NovelToon NovelToon
Sebatas Penghangat Ranjang

Sebatas Penghangat Ranjang

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Lari Saat Hamil / Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:17.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: santi.santi

NOTES!!!!
Cerita ini hanya di peruntukan untuk orang-orang dengan pikiran terbuka!!
Cerita dalam novel ini juga tidak berlatar tempat di negara kita tercinta ini, dan juga tidak bersangkutan dengan agama atau budaya mana pun.
Jadi mohon bijak dalam membaca!!!

Novel ku kali ini bercerita tentang seorang wanita yang rela menjadi pemuas nafsu seorang pria yang sangat sulit digapainya dengan cinta.

Dia rela di pandang sebagai wanita yang menjual tubuhnya demi uang agar bisa selalu dekat dengan pria yang dicintainya.

Hingga tiba saatnya dimana pria itu akan menikah dengan wanita yang telah di siapkan sebagai calon istrinya dan harus mengakhiri hubungan mereka sesuai perjanjian di awal mereka memulai hubungan itu.

Lalu bagaimana nasib wanita penghangat ranjang itu??
Akankah pria itu menyadari perasaan si wanita sebelum wanita itu pergi meninggalkannya??
Atau justru wanita itu akan pergi menghilang selamanya membawa sebagian dari pria itu yang telah tumbuh di rahimnya??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menolak

"Tapi El, ada satu hal lagi yang akan aku katakan padamu" Adrian tampak ragu-ragu mengatakannya kepada Elena.

"Apa itu??" Elena mengerutkan keningnya.

"Minggu depan Kamila akan pulang ke sini, karena libur semesternya" Adrian berhenti sejenak sambil terus menatap Elena.

"I-iya lalu??" Elena sudah mencium sesuatu yang janggal dari perkataan Adrian itu.

"Bisakah kau kembali ke apartemen mu dulu selama Kamila berada di sini?"

JEDERRRR .....

Elena kesusahan bernafas karena dadanya seperti di hantam batu yang sangat besar. Ternyata kekecewaannya yang semalam masih berlanjut juga. Padahal Elena baru saja merasa bahagia karena terbangun dari tidurnya dalam pelukan Adrian.

Elena masih membisu dengan tatapan kosongnya. Dia merasakan sakit yang amat sangat karena Adrian menyuruhnya pergi dari sana meski itu hanya sesaat. Lalu bagaimana jadinya perasaan Elena ketika perjanjian itu telah selsai dan Adrian benar-benar membuangnya.

Tak kan sanggup rasanya sampai keegoisan muncul di dalam hati Elena. Ingin rasanya menjerat Adrian selamanya agar nantinya dia tak kan terbuang begitu saja.

"El??" Adrian menyentuh tangan Elena karena wanita itu tak kunjung bersuara.

"Oh, iya tentu saja Adrian mana mungkin aku tetap berada di sini sedangkan tunangan mu berada di sini" Elena sengaja menarik tangannya yang di pegang oleh Adrian.

"A-aku harus menyiapkan sarpan. Kau mandi saja dulu"

Adrian hanya menatap Elena begitu aneh di matanya. Bahkan Adrian terus menatap punggung Elena yang menghilang dari balik pintu kamarnya.

Namun tanpa Adrian sadari, ternyata di balik punggung itu, Elena sudah tidak mampu lagi membendung air matanya. Rasanya sia-sia saja saat Elena tadi mencoba menutupi air matanya di bawah guyuran air. Nyatanya sekarang air mata itu begitu jelas terlihat di pipi Elena.

Tangannya menyapu bersih air matanya ketika ia sampai di dapur. Elena mengaku jika dirinya memang bebal. Sudah berkali-kali di ingatkan jika Adrian tidak akan pernah menganggapnya melalui tindakan dan kata-kata Adrian. Tapi Elena tetap saja keras kepala dan meyakini jika suatu saat Adrian akan membalas perasaannya.

Kini justru Elena merasa tertampar dengan ucapan Adrian. Meski Adrian mengatakan pengusirannya itu dengan lembut.

"Aku akan bertahan sebentar lagi, sia-sia saja jika aku menyerah dalam waktu sesingkat ini di saat aku sudah menyerahkan semuanya"

Elena membuang semua rasa sakit yang naru saja ia rasakan. Seolah-olah tak terjadi apapun, Elena lokasinya sarapan untuk mereka berdua.

*

*

*

Elena bersyukur ternyata Nicolas menepati janjinya untuk menyerahkan semua uangnya kepada Adrian. Entah ancaman apa yang Adrian berikan kepada Nicolas, tapi Elena dengan jelas melihat wajah Nicolas yang tegang dan ketakutan saat berhadapan dengan Adrian.

Hal itu juga mengartikan bahwa itulah hari terakhir mereka berada di sana. Semuanya sudah di selesaikan dengan baik oleh Adrian. Maka hari ini juga mereka akan kembali pulang meninggalkan kota itu.

"El??"

Elena sedikit tersentak karena Adrian tiba-tiba memeluknya dari belakang.

"Hemm" Elena masih acuh dan terus melipat baju milik Adrian yang sebagian telah ia tata rapi di dalam koper.

"Apa kau yakin ingin pulang sekarang juga?? Kau tidak ingin menghabiskan waktu denganku dulu sampai besok?? Anggap saja kita istirahat sejenak setelah pekerjaan yang telah menguras tenaga dan pikiran kita" Adrian mengecup pundak Elena berkali-kali.

Dia merindukan sentuhan Elena. Setelah beberapa hari hanya di sibukkan oleh pekerjaannya saja. Apalagi dia hanya menyentuh Elena sekali saat berada di sana selama ini.

"Untuk apa kita lama-lama di sini Adrian. Lagi pula aku juga sudah membayar tiket pesawat kit"

"Maslaah tiket bisa di batalkan, harganya tak seberapa El" Kecupan Adrian mulai menjalar ke leher Elena.

"Aku masih ingin berdua dengan mu. Kita baru melakukannya sekali saat di sini. Aku ingin lagi" Tangan Adrian mulai bergerak ke atas. Mencari benda kembar yang menjadi favoritnya.

"Kita bisa melakukannya saat tiba di rumah Adrian. Aku akan memuaskan mu tapi tidak sekarang. Lepaskan aku dulu, aku harus berkemas!!" Elena melepaskan diri dari Adrian dengan cepat.

Sementara Adrian menyadari keanehan pada diri Elena. Sejak tadi pagi wanita itu lebih banyak diam dan sekarang justru menolak ajakannya untuk berc*nta. Padahal wanita itu sendiri yang menawarkan durinya untuk Adrian.

"Kau menolak ku??" Adrian menatap Elena dengan tajam.

Tangan Elena berhenti melipat baju Adrian. Helaan nafas kasar keluar dari bibirnya.

"Bukannya aku menolak Adrian!! Aku hanya ingin cepat pergi dari sini. Kita bisa melakukannya ketika tiba di rumah, aku janji. Tapi sekarang aku harus berkemas dulu" Elena menahan dirinya agar amarahnya tak keluar saat ini.

Saat ini memang Elena sedang tidak ingin melayani Adria. Dia lelah, bukan hanya badannya namun juga hatinya. Dia tidak bisa menyerahkan dirinya pada Adrian saat ini sementara hatinya sedang tidak baik-baik saja.

Maka dari itu Elena ingin menenangkan dirinya terlebih dahulu setidaknya sampai mereka sampai di rumah. Setidaknya perasaan Elena sudah lebih baik dari pada saat ini.

"Apa kau marah karena permintaan ku tadi pagi??"

"Kenapa kau sepeka itu untuk hal-hal seperti ini Adrian?? Tapi kau tidak pernah menyadari perasaanku kepadamu!!"

"Untuk apa aku marah??"

"Lalu ke apa kau terlihat mengindari ku??" Adrian masih tidak terima dengan jawaban Elena.

"Aku hanya lelah Adrian, jangan berpikiran yang tidak-tidak!!" Elena melirik Adrian dengan Malas.

"Benarkah??" Adrian kembali mendekati Elena. Melihat Elena yang sedang merapikan bajunya. Berkali-kali menunduk memasukkan baju miliknya ke dalam koper membuat belahan dadanya terlihat jelas oleh Adrian.

Sebenarnya sejak tadi h*srat Adrian sudah tidak tertahan lagi di hadapkan dengan Elena yang bertubuh aduhai itu.

"Hemm" Gumam Elena.

"IAANN!!" Kesal Elena karena Adrian kembali memeluknya, kali ini Adrian memeluk Elena langsung dari depan.

"Apa buktinya kalau kau tidak marah saat ini??"

"Memangnya bukti apa yang kau mau??" Elena mendongak menatap wajah yang tingginya jauh di atasnya itu.

"Cium aku!!" Peringan Adrian.

Elena terdiam sejenak. Menatap bibir yang semalam mengucapkan cinta untuk Kamila. Sebuah kata yang selalu di dambakan oleh Elena.

"Kenapa diam??" Adrian sudah mendekatkan bibirnya kepada bibir Elena. Namun Adrian masih menunggu Elena yang menciumnya terlebih dahulu.

"Ayo lakukan!!"

"Baiklah Adrian, jika kata cinta itu tak bisa keluar untukku dari bibir mu ini. Setidaknya aku pernah menguasai setiap inci bibir mu bahkan seluruh rongga mulutmu!!"

Hap...

Elena membuka bibirnya dan langsung menyambar bibir Adrian. Di balik c*uman itu, Adrian tersenyum penuh kemenangan.

Meski Elena yang memulainya terlebih dahulu, namun Adrian yang memimpin permainan mereka. Adrian dengan rakus melahap bibir Elena. Bahkan l*dah keduanya saling membelit di dalam sana.

Adrian melepaskan bibir Elena dengan tak rela karena wanita itu sudah terlihat kehabisan nafasnya saat harus mengimbangi Adrian yang cukup brutal.

"Manis, bibirmu selalu manis El" Adria mengusap bibir Elena yang sedikit bengkak karena ulahnya.

1
Andaru Obix Farfum
Elena cinta buta
Eva Herlina Machmud
Luar biasa
Komariyah
Buruk
Alaric Zikri
Luar biasa
Iwan Sukendra
nyimak
mutiara dewi
Luar biasa
Alifah Azzahra💙💙
Sydah terlambat Adrian 🥺
Alifah Azzahra💙💙
Kasihan kamu Elena😭😭 Mendingan kamu pergi dari kehidupan Adrian
MAYZATUN 🥰🥰🥰al rizal
🤣🤣🤣
Desi linda Saputri
mungkin adrian udah ngresain benih2 cinta sama elena tapi dia tidak menyadarinnya...
Desi linda Saputri
aku do'akan semoga elena hamil...
biar ada kenang2an dari adrian saat mereka pisah nanti
Desi linda Saputri
aku hadiir lagi thooorrr...
ini kedua kali aku baca ini...
Lia Lia
Buruk
Eni Suherni
aku juga sudah ada 3 kalinya baca ini novel di ulang lagi/Proud/
Amelia
Luar biasa
Lina Tyas
Lumayan
Yulia Hariyono
Luar biasa
Yulia Hariyono
Lumayan
Meida R
baca yg ke 3 kali nya😁, gabutan ku kalau gak nemu novel yg seru, balik lgi baca cerita yg sudah2
Masya Allah tabarakaAllah 🙏🤲
demi Allah 🤲 sakitnya luar biasa El, 😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!