa kali dia sudah minum air putih, tapi tetap saja tak juga memulih.
"Mungkin aku butuh minuman bersoda?" keluhnya. Segera dia mencari di dalam kulkas minuman bersoda, tapi tidak ada di dalam kulkas itu hanya berisi air mineral dan susu saja. Tak ada minuman yang dia cari. Tom segera mengambil ponselnya segera dia menghubungi Gio untuk menyuruh housepeeking untuk mengantar minuman pesanan nya ke kamar nya.
"Aku butuh minuman bersoda!" pinta Tom, dia mematikan sambungan panggilannya. Tom memilih duduk bersandar di sofa kamar hotel tersebut. Tak lama ada bunyi bel, segera dia membuka pintu. Ternyata housekeeping mengantarkan minuman, Tom segera meraih nampan itu dan membawanya masuk, dia tak ingin ada seorangpun masuk ke dalam kamarnya.
"Kembalilah!" serunya. Tom kini membuka tutup botol minuman tersebut dan langsung menuangkan ke dalam gelas segera dia meminumnya.
"Masih sama, apa aku butuh istirahat?" Tom beralibi, Tom segera membuka bajunya dan merebahkan tubuhnya di ranjang.
Gio yang mendapat kabar bahwa Asiyah sudah sadar dari koma nya seketika membuatnya bebannya sedikit berkurang.
'Tapi jangan bilang dulu sama tuan, biar tuan tahu saat dia kembali saja' ujar Bu Lena pada Gio saat mereka berteleponan.
"Ok, tapi dia baik-baik saja kan?"
'Maksud nya?'
"Apa nona tidak hilang ingatan?" tanya Gio penasaran, dia takut seperti di kebanyakan drama kalau habis jatuh dan kepalanya terbentur apalagi dalam posisi koma waktu mereka sadar pasti lupa ingatan.
'Nona baik-baik saja, bahkan dia sempat menanyakan tuan Tom' balas Bu Lena.
"Apa? kamu serius?" Gio agak tidak percaya.
'Hem, sudahlah, aku harus kembali ke ruangan, nyonya Elina sebentar lagi datang, sampai jumpa'
Tut..
Gio menaruh ponselnya di meja, ingin sekali dia beristirahat sejenak menghilangkan penat juga capek dalam tubuhnya.
**
Di dalam ruangan Asiyah menatap wanita baya yang ada di depannya, wajah yang cantik dan anggun menunjukkan betapa berkelas kehidupan nya. Tapi dalam wajah itu nampak gurat lelah yang begitu terlihat. Tatapan mata yang tajam juga rupa yang mengingatkan dia pada seseorang yang lama tidak dia jumpai membuatnya menebak bahwa wanita baya di depan ini adalah ibu dari lelaki yang kadang dia benci, kadang pula dia rindu. Sayangnya Asiyah selalu menyangkal semua perasaan itu. Seusai Bu Lena mengabari Gio tentang kondisi Asiyah Bu Lena segera kembali ke kamar Asiyah, tak lama setelah itu ada Elina datang berkunjung ketika mendapat informasi dari Bu Lena, Elina memutuskan ingin segera menemui Asiyah, kendati waktu nya disini tidak banyak sedangkan Elina ingin mengutarakan sesuatu penting pada Asiyah.
"Syukurlah kau sudah bangun" kata Elina pada Asiyah yang baru sadar beberapa saat tadi.
"Maaf, Anda siapa?" Asiyah mencoba bertanya apa tebakannya benar adanya.
"Kau yakin tidak tahu siapa diriku?" bukan menjawab wanita baya itu malah bertanya balik pada Asiyah. Menggeleng itu lah yang di lakukan Asiyah.
"Aku Elina Dirgantara" jawab wanita baya itu yang tak lain adalah Elina mama nya Tommy Dirga. Asiyah masih diam, dia berpikir apa yang membuat ibu Tom menemuinya. Ketakutan Asiyah kembali menyarang, melihat raut wajah tegas dan tatapan mata itu membuatnya bergidik ngeri.
'Apakah dia juga ingin menghukum ku?' batin Asiyah menebak.
"Kau tenang saja, aku tidak akan menyakitimu" ujar Elina melihat raut wajah Asiyah nampak takut. Asiyah sedikit menarik nafas.
"Tapi, aku ingin kau melakukan sesuatu" lanjut Elina menatap dalam tepat di mata Asiyah. Mata hazel itu membuatnya yakin akan keputusan nya. Asiyah segera menundukkan pandangan nya
"Aku tak ingin penolakan!" sarkas Elina yang melihat raut wajah Asiyah seolah akan menolak. Asiyah mendongak menatap Elina. Ternyata keluarga Tom memang sepertinya pemaksa. Elina malah menatap balik Asiyah dengan tatapan lembut menunjukkan bahwa dia adalah seorang ibu yang menginginkan yang terbaik untuk anaknya.
"Anda tahu, disini aku hanyalah seorang tawanan bagi putra anda nyonya" timpal Asiyah.
"Hem, dan kau tahu. Baru kali ini aku melihat Tom sampai menawan seorang wanita di mension kami, apa kau pernah berpikir seorang tawanan tidak mungkin ditawan di dalam mension, bahkan penjara kami pun masih tersedia banyak yang kosong" ujar Elina. Memang benar, tapi dia di mension kan di jadikan sebagai pembantu dan di siksa, akan lebih bagus mungkin jika Asiyah di kurung di sel atau ruang khusus untuk para tawanan mereka saja. Asiyah tersenyum kecut mendengar semua itu.
'Ternyata anak sama ibu sama' batin Asiyah.
"Kau boleh meminta imbalan sesukamu" lanjut Elina. Bagi Asiyah ini cukup menarik lagian tidak ada yang bisa dia lakukan kecuali mengikuti kemauan wanita baya di depan nya saat ini, Asiyah menatap yakin pada Elina.
"Lalu apa yang anda mau nyonya Elina?" tanya Asiyah menatap dalam wanita baya itu. Begitu juga Elina dia membalas tatapan dari Asiyah.
"Kau harus menikah dengan Tom!"