NovelToon NovelToon
Gadis Cantik Milik Tuan Mafia

Gadis Cantik Milik Tuan Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Cinta Paksa
Popularitas:11.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nouna Vianny

Jeniffer seorang gadis cantik yang berprofesi sebagai perawat di sebuah rumah sakit desa, harus menghadapi ujian yang cukup besar dalam hidupnya. Ayah nya memiliki hutang besar kepada seorang lintah darat bernama Baron, pada suatu ketika anak buah yang bernama Tomi mengunjungi rumah Demian (Ayah dari Jeniffer). mereka menagih hutang yang di pinjam oleh Demian, makian dan ancaman terus dilayangkan oleh pria berbadan tersebut. Hingga Demian berkata akan membayar hutang nya minggu depan, saat Tomi berniat untuk melecehkan dua anak gadisnya Jeniffer dan Jessica. Kemudian di siang hari nya ada dua mobil mewah yang terparkir di halaman rumah Jessica, yang tak lain adalah milik Glenn dan klien nya. Dan itulah awal dari pertemuan Jeniffer dengan Glenn, namun pertemuan itu terjadi karena perdebatan sang adik dengan John anak buah dari Glenn.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nouna Vianny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Diculik

Malam yang gelap dan dingin telah berganti dengan sinar matahari yang membuat hangat kota Roma. Kilauan nya masuk melalui celah-celah jendela dan menyoroti wajah yang masih tertidur pulas.

Namun tidak dengan Selena, sejak tadi malam ia tidak bisa tidur. Jika mata nya akan tertutup ia segera terperanjat dan kembali menegakkan tubuhnya, khawatir akan Glenn untuk bertindak lebih jauh.

Pintu dibuka, siluet dari tubuh tinggi tegap itu terlihat jelas dalam ruangan yang gela. Glenn sengaja mengurung Selena semalaman, ia ingin lihat sampai dimana gadis itu akan bertahan.

Lampu dinyalakan, mata Selena menyipit karena merasa silau, respon mata yang tadi nya gelap melihat terang. Tentu saja akan membuat mata merasa terasa sedikit pegal.

"Kau masih hidup" Kata Glenn dengan kedua tangan di saku kiri dan kanan nya.

"Lepaskan aku berengsek!" Selena kembali meronta. kantung mata nya terlihat sedikit tebal dan bawah mata nya nampak menghitam.

Glenn tertawa lalu ia jambak rambut panjang Selena. "Kau berurusan dengan orang yang salah Nona, kau tidak tahu siapa aku?"

"Cuiihh"

Selena meludahi Glenn tepat mengenai wajah nya, tentu saja itu mengundang amarah Glenn. Ia segera mengeluarkan pistol lalu menempelkan nya pada kening Selena.

"Kau mau membunuh ku silahkan, bunuh saja aku. Aku juga sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini, Ibu ku telah meninggal satu tahun yang lalu, kemudian di susul Ayah ku yang mati di tangan mu".

"Sesuai keinginan mu"

Dor!

Selena tewas akibat timah panas yang menembus ke kepala nya. Glenn segera menyuruh anak buah nya untuk mengurus jasad wanita tersebut. Lalu menguburkan nya dengan layak.

Perintah diterima, para anak buah Glenn menggotong tubuh wanita yang telah terbujur kaku, untuk di evakuasi.

Selesai menghabisi nyawa Selena, Glenn meninggalkan tempat tersebut dan kembali ke kantor, Rencana nya siang ini ia akan bertemu dengan pemilik rumah yang ada di desa, tepat nya di jalan yang mengarah ke area proyek. Kemungkinan Glenn akan membeli rumah tersebut lalu menghancurkan nya. Agar mempermudah akses keluar masuk mobil pengangkut barang berat.

Sementara di sisi lain Daniel mendapat kabar dari orang yang diperintahkan untuk membongkar, pintu dengan rantai besi yang melintang. Petugas mengatakan jika di temukan nya senjata api zaman dulu. Kemungkinan itu adalah peninggalan nenek moyang mereka pada masa peperangan. Selain itu fakta mengejutkan juga di dapatkan oleh Daniel, pintu tersebut terkoneksi dengan pintu yang terkoneksi ke jalan raya besar. Hanya saja terhalang oleh tembok yang besar.

Lupakan tentang pintu yang telah diketahui alasan nya karena terkunci. Sekarang kini giliran Jeniffer yang seperti nya tidak akan bisa tenang. Saat pulang dari rumah sakit, ia merasa seperti ada orang yang terus mengikuti nya. Ia mencoba untuk mengabaikan rasa takut itu namun tidak bisa.

"Kak, kau kenapa seperti sedang cemas?" tanya Jessica yang sedang memainkan ponsel nya.

"Tadi saat aku pulang dari rumah sakit, seperti ada orang yang mengikuti ku".

"Mungkin hanya perasaan mu saja kak".

"Semoga saja begitu".

"Oh iya Ayah kemana?"

"Oh Ayah sedang memancing ikan".

"Memancing ikan?"

"Dari kapan?"

"Dari jam 7"

Jeniffer segera melihat arloji di dinding, ini sudah pukul 10 lewat, mana mungkin Ayah nya memancing selama itu? Apa mungkin ia belum mendapatkan tangkapan nya? Tapi setahu Jeniffer sungai tempat Ayah nya memancing itu banyak sekali ikan-ikan nya. Jadi sepertinya tidak butuh waktu berjam-jam untuk mendapatkan ikan tersebut.

Jantung Jeniffer berdegup kencang, tiba-tiba saja ia mengingat kembali akan kematian Baron. Firasat nya mengatakan bahwa kasus ini kembali dibuka, namun bukan oleh pihak berwajib. Melainkan dendam yang akan dilakukan oleh keluarga Baron.

"Jessica kita pergi ke tempat pemancingan sekarang, kita susul Ayah". Kata Jeniffer dengan nada panik. Ia segera masuk ke dalam kamar nya dan mengambil cardigan hitam serta ponsel.

"Baiklah".

Keduanya pun lekas meninggalkan rumah untuk mencari sang Ayah yang belum juga pulang dari tempat pemancingan.

Sesampai nya di sungai Jeniffer dan Jessica, tidak menemukan Ayah nya. Tidak mungkin jika Ayah nya terjatuh ke sungai dan tenggelam, karena banyak pemancing lain disana.

"Paman Albert, kebetulan sekali anda ada disini, apa kau melihat Ayah ku?"

Pria paruh baya dengan kumis jamblang mencoba berfikir, maklum saja di usia nya yang semakin senja membuat daya fikir nya berkurang.

"Kalau tidak salah Ayah mu sudah selesai memancing dari tadi".

"Apakah Paman tahu kemana Ayah ku setelah dari sini?"

"Aku tidak tahu".

Percuma saja rasanya bertanya kepada seseorang yang daya ingat nya sudah lemah, hanya akan membuang waktu dan energi. Namun dari keterangan Pria tua itu, Jeniffer dapat menyimpulkan jika sang Ayah sudah selesai memancing sejak dari tadi.

"Aku seperti nya tahu dimana Ayah sekarang?"

"Apa maksudmu kak?" Jessica menarik-narik lengan sang kakak matanya mulai berkaca-kaca, cemas akan sang Ayah yang tiba-tiba menghilang.

Suara ponsel Jeniffer berdering tanda panggilan masuk dari nomer yang tidak di kenal. Ia pun segera menerima nya dengan menggeser logo gagang telepon berwarna hijau.

"Hallo".

Kedua mata Jeniffer membulat dengan mulut menganga, ia kaget saat mendengar suara jeritan dari sebrang telepon. Suara sang Ayah yang seperti nya sedang mengalami siksaan berat dari seseorang.

"Ayah" Jeniffer berteriak histeris.

Namun seseorang di sebrang telepon tertawa puas, seakan senang mendengar penderitaan orang lain.

"Nona, jika kau ingin Ayah mu selamat. Segera temui aku di gedung kosong dekat Jalan La Flare sekarang juga. Tapi ingat hanya seorang diri, jangan membawa siapapun atau meminta bantuan pada pihak berwajib. Jika kau masih menginginkan Ayah mu hidup".

Panggilan terputus Jeniffer segera pergi menuju lokasi yang di sampaikan oleh si penelepon.

"Kak tunggu, kau mau keman" Jessica menahan langkah sang kakak.

"Aku mau menyusul Ayah dia dalam bahaya. Jes sebaiknya kau diam saja dirumah. Kunci rapat semua pintu. Jangan keluar sampai aku kembali oke".

"Tapi kau seorang diri memang nya kau bisa menghadapi mereka".

"Aku tidak takut pada mereka yang berani melukai keluargaku, aku bahkan rela mati untuk itu".

"Yasudah kau hati-hati, jika ada apa-apa segera hubungi aku".

Jeniffer lekas pergi meninggalkan sang adik, ia harus berjalan sejauh 100 meter untuk sampai di depan sebuah gang, untuk bisa memesan taksi. Ia lari dengan nafas yang terengah-engah, berhenti ketika kaki itu mulai terasa lelah.

"Itu seperti Nona Jeniffer, kenapa dia lari-lari". ucap Jhon. Mendengar Jhon menyebut nama Jeniffer, Glenn yang tengah fokus dengan ponsel nya segera mengangkat kepala.

"Jen, kenapa dia?"

Jhon pun memberhentikan mobil nya tepat di depan Jeniffer. "Nona Jeniffer, ada apa? Kenapa kau sampai lari-lari".

"Oh kebetulan sekali aku bertemu kalian disini".

Glenn menurunkan kaca mobil nya untuk bisa berbicara dengan Jeniffer. "Apa maksud mu berkata demikian?" ucap Glenn dengan nada nya yang angkuh dan ketus.

"Ayah ku di culik oleh seseorang, dan aku mendapat telepon dari penculik tersebut untuk mendatangi nya seorang diri. Sial! Kenapa hidup ku seperti sinetron akhir-akhir ini".

"Ku kira ada apa, ternyata sesuatu hal yang tidak penting"

"Hei, apa maksudmu bicara begitu berengsek!" Jeniffer kesal mendengar jawaban dari Glenn.

"Jhon lanjutkan perjalanan nya"

"Baik Tuan"

Kaca mobil pun di tutup, dan kendaraan kembali melaju meninggalkan Jeniffer yang masih dalam keadaan terengah-engah.

"Kira-kira siapa yang telah menculik Ayah Nona Jeniffer ya" kata Jhon bicara sendirian sambil menengok ke kaca spion.

"Daniel segera perintahkan anak buah kita untuk mengikuti Jeniffer, namun pastikan mereka tidak menunjukkan identitas yang sebenarnya.

"Baik Tuan".

Sebagai orang yang telah lama bergelut di dunia bawah, situasi seperti ini telah ia kuasai. Seorang wanita disuruh datang sendirian menemui penculik, lalu mengancam nya untuk tidak meminta bantuan siapapun, alasan itu sudah sangat klasik.

Jeniffer mengeluarkan ponsel nya lalu memesan sebuah taksi online dari ponsel, namun jaringan pada saat itu tidak stabil terdapat tanda x berwarna merah pada bagian batang sinyal. "Sial! Kenapa mendadak tidak ada sinyal" gerutu nya.

Sudah hampir sepuluh menit sinyal di ponsel nya tak kunjung normal, dan tidak mungkin juga ia meminjam ponsel orang lain untuk memesan taksi online tersebut. Karena kebanyakan penduduk di desa ini adalah mereka yang sudah berumur dan gagap teknologi.

"Apa aku naik bis saja ya, ah tapi ikut akan memakan waktu lebih lama".

Dari kejauhan terlihat sebuah mobil putih bertuliskan taksi. Tanpa fikir panjang Jeniffer segera melambaikan tangan dan menghentikan mobil tersebut.

Mobil tersebut berhenti tepat di samping Jeniffer, kemudian menurunkan kaca mobilnya. "Silahkan Naik Nona".

"Paman, tolong antarkan aku ke gedung kosong di Jalan La Flare".

"Baik Nona".

Mobil pun segera melaju menuju ke tempat yang di tuju.

"Untuk apa anda ingin pergi ke sana Nona?"

"Aku ingin menemui Ayah ku".

Jeniffer tampak tidak tenang selama dalam perjalanan, wajah nya gelisah sambil melihat ke arah luar.

"Sedang apa Ayah mu di gudang kosong?"

"Aku tidak tahu, mungkin dia tersesat" .

Bahkan Jeniffer pun takut untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya pada orang lain. Ia merasa dirinya tengah di awasi oleh penculik itu, dan menguping setiap pembicaraan yang keluar dari mulutnya.

"Maaf Nona, baju anda sedikit terbuka. Pakai ini". Kata sopir taksi tersebut dengan menyerah sebuah bross dengan batu warna putih.

Jeniffer terperangah mendengar ucapan sang sopir, apakah ia memperhatikan penampilan nya sejak tadi.

"Oh terimakasih" Jeniffer mengambil benda berukuran 4,5 cm tersebut dari tangan si sopir, lalu segera mengaitkan nya pada kedua sisi cardigan.

Sopir tersebut tersenyum saat Jeniffer telah mengaitkan benda tersebut pada baju nya. Dan tak terasa mereka pun sampai di jalan La Flare.

"Eh, Nona boleh aku pinjam ponsel mu sebentar. Aku ingin mengubungi istri ku dia sedang hamil, dan meminta ku untuk membelikan sesuatu yang manis. Tapi aku tidak tahu makanan manis apa yang ia inginkan".

Jeniffer tadi nya ragu untuk memberikan ponsel tersebut, namun jika diperhatikan orang ini baik. Dia juga tidak tega saat mengatakan istri nya sedang hamil. "Baiklah, tapi tolong jangan lama-lama aku harus segera menemui Ayah mu".

"Hanya 5 menit Nona".

Jeniffer pun menyerahkan ponsel itu kepada si sopir. Dengan cepat sang sopir tersebut keluar dan menuju sebuah toko yang menjual kudapan manis.

Sesuai dengan ucapan nya, ia hanya butuh waktu lima menit setelah itu kembali.

"Ini Nona, terimakasih. Aku sudah mendapatkan camilan nya".

"Sama-sama berapa ongkosnya".

"10 Euro"

Setelah memberikan ongkos taksi nya Jeniffer segera turun dari mobil. Dan berjalan untuk mencari gudang kosong yang di maksud. Jeniffer menoleh ke kanan dan ke kiri, ia tidak menemukan bangunan yang di maksud.

Telepon Jeniffer kembali berdering dari nomer yang sama.

"Kau ini lama sekali, apa kau menginginkan Ayah mu mati?"

"Aku sudah sampai, dimana kau?"

Tak lama kemudian seorang Pria memakai pakaian serba hitam menghampiri Jeniffer. "Cepat ikut kami".

Kedua tangan Jeniffer di pegang dengan erat, lalu ia di giring ke sebuah gudang kosong.

"Ayah?" lirih Jeniffer saat melihat sang Ayah dalam keadaan tak berdaya.

"Jadi ini wanita yang kau maksud Linzy?"

"Benar Tuan, dia adalah Jeniffer. Putri pertama dari Tuan Demian yang sempat berkencan dengan Tuan Baron. Dan tas itu adalah miliknya, karena aku yang memberikan itu kepada adiknya".

Jeniffer terperangah mendengar ucapan wanita itu. Rupanya Linzy telah menceritakan semua kronologi nya dari A sampai Z. Dari Demian yang masih mempunyai hutang kepada Baron, hingga dimana ia diperintahkan untuk mengantarkan barang mahal tersebut kepada Jeniffer.

Marvel bangun dari kursi kebesarannya berjalan mendekat ke arah Jeniffer. Wanita itu perlahan mundur, jantung nya berdegup kencang hawa dingin seakan meniupkan tubuhnya.

"Kau mau apa?" tanya Jeniffer sambil menutup wajah dengan kedua tangan nya.

Marvel menarik kedua tangan itu lalu memegang nya dengan erat. "Jadi rupa nya kau jalang yang telah berkencan dengan Ayah ku? Astaga! Aku tidak mengira jika kau lebih cantik jika dilihat lebih dekat". Marvel mengatakan itu sambil membasahi bibir nya dengan indera perasa, membuat Jeniffer semakin ketakutan dan bercampur jijik.

"aku dengar juga Ayah mu masih belum membayar hutang nya kan?"

Jeniffer hanya diam.

"Jawab!!" teriak Marvel yang membuat Jeniffer tersentak dan kaget.

"i-i-iya Tuan".

Marvel menarik sebelah sudut bibirnya, fikiran kotor pun muncul dalam benak nya.

"Aku yakin jika Ayah ku belum sempat menyentuh mu, karena sudah keburu mati di tangan seseorang. Oh iya aku ingin tahu sendiri dari mulut mu. Siapa yang telah menghabisi Ayah ku dan anak buah nya?"

Bagiamana ini apa yang harus Jeniffer katakan, apakah ia harus mengatakan jika Glenn yang dan rekan nya yang telah menghabisi nyawa Baron?

Namun Jeniffer berfikir ulang, jika ia mengatakan ini apakah Ayah nya akan dibebaskan dan semua masalah beres? Karena Marvel hanya tinggal menyerang Glenn saja.

Entahlah situasi ini sangat membingungkan, ia tidak tahu harus mengatakan hal yang sejujurnya atau lebih memilih mengunci mulutnya.

1
Author Amatir
good story
im_soHaPpy
Gaya bahasa penulisnya enak banget, bisa ngebuat baper atau ketawa-ketawa.
Vianny: Thank you 🥰
total 1 replies
Tsukasa湯崎
Saya sangat menikmati ceritamu, jangan berhenti menulis ya author!
Yoh Asakura
📖Saya telah membaca banyak cerita sepanjang hidupku, dan ini salah satu yang paling berkesan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!