Aqilla adalah satu satunya anak perempuan dari pasangan teguh dan Miranti. Tapi meskipun perempuan semata wayang tidak membuat ia menjadi anak kesayangan. Aqilla tidak terlalu pintar dibandingkan dengan Abang dan adikanya yang membuat ia di benci oleh sang ibu. selain itu ibunya juga memiliki trauma di masa lalu yang semakin membuat nya benci kepada Aqilla. akan kan suatu hari nanti Aqilla bisa meluluhkan hati sang ibu dan sembuh dari trauma nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Sore harinya sesuai dengan janji mereka tadi. Kini Aqilla sedang sibuk merias dirinya di depan cermin. Setelah memilih beberapa baju di lemari nya. Akhirnya Aqilla memilih untuk memakai dress selutut berwarna cream dengan potongan layer di bagian bawah. Terdapat tali yang di ikat di bagian kiri pinggang Aqilla hingga membentuk pita. Dress itu sangat pas di badannya, membuat dirinya terlihat tambah manis.
Tak lupa juga Aqilla memakai flat shoes berwarna senada dan memadukan nya dengan tas berwarna putih. Riasan wajah yang natural membuat kecantikan nya bertambah.
Suara klakson mobil Nathan sudah terdengar di bawah. Aqila segera beranjak, merapikan sedikit rambutnya yang tergerai indah.
Sontak saja kehadiran Adnan yang kini berdiri di depan pintu kamar nya itu mengejutkan Aqilla. Adnan mengamati tampilan Aqilla dari atas kebawah. Dengan tatapan mengintimidasi lelaki itu mendekatkan wajahnya pada Aqilla.
"A...Abang ngapain di sini. Ngagetin aja sih," ujar Aqilla berusaha tetap tenang. padahal jantungnya sudah ingin melompat dari tempatnya.
" mau kemana kamu. Rapi banget, terus siapa yang di bawah itu. Pacar kamu?" selidik Adnan.
"Bukan, dia cuma teman aku. Aku udah ada janji mau keluar sama dia. Jangan bilang-bilang mama yaa bang,"mohon Aqilla.
"Oke, aku gak akan bilang mama. Tapi ada syaratnya," balas Adnan dengan seringai mematikannya.
Aqilla tak tenang. pasti Syarat yang di ajukan Adnan akan merugikan dirinya lagi.
"Apa syarat nya bang?"
"Kamu harus mau ngelakuin itu lagi dalam keadaan sadar. Atau video kamu aku sebar.," ancam Adnan mengerling kan matanya.
Tubuh Aqilla menegang mendengar persyaratan yang di ajukan Adnan.Benar dugaan nya, pasti dia akan di manfaatkan oleh Abang tirinya itu. Apa dia harus menolak ajakan Nathan, tapi dia sudah berjanji. Nathan juga sudah datang, dia pasti akan kecewa jika Aqilla tiba-tiba saja membatalkan janjinya.
Tin..tinn...
suara klakson mobil Nathan kembali terdengar. Menyadarkan Aqilla dari lamunannya. Dia menarik nafas dalam dan menghembuskan nya perlahan.
"Apa Abang udah gila hah!! Kurang puas buat masa depan aku hancur. Dan sekarang dengan enaknya Abang minta lagi. Gak akan, aku lebih baik di hukum sama mama ketimbang melayani lelaki bejat kayak kamu." pungkas Aqilla.
"Yaa terserah kamu lah. Kita lihat aja nanti kalau kamu berani ngelawan aku. Aku yakin kamu akan ketagihan terus menerus. Dan nantinya tanpa ku minta pun kamu akan mengemis pada ku," ujar Adnan tersenyum licik.
"Aku pergi dulu," pamit Aqilla.
Dengan terburu dia menuruni anak tangga. Nathan sudah cukup lama menunggu di bawah. Dia sudah tidak perduli lagi dengan ancaman murahan yang di ajukan Adnan. toh selama ini juga dia sudah terbiasa mendapatkan siksaan Miranti. Tapi bagaimana jika Adnan menyebar kan videonya itu. Dia harus mencari cara untuk menghapus videonya itu dari ponsel Adnan.
"Kenapa lama sekali turun nya. Jangan-jangan kamu lupa yaa, dan baru selesai dandan," ucap Nathan di balik kemudi.
"Maaf, aku tadi ketiduran hehehe. Jadi boleh masuk gak nih," ujar Aqilla.
"Sebentar biar aku yang bukakan,"
Nathan pun keluar dari mobilnya dan berputar arah ke pintu sebelah. Membukakan pintu untuk Aqilla dengan gaya seorang pangeran yang mempersilahkan sang ratu. Nathan membungkuk kan badannya dengan sebelah tangan di dada, dan sebelah lagi membuka pintu.
"Silahkan masuk tuan putri. Kamu cantik sekali hari ini Aqilla," goda Nathan.
"apa sih kamu ini lebay tau gak. Udah yuk kita jalan mau kemana emangnya?" tanya Aqilla.
"kamu tau Aqilla, aku senang sekali bisa jalan bareng kamu. Tanpa embel-embel kakak adik. Kita memang sepantasnya menjadi sepasang kekasih bukan," ujar Nathan tak menjawab pertanyaan Aqilla.
Nathan berucap sambil terus fokus menyetir menatap jalanan. Aqilla tersenyum, setuju dengan Nathan. Dia juga dengan senang hati menerima jika Nathan menginginkan nya menjadi pasangan.
"Untuk saat ini, kita jalanin aja dulu ya Nath. Kita serahkan pada takdir, apa yang akan terjadi selanjutnya. Mama ku juga masih belum bisa terima kehadiran aku, apalagi papa kamu. Jadi, kita belum sepenuhnya jadi saudara," ujar Aqilla tersenyum.
"Berarti kalau aku nembak kamu, bakalan kamu terima dong," balas Nathan berbinar.
Aqilla tak menjawab dia hanya menunduk malu dengan pipi yang bersemu merah seperti kepiting rebus. Nathan hampir saja hilang kendali sangking senang nya melihat reaksi Aqilla. dia berusaha tenang dan kembali fokus menyetir.
"Oke, karena kamu diam itu tandanya kamu mau. Aku akan tembak kamu sekali lagi di tempat yang indah,"
Keduanya kembali diam sambil sedikit senyum malu-malu. Asik dengan pikirannya masing-masing. Seketika dia teringat syarat yang di ajukan Adnan, membuat nya sedikit panik. Apa jadinya jika nantinya Nathan mengetahui jika dirinya sudah di rusak oleh Abang tirinya itu. Apa Nathan akan meninggalkan nya.
Aqilla melirik Nathan yang terus bersenandung kecil. terlihat sekali dia sedang bahagia. dan Aqilla tidak tega menghancurkan kebahagiaan Nathan saat ini. Biarlah ini di pendam nya sendiri dulu hingga waktu yang tepat. dia akan jujur pada Nathan.
Mobil mereka berbelok ke arah taman yang dekat dengan pantai yang berada di pinggiran kota. Nathan membantu Aqilla turun dari mobilnya.
Pertama kali yang Aqilla lihat adalah pemandangan taman yang sangat cantik di penuhi dengan bunga-bunga yang bermekaran. Taman itu sudah di hias sedemikian rupa oleh Nathan. Terdapat satu meja dan dua kursi yang berada di tengah-tengah taman dengan lilin kecil di tengah nya.
Nathan benar-benar menyiapkan nya dengan baik. Semua tampak indah dengan dekorasi sederhana namun terlihat begitu mewah. Aqilla memandang penuh takjub dengan apa yang dilihatnya sekarang.
"Ini semua udah kamu siapin duluan? Kenapa?," tanya Aqilla. Nathan mengangguk.
"Tempat yang spesial untuk orang yang spesial. Aku mau menikmati sunset bareng kamu disini. lalu, kita akan menikmati indahnya pemandangan pantai di malam hari. Sambil makan malam bersama. Kamu suka kan?," ujar Nathan.
Aqilla tersenyum lebar memamerkan susunan giginya yang putih dan rapih.
"Aku suka banget. sudah lama sekali aku tidak bermain di pantai. Makasih Nathan. Ayo kita main kejar-kejaran di pantai yang kalah dapat hukuman," sorak Aqilla berlari mencuri start terlebih dahulu.
Nathan menggeleng kan kepalanya lalu ikut berlari dengan gadis itu. Hari ini, Nathan berhasil membuat Aqilla kembali tersenyum dan tertawa dengan lepas. Melupakan semua masalah yang bertubi tubi datang menghampiri nya.
Aqilla dan Nathan berlari riang ke area pantai seperti anak kecil. Mereka juga bermain air, dan saling melempar satu sama lain. Baju dan tubuh mereka basah, tapi itu tak membuat mereka berhenti bermain.
Setelah puas, keduanya pun duduk lesehan di atas pasir putih pantai. Nathan memperbaiki rambut Aqilla yang berantakan terkena angin. Lalu memeluk pundak Aqilla dari belakang dan menyandarkan kepala Aqilla di dada bidang Nathan. Menikmati hembusan angin dan suara ombak yang menenangkan.
"Aku suka kalau kamu tertawa lepas kayak tadi. Untuk pertama kalinya aku lihat kamu sebahagia itu," ujar Nathan.
Aqilla mendongak, menatap manik coklat Nathan yang indah.
"Aku udah lama gak kayak gini. Dulu, waktu papa teguh masih ada, aku sering banget ke Pantai. Main bareng sama papa berdua aja. Mama sama bang Adnan dan Alvaro gak suka sama aku. Tapi sekarang Alvaro udah jadi adik yang paling baik buat aku," jelas Aqilla.
Nathan menunduk memperhatikan wajah Aqilla yang berubah sendu sambil menerawang jauh kedepan. Tangannya mengelus lembut pucuk kepala Aqilla.
"Maafin Papa aku yaa qilla, gara-gara dia kamu jadi tumbuh tanpa kasih sayang ibu. Kamu juga jadi di singkirkan dari keluarga mu sendiri. Aku juga masih kesal dengan pengakuan papa waktu itu. Tapi di sisi lain aku bersyukur, karena dengan kejadian ini kita bisa bertemu," ujar Nathan tulus.
Aqilla menegakan tubuh nya menatap Nathan dengan serius. Dia menggenggam kedua tangan Nathan. pandangan mereka bertemu.
"Ini bukan soal siapa yang salah. tapi ini sudah menjadi takdir yang harus kita terima. Seperti yang kamu bilang tadi, pasti di balik itu semua ada hikmahnya yang kita dapat. Jangan benci papa yaa Nathan,"
Nathan menarik Aqilla ke dalam pelukan nya. Untuk yang kedua kalinya Aqilla kembali merasakan hangatnya pelukan Nathan di tubuh nya. Dada bidang Nathan sangat nyaman untuk ia jadikan sandaran.
"Ehh, Nathan liat deh itu sunset. Bagus banget..." seru Aqilla takjub.
Nathan mengambil ponselnya dan mengarahkannya pada Aqilla yang duduk tegak memandang takjub matahari terbenam. Rambut indahnya bergerak ke sana kemari tertiup angin. Setelah mengambil beberapa potret dengan pose yang berbeda, Nathan kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.
"Udahan yuk liatnya. Kita makan dulu keburu malam," ajak Nathan.
Mereka pun berjalan menuju kursi yang telah di siapkan sebelum nya. Seorang pelayan datang dengan membawa beberapa menu yang sudah di pesan Nathan. Dengan lilin yang menyala di atas meja, menambah kesan romantis makan malam mereka.
Keduanya sangat menikmati hidangan yang di sajikan. Sesekali terdengar tawa Aqilla saat Nathan melemparkan candaannya. Ternyata lelaki konyol dengan tingkah absurd nya itu bisa romantis juga rupanya.
Nathan meletakkan sendok nya. Raut wajahnya berubah serius memandang Aqilla. Dengan gugup dia pun kembali mengutarakan perasaannya.
"Hmm, jadi gimana. Aqilla shalsabilla, mau kah kau menjadi pacarku?" ungkap Nathan memegang kedua tangan Aqilla.
Satu detik. Dua detik. Nathan terpaku di tempat. Masih menunggu jawaban Aqilla.
"Nath, maaf tapi aku gak bisa. Masih banyak perempuan di luar sana. Kenapa harus aku, aku kakak kamu. Kita harus terima keadaan Nathan. Kita berdosa kalau sampai berpacaran. Setelah aku pikir-pikir lebih baik kita memang jadi kakak-adik saja," ucap Aqilla pelan.
Nathan tertegun mendengar penuturan Aqilla. Ada sedikit rasa kecewa di hatinya. Namun ia berusaha untuk tidak menampakkan nya.
"Yee... serius amat sih orang aku bercanda kok.Ya aku emang sayang sama kamu. Tapi sebagai kakak. Jangan di anggap serius yaa.heheh" jawab Nathan.
Keduanya kembali terdiam. Aqilla merasa tak enak dengan kecanggungan karena ulahnya. Dia memainkan sendoknya mengurangi resah di hatinya.
"Makasih Aqilla, udah buat aku sadar kalau perasaan aku salah.Aku janji akan tetap menjaga kamu sebisa aku. kamu tenang aja, ini gak akan merubah kedekatan kita. Aku kan tetap jadi adik dan teman yang baik buat kamu," ungkap Nathan.
penulis nya siapa
editor nya siapa
jumlah halaman nya berapa
tokoh utama nya apa
tempat tinggal nya dimana
memiliki keinginan apa
menghadapi kendala apa.