Caroline menikah dengan Bastian selama 13 tahun, dan selama itu juga tidak pernah ada kebahagiaan didalam pernikahannya. Bahkan ketika Caroline menjadi buta karena menyelamatkan Bastian, pria itu seolah tidak peduli bahkan tega berselingkuh. Di saat terakhirnya, Caroline berdoa jika dia bisa memutar kembali waktu, dia tidak akan pernah menikah dengan Bastian.
Tak disangka dewa mengabulkan permohonannya dan membuat Caroline kembali ke masa lalu. Caroline kembali di hari ketika dirinya dan Bastian menikah.
....
"Aku Caroline Rexalion membatalkan pernikahanku dengan Bastian. Aku tidak sudi menikah dengan sampah sepertimu" seru Caroline dihadapan semua tamu undangan.
"Caroline, jangan main - main. Apa - apaan sikapmu ini?" Bastian marah dan mencengkeram Caroline.
"Kau baji*ngan sialan. Mati saja kau.. Buagh" Ucap Caroline dan meninju Bastian tepat dihidungnya lalu segera pergi meninggalkan altar.
"Caroline.. Kembali kau!!!" Teriakan Bastian dibalas dengan acungan jari tengah oleh Caroline.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seraphine E, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
Di bawah langit yang hitam pekat tanpa adanya bulan atau bintang bersinar dan hanya lampu taman yang bersinar samar Louis menghentikan langkahnya dan berbalik, "Aku tidak sedang menyelinap, aku baru saja menemui uncle karena ada yang ingin aku bicarakan. Aku ingin meminta ijin bertemu denganmu, tapi tidak kukira kita akan bertemu disini lagi" kata Louis.
Caroline menatap ke arah Louis, "Daddy sudah memberitahuku, dia juga mengatakan padaku hal yang sama bahkan saat aku masih berada di rumah sakit" kata Caroline.
"Jangan merepotkan dirimu sendiri untuk hal yang tidak perlu, lebih baik kau pulang sekarang. Kau sudah mengganggu waktu tidurku" ucap Caroline dingin.
Reaksi yang sudah diduga oleh Louis, meskipun mereka bertengkar tapi ini adalah pertama kalinya bagi Louis diacuhkan seperti ini, sebelumnya Caroline masih akan menemuinya walaupun hanya beberapa menit.
"Aku tahu apa yang kau rasakan" kata Louis.
"Aku tidak mengerti dengan maksud ucapanmu. Apa yang ingin kau katakan sebenarnya?" balas Caroline menghentikan langkahnya.
"Seperti yang kau tahu, aku baru saja keluar dari rumah sakit, terlalu berat bagiku untuk memikirkan banyak hal sekaligus"
"Kau tahu apa yang ingin aku katakan dan maksud kedatanganku kemari" seru Louis.
"Tidak sama sekali" masih dengan tatapan dingin Caroline yang menatap lurus kearah Louis.
"Paman bilang, Caroline mencintaiku. Tapi kenapa aku tidak melihat rasa cinta di matanya" batin Louis.
"Aku bisa menjelaskan semuanya, sikapku padamu selama ini, aku mengakui kesalahanku"
"Kau tidak perlu menjelaskan apapun, aku mengerti dan tidak masalah bagiku"
"Apa kau serius?" tanya Louis. "Setidaknya, marahlah padaku lebih dari sebelumnya. Tampar atau pukul aku sesukamu" kata Louis.
"Untuk apa?" tanya Caroline. "Louis, semua sudah selesai, seperti yang pernah kukatakan sebelumnya. Hubungan kita tidak akan pernah berhasil. Bersama hanya akan membuat salah satu atau kita berdua merasa sakit dan menderita. Sikapmu padaku sudah menjelaskan semuanya, kau tidak perlu mengatakan apapun lagi"
"Aku tidak lagi memiliki tenaga untuk marah atau berteriak padamu. Ini terlalu melelahkan bagiku. Mungkin kita dulu sangat dekat satu sama lain, tapi sekarang kita tidak cukup dekat untuk membicarakan hal ini kan?" jelas Caroline.
"Pernikahan kita batal, kau bisa mendapatkan kebebasanmu sendiri, jadi lakukan apapun yang kau inginkan. Tapi jangan pernah melibatkanku dalam setiap keputusan atau tindakanmu" Caroline benar - benar pergi meninggalkan Louis sendirian di taman begitu selesai mengatakan hal itu kepada pria yang kini menunduk marah dan kesal pada dirinya sendiri yang begitu lemah tanpa mampu membalas perkataan Caroline.
Louis tahu ada sesuatu yang salah disaat pertama kali Caroline menemuinya setelah 2 tahun mereka berpisah, pada saat itu semua telah menjadi sangat berantakan untuk bisa diperbaiki kembali.
Apakah perasaan Caroline benar - benar telah berubah padanya? Dulu Caroline bahkan akan terlihat malu - malu jika berada di dekatnya, begitupun juga dengan Louis.
***
Pagi itu ketika sarapan, Caroline tidak mengatakan apapun kepada Edward soal pertemuannya dengan Louis semalam, Caroline tahu jika ayahnya pasti telah mengetahui hal tersebut. Diamnya Edward tidak menanyakan apapun pada Caroline pagi ini berarti Edward pun tidak ingin membahas hal tersebut.
"Caroline.." kata Edward
"Apa kau memiliki rencana hari ini?" tanyanya.
"Aku berencana mengunjungi butik, sudah cukup lama aku tidak kesana. Rossy pasti kerepotan karenanya" kata Caroline seraya menyuapkan sepotong roti ke mulutnya.
"Jangan terlalu memaksakan dirimu, kau bisa beristirahat dirumah dan menyuruh Rossy kemari" kata Beatrice.
"Tidak mom, aku ingin menghirup udara segar. Sudah cukup lama aku berdiam diri di rumah sakit dan dirumah" kata Caroline lagi.
Edward mengangguk dan memanggil Theo lalu membisikkan sesuatu. Tak lama kemudian, dua orang yang terlihat seperti bodyguard memasuki ruang makan.
"Mereka adalah pengawalmu yang baru, menggantikan Polly dan Viktor. Perkenalkan diri kalian" perintah Edward.
Kedua pengawal itu memperkenalkan diri mereka sebagai Debby dan Josh. "Semoga kalian bisa bekerja dengan baik menjagaku" kata Caroline.
Kesan pertama Caroline, kedua pengawal barunya ini terlihat lebih pendiam dan sangat menjaga jarak dibandingkan dengan ketika dia bertemu dengan Polly pertama kali. "Mungkin mereka masih merasa asing denganku" batinnya.
Seperti rencana sebelumnya, Caroline pun pergi ke butik miliknya, dari kejauhan dia dapat melihat jika butiknya cukup populer dengan banyaknya pengunjung yang berdatangan ke butik miliknya.
Dia melihat Rossy tampak sibuk melayani pembeli bersama dengan Liana. "Kalian tunggu saja disini, aku akan masuk sendiri" kata Caroline kepada kedua bodyguardnya.
Diikuti Vivian, Caroline masuk kedalam. Kedatangannya itu segera disambut bahagia oleh Rossy dan Liana, "Kalian layani saja pembeli terlebih dahulu. Aku akan menunggu didalam" ucap Caroline.
"Baik nona" baru saja Caroline akan melangkah masuk, sebuah suara sumbang menggores pendengaran mereka.
"Kudengar, kau dirawat dirumah sakit karena kecelakaan yang menyebabkan matamu buta, Tapi melihatmu disini kurasa kau baik-baik saja" ucap Patricia yang datang ke butik itu bersama dengan teman - temannya. Patrick juga ikut berada disana, pria itu memandang Caroline berusaha menahan diri dari kerinduannya selama ini.
"Patricia, jangan berbuat onar disini" bisik Patrick mencengkram tangan Patricia.
Patricia melirik kesal ke arah adiknya, dan menepis cengkraman itu. Wanita itu berjalan menghampiri Caroline dengan pongah.
"Kalau kau ingin berbelanja disini, pilih saja yang kau mau dan segera pergi" kata Caroline.
"Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku? Apa kau menjadi bodoh setelah kau gagal menikah sebanyak dua kali?" ejek Patricia.
"Aku tidak perlu menjawab pertanyaan dari perempuan bodoh sepertimu, itu hanya akan membuang waktuku" kata Caroline.
"A-apa!!! Kau menyebutku bodoh?"
"Memangnya apalagi? Meskipun aku gagal menikah sebanyak 100 kali pun, itu sama sekali bukan urusanmu. Kalau kau cukup bodoh untuk memiliki kegiatan lain selain ikut campur dengan urusan orang lain, apa lagi namanya jika bukan perempuan bodoh" sarkas Caroline.
"Hahhh.... Setelah kau mencampakkan Bastian, dan gagal menikah dengan Louis kau merasa dirimu begitu hebat untuk berbicara seperti ini padaku. Kau yang dulu bahkan tidak bisa mengangkat kepalamu dihadapanku, sekarang bertingkah seolah - olah kau lebih hebat dariku?" bentak Patricia.
"Rossy, lain kali jangan biarkan serangga seperti dia masuk kemari. Bau busuknya membuatku mual" kata Caroline, dia bersiap beranjak pergi.
"Perempuan ja*lang, siapa yang kau sebut serangga!!!" Patricia menarik lengan Caroline dan berusaha menampar pipinya.
"Plak...."
Patricia tertegun sejenak, rasa panas menyengat di pipinya. Dihadapannya, Caroline menatapnya tajam. "Jangan memaksaku untuk menyeretmu dengan paksa keluar dari tempat ini, kau tidak perlu membayar pakaian yang sudah kau pilih. Sekarang pergi dari hadapanku. Sebelum aku menginjak wajahmu" seru Caroline.
"Patrick, kuharap kau memperhatikan sikap kakakmu didepan umum kalau tidak ingin dia mempermalukan nama keluarga kalian. Anggap ini saran dari teman baik" kata Caroline.
"Maafkan sikap Patricia, aku akan mengirim surat permintaan resmi padamu nanti" kata Patrick seraya menarik Patricia yang meradang marah.
5 like + /Rose/buatmu sebagai hadiah perkenalan dariku. semangat ya kak.
jangan lupa mampir juga di karyaku
"Mencintaimu dalam DIAM"