"Menikah lah dengan saya Jeslyn! Ini perintah bukan penawaran!"
"A-pa!?"
Menikah dengan boss sendiri!? Jeslyn tak pernah berpikir bahwa Louis akan melamar nya secara tiba-tiba, padahal lelaki itu jelas tidak mecintai nya! Apa yang sebenar nya lelaki itu inginkan hingga memaksa Jeslyn untuk tidak menolak titahan tersebut? Apakah sebuah keterpaksaan dari seseorang? Balas dendam? Atau alasan lain nya? Cukup Tuhan dan Louis yang tau!
Jeslyn yang memang tidak memiliki power apapun pun terpaksa mengiyakan keinginan dari Louis tanpa tau alasan pria itu ingin menikahi nya.
Lalu, bagaimana kehidupan Jeslyn kelak? Akan kah ia mampu untuk meluluhkan hati Louis? Sedangkan lelaki itu memiliki sifat kaku, dingin tak tersentuh, dan temperamental!? Belum lagi, Louis yang masih terbayang-bayang oleh masa lalu nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bertepuk12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Kekehan kecil terdengar, kepala Jeslyn mengangguk setuju, "Tolong jangan berpikir hal mesum terus menerus pada ku dan kakak mu itu, kami sebatas rekan kerja sebagai atasan dan bawahan." Jelas nya.
"Atasan dan bawahan nya?" Beo Afnan dengan kecil, lalu senyuman setan muncul disela-sela bibir nya, "Ah, aku tau, Kak Louis diatas dan kau dibawah? Begitu bukan? Atasan dan bawahan." Ujar nya dengan gerlingan tanpa dosa.
Diam, wajah Jeslyn sudah memburuk, ia benar-benar menahan kekesalan untuk tidak memukul kepala Afnan dengan kasar agar otak wanita itu kembali normal.
"Afnan! Aku serius!" Teriak Jeslyn dengan kesal, ia dengan kasar menyandarkan tubuh nya pada sandara sofa, lalu mengelus dada sabar, "Jangan membuat ku ingin memukul kepala mu itu."
Terlihat Afnan memutar bola mata jengah, lalu ia segera memposisikan tubuh nya untuk duduk menghadap Jeslyn, "Pukul saja jika berani."
Sejenak tatapan tak berminat Jeslyn layangkan, "Tidak, aku masih sayang pekerjaan ini."
"Sayang pekerjaan ini atau atasan mu?" Afnan tersenyum tanpa rasa bersalah, lalu mencolek lengan Jeslyn, bermaksud untuk menggoda wanita itu.
Dengan kasar Jeslyn memijat pelipis nya yang terasa begitu menyakitkan, ia benar-benar pusing dan tak habis pikir, mengapa Afnan selalu menggoda nya seperti ini! Membuat kepala nya nyut-nyutan saja.
Melihat keterdiaman Jeslyn tentu saja tidak membuat Afnan merasa bersalah, ia malah gercar untuk mencolek, mencubit pelan, lalu mengelus lengan Jeslyn.
"Disya sudah melahirkan, kau mau menjenguk nya?" Tanya Afnan tiba-tiba, ia juga turut menghentikan aksi nakal nya, lalu membuka totebag yang ia bawa untuk mengambil dua kaleng soda.
Mendengar ucapan itu membuat Jeslyn membuka mata nya dengan perlahan, "Sungguh? Cepat sekali dia melahirkan," Ujar nya dengan bingung.
Bukan tanpa sebab, hanya saja Jeslyn merasa kabar kehamilan Disya baru disampaikan lima bulan yang lalu, mengapa lahir nya bisa secepat itu?
Afnan menyodorkan satu kaleng soda yang mana langsung diterima Jeslyn, "Dia prematur." Jelas nya singkat, membuka pengancing soda, lalu meminum nya.
Binggung, prematur lima bulan? Memang nya bisa? Bukan kah itu beresiko pada kematian? Jeslyn sampai menggaruk rambut nya yang tak terasa gatal sama sekali, "Lalu? Bukan kah berarti masih lima bulan?"
"No Jes, kau lupa bahwa Disya tak sadar tengah mengandung? Baru ketahuan saat usia kandungan nya sudah dua bulan." Jawab Afnan dengan decakan, merasa heran karena Jeslyn sudah pikun dini.
Ahh, Jeslyn sampai menepuk dahi nya, benar ia sempat lupa bahwa Disya yang merupakan sahabat mereka tengah mengandung selama dua bulan saat dites, "Aku lupa, perempuan atau lelaki?"
"Jenis kelamin nya?" Afnan menjeda kalimat nya sejenak, kembali mengingat-ingat, "Perempuan."
Tshhh..... Jeslyn membuka kaleng soda, meneguk nya dan kembali menatap Afnan penasaran, "Mengapa prematur? Seingat ku minggu lalu saat kita bertemu dia baik-baik saja."
"Dia jatuh dari tangga, kandungan nya tak sekuat Celia," Afnan mengedikkan bahu, mencomot snack chiki yang ada didalam totebag, lalu menyodorkan pada Jeslyn, seolah-olah tengah menawarkan.
Jika membicarakan Celia sahabat mereka, Jeslyn jadi ingat betul bahwa wanita itu pernah jatuh tergelincir bahkan tumbang berkali-kali, lebih naas lagi menghantam pembatas jalan, namun kandungan nya benar-benar kuat.
"Astaga, kapan kita akan menjenguk Disya? Aku tak sabar untuk melihat ponakan baru ku." Ujar Jeslyn dengan semangat, sorot mata nya berubah antusias, sesekali ia mencomot snack Afnan.
Dengan perlahan Afnan memiringkan kepala tampak tengah berpikir, "Mengapa semangat sekali?"
Jeslyn mengalihkan perhatian nya pada TV yang sengaja ia hidupkan tadi, "Memang nya kau tak bersemangat untuk melihat keponakan baru kita?" Tanya nya dengan tatapan penasaran.
"Aku lebih semangat apabila melihat keponakan asli ku lahir dari rahim mu." Beo Afnan dengan cengiran khas, lalu ekspresi nya pun bagai orang tanpa dosa.
Lagi-lagi Afnan menggoda Jeslyn, dengan konyol nya.
"Diam! Kepala ku benar-benar akan pecah jika kau terus menggoda ku seperti ini." Keluh Jeslyn mengusap wajah kasar, lalu kembali memfokuskan perhatiannya menatap TV, yang tengah menyiarkan kabar selebriti.
Cengiran kelinci muncul pada permukaan bibir Afnan, wanita itu memegang lengan Jeslyn manja, "Kau marah?" Tanya nya takut-takut.
Menoleh sejenak, kepala Jeslyn menggeleng, "Tidak, apa aku bisa meminta bantuan mu?"
"Of course."
"Antar aku kembali keruangan ku sendiri, banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan." Pinta Jeslyn dengan tatapan memohon, tak lupa tangan nya ia katupkan, sungguh ia tidak ingin berlama- lama berada di ruangan Louis.
Sejenak, Afnan diam, lalu menggelengkan kepala tanda tak setuju, "Disini saja menemani ku," Seru nya dengan bibir mengerucut, memegang lebih erat lengan Jeslyn, "Toh kaki mu sedang sakit."
Jeslyn menghela nafas, melirik kaki nya yang memang masih membiru padahal tak terasa sakit, "Kaki ku yang sakit bukan otak ku." Ia menjawab kesal, memutar bola mata nya jengah.
"Huft.... Memang nya sebarapa banyak pekerjaan mu?" Afnan bertanya penasaran, menginggat ia hanya menganggur membuat nya jiwa keingintahuan nya tinggi, apakah bekerja memang membutuhkan mental kuat?
Wajah Jeslyn kini mendatar, tanpa ekspresi, ia kembali ingat pekerjaan nya yang benar-benar menumpuk dan harus segera dikumpulkan, terutama menulis beberapa surat penawaran yang belum ia tuntaskan.
"Banyak, maka dari itu bawa aku kembali keruangan ku," Titah Jeslyn dengan helaan nafas, "Kau tau sendiri bahwa kakak mu itu kejam, jika aku mengumpulkan pekerjaan tidak tepat waktu, gaji ku benar-benar akan habis tak tersisa."
Afnan mengedipkan mata tak percaya, "Apa dia sekejam itu pada mu?"
Bibir Jeslyn mengatup, ia tengah memikirkan kalimat apa yang cocok untuk memberitahu seberapa kejam kakak lelaki wanita itu, "Heum, sangat kejam sebenar nya, namun emh.... "
"Namun apa?" Tanya Afnan mendesak, sebal sendiri karena Jeslyn menggantungkan kalimat, membuat ia penasaran.
Karena tentu saja Afnan akan berkata bahwa Louis sungguh royal pada nya, sikap juga oke, baik dan ramah, apalagi lelaki itu hangat, bagaimana bisa saat di kantor langsung berubah 390°?
"Kau tau sendiri dia sangat tegas."
Suara dengusan terdengar, "Tentu saja itu untuk kebaikan mu, jika Kak Louis tegas dan kejam itu untuk mendidik mu agar bisa menjadi ibu yang baik bagi keponakan ku kelak."
Benar bukan? Salah jika Jeslyn mengatakan keluhan nya pada Afnan, karena wanita itu diluar nalar! Jawaban macam apa itu? Tidak nyambung sama sekali, dan lagi-lagi Jeslyn kembali menghela nafas pasrah.
"Afnan, jaga ucapan mu." Suara bariton langsung menembus indera pendengaran begitu saja, Louis lelaki itu sudah berdiri didepan pintu menjulang tinggi tak lupa dengan tatapan tajam yang menghiasi ekspresi wajah nya.
Sejenak Jeslyn maupun Afnan speechless, ahh suara lelaki itu memang mengejutkan, "Heyy kak, aku hanya mengedukasi Jeslyn saja." Jelas Afnan dengan cengiran tanpa dosa.
"Apa agenda ku selanjutnya?" Louis menghentikan langkah nya sejenak, menatap Jeslyn dengan alis yang terangkat satu.
Jeslyn menggaruk tekuk leher nya, mencoba mengingat kegiatan apa setelah ini yang harus Louis lakukan.
"Seperti nya selama empat jam kedepan anda memiliki waktu luang, "
"Lalu?"
"Pada pukul 12 AM anda akan lunch dengan kolega dari perusahaan tambang."
Kepala Louis hanya mengangguk, ia segera melangkah menuju kursi kebesaran nya, namun sebelum itu ia sempat untuk mengelus pucuk kepala Afnan lembut, penuh kasih sayang.
Setelah duduk dengan nyaman, Louis menatap Jeslyn datar, "Kau tidak ingin kembali keruangan mu?" Tanya nya bagai pengusiran, mungkin sudah malas menatap wajah polosan Jeslyn.
"Ah, baik tuan." Jeslyn menunduk, lalu menyenggol lengan Afnan, meminta agar wanita itu mau membantu nya, "Bantu aku." Pinta nya dengan tatapan memelas.
Afnan mendengus, lalu memalingkan wajah nya, "Kak, biarkan Jeslyn disini untuk menemani ku," Celetuk nya dengan bibir monggat manggut, "Hari ini aku benar-benar bosan." Keluh nya dramatis.
Sial, Jeslyn melototi Afnan seolah-olah siap memakan tubuh wanita itu, laporan serta tugas nya bahkan menumpuk dan deadline mepet, tidak mungkin bukan jika ia harus menemani wanita itu, bisa-bisa kerjaan nya tidak akan selesai.
"Tidak bisa, Jeslyn sibuk, biar kakak yang menemani mu." Louis membalas ucapan itu dengan intonasi tinggi, seolah-olah tak ingin dibantah.
Kepala Afnan menggeleng kuat, "Tidak mau, Jeslyn harus menemani ku, biar saja Kak Zico yang meng-handle tugas Jeslyn." Ujar nya dengan bibir mengerucut, "Kali ini saja ku mohon kak."
Sejenak Louis menghela nafas, ia benar-benar bimbang antara menuruti keinginan sang adik atau bersikap profesional, namun tak lama senyuman setan tercetak di bibir nya.
"Baiklah, silakan namun gaji Jeslyn ku potong 25% lagi."
SKAKMAT!
ENAK SAJA!
TIDAK MAU!
Jeslyn segera menggeleng kepala tidak setuju, "Afnan, antar aku please, gaji ku sudah terpotong 15% kemarin." Jelas nya dengan tatapan sendu.
Demi Tuhan Jeslyn tidak ingin gaji nya benar-benar habis bulan ini, bisa-bisa ia akan diusir dari apartemen dan luntang luntung di jalanan, sangat tidak lucu.
Melihat wajah Jeslyn yang mulai memburuk dan memelas, membuat Afnan menghela nafas, lalu segera menarik tangan wanita itu menuju ruangan nya.