Apa yang diharapkan Oryza pada pernikahan yang berawal dari kesalahan? Kecelakaan malam itu membuatnya terikat dengan Orion sang pebisnis terkenal sekaligus calon tunangan adiknya, bukankah sudah cocok disebut menjadi antagonis?
Ia dibenci keluarganya bahkan suaminya, sesuai kesepakatan dari awal, mereka akan berpisah setelah anak mereka berusia tiga tahun dengan hak asuh anak yang akan jatuh pada Oryza. Tapi 99 hari sebelum cerai, berbagai upaya dilakukan Oryza mendekatkan putranya dengan sang suami juga adiknya yang akan menjadi istri selanjutnya. Surat cerai tertanda tangani lebih cepat dari kesepakatan, karena Oryza tau ia mungkin sudah tiada sebelum hari itu tiba
Jangan lupa like, vote dan komen ya🙏🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mukarromah Isn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tentang Ikhlas
HAHAHA
Tawa itu, Orion ingin selalu melihatnya. Pertama kalinya, dan ternyata benar-benar sangat indah. Indah sekali, sampai dia ingin menjadi alasan tawa itu selalu ada
"Kenapa kamu terus menatapku? Apa ada yang aneh dengan wajahku?" Oryza yang sedang fokus melempar bola pada kaleng-kaleng yang tersusun disana, langsung mengusap pipinya
"Kamu cantik"
"Aku tau" jawabnya dengan percaya diri membuat Orion tertawa
"Mama, papa, ayo naik itu" Saga menunjuk mainan kuda yang berputar dan bisa ditunggangi oleh orang dewasa. Tujuan mereka yang ingin bermain di mall malah berbalik haluan ke pasar malam
"Saga saja yang naik ya? Papa sama mama cuma liat aja dari sini"
"Yahhh, Saga mau naik bareng-bareng"
"Apa?"
"Saga mau naik bareng-bareng"
"Dia sudah bisa mengucap R?" Orion malah salah fokus dengan itu, ia tertawa saat putranya malah cemberut seperti itu
"Papa hanya bercanda sayang, ayo kita naik bareng-bareng"
Akhirnya keluarga kecil itu tertawa diatas kuda-kuda yang terus berputar dengan musik yang entah apa judulnya Orion tak tau. Orion merasa kekosongan yang dulu mulai terisi, ia tak bisa mendefinisikan rasanya bagaimana, sangat-sangat bahagia. Segala kegundahan, kecemasan, dan rasa kosong itu perlahan menghilang. Orion jadi mengerti, dulu ketika bersama Alice, ia harus menahan dirinya karena kadang apa yang ingin ia lakukan tak akan disetujui oleh Alice. Seperti bermain di pasar malam ini contohnya. Jujur saja, dulu Orion iri pada Oryza dan Rendra yang bisa tertawa sebahagia itu hanya dengan hal kecil seperti naik biang lala atau bermain rumah hantu. Jangan tanyakan dari mana Orion tau, karena ia juga lumayan aktif di media sosial, tapi tentu dengan nama akun samaran yang namanya serumit rumus matematika
"Aku tak pernah merasa sebahagia ini" Oryza menoleh begitu mereka baru saja turun, sedangkan Saga dengan cepat berpindah pada mobil-mobilan yang disebelahnya. Mainan itu hanya untuk anak kecil, jelas mereka tak akan bisa naik kalau tidak mau berakhir dimarahi petugas
"Benarkah? Dulu ketika bersama Alice..."
"Tidak pernah. Aku tidak pernah merasa sebebas dan sebahagia ini. Alice mana mungkin mau diajak ketempat seperti ini"
"Jelas saja, kamu akan terlihat tidak punya modal kalau mengajaknya kesini"
"Yang penting bahagia. Kadang seseorang terlalu mendongak keatas untuk mengejar makna bahagianya mentang-mentang posisinya lebih tinggi daripada orang lain. Padahal jika sedikit saja ia menunduk, maka ia akan menemukannya"
"Semua orang punya seleranya masing-masing. Kita tidak bisa memaksakannya, apalagi pada orang yang belum terbiasa seperti itu"
"Aku mengerti perbedaan itu nyata dan harus bisa dihadapi, hanya saja ada juga kata saling menghormati ditengahnya"
"Aku tak masalah dengan sikapnya, hanya saja dia juga harus mengerti kalau semuanya tidak harus sesuai keinginan dia"
"Bukankah dia juga menuruti keinginanmu?" Oryza balik bertanya
"Tidak selalu dan aku bisa mengerti itu. Hanya saja, kadang dia terlalu sulit untuk mengerti keadaanku juga, selalu merasa dirinya lemah karena kehilangan orang tuanya"
"Aku mengerti dia merasa kehilangan, tapi bukankah orang tuamu juga orang tuanya? Bahkan dia mengambil peran yang besar dalam mendidiknya. Aku hanya tak suka saat dia memanfaatkan kelemahan itu untuk membuat semua orang luluh padanya"
"Aku tak bisa menyalahkan tapi juga tak bisa membenarkan tindakannya. Sejujurnya, aku paham apa yang kamu maksud, dia bersikap seperti itu dan hanya menjadikan orang tuanya alasan untuk mendapatkan apa yang ia mau. Dia tak merasakan berada di pihak lain karena merasa dirinya dan hanya dirinya yang harus diperhatikan"
"Aku tak mengerti dengannya. Sejujurnya, aku pernah ada niat untuk putus dengannya. Tapi aku sadar kalau yang membuatku punya semangat untuk sembuh adalah dia, walau berakhir salah orang"
"Berarti kamu ingin mempertahankan pernikahan ini hanya karena kamu tau kalau orang itu adalah aku? Bukankah sebelumnya kamu juga bersikeras untuk berpisah?"
"Bukan hanya itu saja, tapi seperti yang aku bilang kalau aku pernah punya rasa yang kupaksa padam untukmu dari dulu. Selain itu, sekarang bukan lagi hanya tentang kita berdua, tapi juga tentang Saga. Aku tak ingin dia merasakan kehilangan peran orang tuanya"
"Tolong jaga Saga, ya?"
"Kita akan menjaganya bersama, bukan hanya aku tapi kamu juga"
.
"Apa yang Oryza katakan pada bunda? Apa dia setuju?" Alice menghampiri bundanya yang duduk sendiri di teras rumah sedang melamun menatap langit malam
"Bunda belum berbicara padanya" ucapnya berbohong
"Bukankah tadi pagi bunda memanggilnya untuk datang?"
"Iya, tapi ternyata dia ada urusan dan tak bisa datang" Alice mengerutkan alis, merasa aneh dengan reaksi bundanya yang terkesan datar? Apakah ada sesuatu yang terjadi? Apakah ada masalah begitu pikirnya
"Aku mengerti bunda. Tolong sampaikan padanya, aku tak sanggup merasakan kehilangan lagi. Kehilangan orang tua sudah cukup membuatku terguncang, aku merasa seperti sampah yang dibuang begitu saja"
"Jangan bicara sembarangan. Tidurlah sekarang, ini sudah malam" walau agak bingung, Alice mengangguk dan pergi
Bisakah ini disebut menjual nasib? Selalu mengatasnamakan lukanya. Ada banyak tangan yang sudah terulur membantu, tapi kenapa fokusnya pada luka itu saja. Semua orang tau bagaimana sedihnya tanpa perlu penjelasan panjang, hanya saja hati kita juga perlu ikhlas untuk melepas karena dunia tak jauh dari kata datang dan pergi. Melepas adalah bentuk keikhlasan kita pada sesuatu yang fana, kepemilikan sementara dari apa yang diberikan pencipta pada kita
"Bunda, lihatlah bintangnya disana"
"Hemmm, kenapa dengan bintangnya?"
"Sangat indah. Lihatlah, bukankah itu bentuknya seperti kalajengking? Oryza pernah liat dibuku"
"Putri bunda hebat sekali"
"Sayang sekali kalau dirumah bintangnya sering nggak keliatan, langitnya gelap"
"Itu namanya polusi cahaya. Cahaya berlebihan dari banyaknya lampu yang menerangi bumi berpengaruh pada langit yang terlihat lebih gelap"
"Katanya dibuku, salah satu negara terbaik untuk melihat bintang itu Italia, Oryza mau kesana"
"Nanti kalau sudah besar, Oryza pasti bisa kesana. Bukankah sekarang bintangnya juga bisa dilihat dengan jelas dari sini?" Wanita itu mengelus rambut hitam putrinya yang halus. Binar mata penasaran dan ingin tau itu membuatnya terlihat menggemaskan
"Iya, tapi Oryza juga pengen liat langit dari sana"
"Sudah berapa tahun itu berlalu nak? Kamu ternyata sudah besar sekali. Dua puluh dua tahun lalu, kalau bunda tak salah ingat. Kamu berhasil sekarang dan bunda sepertinya belum bilang selamat atas semuanya"
"Bunda seperti baru saja melihatmu kecil kemarin, dan kamu bilang dengan mudah sebentar lagi? Bunda tak puas melihatmu dan kamu bilang ingin pergi? Maafkan bunda Oryza. Gabril benar, bunda selalu menolak menjadi orang yang dianggap salah"
Oryza 😭😭😭😭😭🤧
begitulah versi cerita ni... semua feeling jg ada d situ d uli sebati ole author. huhhh sedih bnget ya
karena Allah lebih tahu bahwasanya kita tidak boleh terlalu terlena & memuja yg ada di dunia ini tanpa mengingat penciptanya... Allah mengambilnya supaya kita selalu mengingat & berdoa kepada sang pencipta