NovelToon NovelToon
Salahkah Aku Mendua

Salahkah Aku Mendua

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Teman lama bertemu kembali / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:184.4k
Nilai: 5
Nama Author: mama reni

Aku adalah Dara, aku pernah menjalin hubungan dengan Bastian semasa sekolah, tapi karena tidak direstui, akhirnya hubungan kami kandas.

Akhirnya aku menikah dengan seseorang laki-laki lain, Lima tahun kemudian aku bertemu dengan Bastian kembali, yang ternyata sudah menikah juga.

Pernikahanku yang mengalami KDRT dan tidak bahagia, membuatku dan Bastian menjalin hubungan terlarang setelah Lima Tahun.

Salahkah, aku Mendua ~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Tiga

Dara mencoba mendaftar ke kampus terdekat di daerahnya. Sudah hampir dua bulan sejak kepergian Bastian. Tak ada kabar sedikitpun dari pria itu. Pernah sekali, saat pertemuan keluarga besar, gadis itu bertanya kabar tentangnya, tapi tak ada satu orang pun dari keluarga mereka mengatakan tentang keberadaan dan keadaan Bastian. Sepertinya sengaja di sembunyikan.

Sebelum pulang ke rumah gadis itu mampir ke pasar untuk membeli bahan membuat kue. Sejak ayahnya meninggal, Dara dan ibunya membuat kue untuk dijual guna memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Saat akan pulang, Dara melihat ada kerumunan di jalan dekat pasar. Gadis itu lalu mendekati.

"Ada apa ya, Bu?" tanya Dara dengan seorang ibu-ibu.

"Ada kecelakaan, Neng," jawab ibu itu.

"Siapa korbannya, Bu? Apa pelaku bertanggung jawab?" tanya Dara lagi.

"Ibu-ibu penjual kue. Pelakunya kabur. Nggak sempat mengejar, Neng," jawab Ibu itu lagi.

Entah kenapa dia begitu tertarik dengan kecelakaan yang terjadi. Perasaannya tiba-tiba tak enak. Dia terbayang ibunya. Wanita yang telah melahirkan dirinya itu juga harus mengantar kue ke pasar-pasar. Dara lalu berjalan menuju kerumunan setelah mengucapkan terima kasih pada ibu-ibu tadi.

Ketika korban akan di bawa masuk ke ambulan, dia melihat baju yang dipakai ibu itu mirip dengan milik ibunya. Dara langsung menyingkap kerumunan dan mendekati petugas rumah sakit.

"Tunggu, Pak. Saya mau melihat korban. Sepertinya saya mengenalinya!" seru Dara.

Petugas itu berhenti dan Dara mendekatinya. Dia lalu membuka kain penutup tubuh korban. Begitu melihat wajahnya, tubuh gadis itu langsung terasa lemah dan akhirnya jatuh.

"Ibu ...," ucap Dara sebelum akhirnya jatuh pingsan.

Korban dan Dara di bawa sekalian masuk ke ambulan. Sampai di rumah sakit, tak berapa lama, Dara sadar. Gadis itu langsung bangun. Dia lalu bertanya pada perawat, dimana korban berada.

Dengan perlahan, Dara berjalan menuju kamar mayat, di mana jenazah ibunya berada. Rasanya semua bagai mimpi. Satu persatu orang yang dia cintai pergi meninggalkan dirinya.

Dara masuk ke kamar mayat, dia melihat tubuh kaku ibunya yang telah di tutupi kain. Kembali air mata jatuh membasahi pipi gadis itu.

"Ibu, kenapa kau pergi meninggalkan aku seorang diri. Siapa lagi yang akan menemaniku. Bangun, Bu. Kamu pasti bercanda'kan, Bu? Kamu tak akan meninggalkan aku!" seru Dara dengan suara serak karena menangis.

Dara mencoba berdiri dengan tegak. Dia menatap wajah ibunya yang terlihat seperti tersenyum. Gadis itu lalu memeluk jenazahnya.

"Ibu, ini pasti bohong kan. Ibu tidak mungkin meninggalkan aku. Nanti aku sama siapa, Bu. Bangunlah, Bu. Jika ibu pergi, tolong bawa aku juga. Aku tak mau sendirian. Ibu bangunlah!" ucap Dara dengan terisak.

Tak ada reaksi apa pun pada ibunya, akhirnya Dara sadar jika ibunya benar-benar telah meninggalkan dirinya. Dengan ikhlas dia melepaskan kepergian ibunya.

***

Suasana di rumah Dara sebagai rumah duka begitu mencekam. Banyak tetangga yang datang melayat karena memang ibunya yang begitu baik.

Dara mencoba tegar menghadapi semuanya. Dia juga mencoba kuat untuk dapat menyaksikan pemakaman ibunya. Namun, saat jenazah ibunya masuk ke liang lahat, pertahanan gadis itu akhirnya runtuh. Dia meronta ingin ikut masuk.

"Ibu, aku mau ikut. Aku tak mau tinggal sendiri. Bawa aku, Ibu!" teriak Dara.

Dara di pegang dan di peluk saudaranya agar tak ikut masuk. Sementara di pojok lain, Tante Erna ikut menyaksikan semuanya. Dia hanya menatap tanpa ada niat mendekati gadis itu untuk memberikan kekuatan atau sekedar menghibur hatinya yang sedang sedih.

"Ibu, kenapa ibu tak bawa aku sekalian. Aku dengan siapa di sini. Siapa lagi yang tempat aku mengadu," ucap Dara dengan suara pelan karena tubuhnya yang terasa lemah.

Dara terduduk di tanah menyaksikan jasad ibunya mulai di kubur. Perlahan tanah menutupi tubuh ibunya. Dadanya makin terasa sesak melihat semua itu.

Tak akan bisa di lihat lagi senyum ibunya. Tak akan ada lagi pelukan hangat wanita itu.

Setelah selesai prosesi pemakaman, satu persatu pelayat mulai meninggalkan area pemakaman. Dara duduk di samping makam ibunya. Menggenggam tanah kuning itu untuk menyalurkan kesedihan di hatinya.

Saat ini hanya tinggal Dara dan beberapa kerabat dekatnya saja. Gadis itu masih terus berdoa di makam ibunya.

"Ibu, aku melepasmu dengan ribuan tetesan air mataku. Aku merelakan mu dengan hati yang ikhlas. Tidak ada rasa yang lebih sakit yang aku rasakan dari kehilangan seorang ibu. Pada bunga yang ku tabur, ada rindu yang terkubur. Pada air yang ku siram, ada memori usang yang terekam. Pada ibu yang telah tiada terlebih dahulu, bisakah kau hadir menenangkan riuh rindu pada buih masa lalu? Datanglah nanti se kejab dalam tidur di mimpiku. Tiada cinta setulus cintamu, Ibu. Tiada pelukan sehangat pelukanmu, Ibu. Aku titipkan doa pada Allah, bahwa aku merindukanmu. Sekarang hanya sepucuk doa yang aku punya. Semoga kau tenang di alam sana. Sampai jumpa di surga, Ibu."

Setelah cukup lama berdoa, Dara akhirnya memutuskan pulang. Di rumah masih ada pelayat yang datang silih berganti.

Dara masuk ke kamar ibunya, terlihat semua masih sama. Hanya wanita itu tak ada lagi di sana. Gadis itu duduk di tepi ranjang. Air mata jatuh membasahi kedua pipinya.

Saat ini dia merasa sangat membutuhkan kehadiran Bastian. Namun, jangankan datang menghibur, kabarnya saja sudah tak dia dengar.

"Tian, kamu dimana? Apakah kau lupa dengan janjimu. Apakah kisah kita harus berakhir sampai di sini?"

***

Selamat Pagi. Novel mama kali ini terinspirasi dari kisah salah seorang author. Buat nara sumber, di sini mama menambah atau mengganti sedikit ceritanya. Mohon maaf jika kurang berkenan. Terima kasih atas kisahnya yang menginspirasi mama untuk di jadikan novel.

Untuk seluruh pembaca setia novel mama, tak bosan mama mengatakan, baca setiap novel yang update ya. Terima kasih. Lope-lope sekebon 😍😍😍😍

1
Hani
kasihan Dara, dia jadi korban padahal dia gak salah apapa
Susanti Wahyuningsih
Luar biasa
Safa Almira
rasain
Safa Almira
bagus
Dwi ratna
Luar biasa
Dwi ratna
Lumayan
Bunga
maampuus lelaki egois ditinggal saja cari yg baru
Bunga
ini cuma novel tapi bikin mewek
Bunga
orang tua yg egois akan menghancurkan anaknya sendiri pasti sebagai orang tua seharusnya mendukung asal anaknya dijalan yg benar kalau keliru ya dinasehati
Fitria Syafei
mama mantaf 😍😍😍
Eva Karmita
Alhamdulillah bahagia selalu untuk TiDar ❤️🥰
Siti Zuriah
akhir nya keluar jg kata restu nya dr papa nya bastian, ya memang shrs nya papa nya bastian dr dulu memberikan restu bwt bastian karna papa bastian liat sendiri kn klo kebahagiaan bastia ada dkt dara
Aprisya
Alhamdulilah, akhirnya happy ending juga,, cinta sejati emang membutuhkan perjuangan,,,
sukses selalu mama reni😍😍😍😍😍
Kotin Rahman
Alhmdulillah akire smpe di garis finis kisah cintane BasDar......slalu smgat Mama Reni...👍👍⚘⚘⚘⚘⚘
Eka ELissa
Ahir nya brahir bhgia...
aduh maaf Mak Lom smpt ke cono sibuk..mm🙏🙏🙏ntr saya kejar bap deh mak
Maharani Rani
lanjut
Ida Nur Hidayati
alhamdulillah...ikut bahafia ya Bastian Dara
Retno Harningsih
lanjut
Ninik
berarti yg ini dah tamat ya
yellya
👏🏻👏🏻happy ending,makasih mam ren buat kryanya 🙏🏻🙏🏻👍🏻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!