NovelToon NovelToon
Penyihir Di Dunia Aura

Penyihir Di Dunia Aura

Status: tamat
Genre:Tamat / Reinkarnasi / Sistem / Epik Petualangan / Ruang Bawah Tanah dan Naga / Akademi Sihir / Perperangan
Popularitas:59.6k
Nilai: 5
Nama Author: BlackMail

Aku adalah Arthurian Merlin, pengkultivasi sihir iblis yang melampaui batas kemampuan manusia. Aku menolak kedewaan dan berkeliaran di Bumi sebagai Iblis Amarah. Seorang pria yang membuat sungai darah mengalir disetiap langkahnya.

Banyak perang terjadi dari langkahku, tetapi pemenangnya tetap sama. Aku adalah orang yang kejam dan Iblis di antara segala Iblis. Semua pembantaian itu semata-mata demi melampiaskan dendamku terhadap tujuh Dewa dan kuil penyokong mereka yang telah menghancurkan keluargaku.

Namun, apa ini? Mengapa penyihir Iblis tersohor sepertiku bangkit di tubuh pemuda yang lemah ini? Lalu, mereka tidak menggunakan sihir di sini?

Aku, Arthurian Merlin, sang Iblis Amarah yang mencatat sejarah dengan darah, bangkit kembali di dunia yang berbeda.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BlackMail, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35 : Generasi

Iris kembali duduk dengan geram, mencoba meredam amarahnya yang membara. Dia memberikan kesempatan kedua untuk orang-orang yang menurutnya tidak kompeten ini.

"Mari dengar, apa yang bisa kalian tawarkan untuk memperbaiki situasi ini?" tanyanya, suaranya masih terdengar tajam.

Namun, bukan jawaban yang diharapkan yang Iris dapat. Dia hanya disambut dengan pandangan kosong dan diam dari para hadirin. Mereka saling bertatapan, mulut mereka terkunci rapat tanpa satu pun yang berani memberikan saran atau ide.

Melihat reaksi mereka, Iris naik pitam sekali lagi. "Tidak hanya kalian tidak punya mata, kalian juga tidak punya mulut sekarang? Aku akan memastikan kalian tidak akan bisa lepas dari tanggung jawab ini! Dua hari, itu semua yang kalian punya," ucapnya dengan nada yang keras.

"Aku tidak peduli apa yang kalian lakukan, bawa pulang Arkam dan temukan segala informasi tentang Arthur. Aku ingin semuanya di mejaku dalam waktu dua hari. Gunakan semua sumber daya yang kalian miliki, gerakan semua anggota keluarga kalian jika perlu!" Dengan tegas, Iris membuat penegasan bahwa tidak akan ada ampun bagi siapa pun yang gagal memenuhi tuntutannya.

Kembali ke Vila Utama keluarga Mahesa, Nahel Al Mahesa memasuki kantor kepala keluarga dengan geram yang terasa begitu intens hingga menciptakan aura tegang di sekelilingnya. Pintu terbuka dengan keras, mematahkan kesunyian yang ada. Dengan langkah yang cepat dan mantap, dia mendekati Arnold Al Mahesa, ayahnya, dengan ekspresi wajah yang memancarkan kemarahan besar.

"Ayah!" serunya, suaranya penuh dengan kekecewaan dan ketidakpuasan. "Bagaimana bisa kau membuat keputusan seperti itu tanpa berkonsultasi denganku terlebih dahulu? Bagaimana bisa kau membatalkan Bimbingan Ksatria untuk Arkam dan memberikannya kepada Arthur? Sayang sekali!"

Arnold, dengan sikap yang tenang dan penuh kebijaksanaan, hanya meminum tehnya sambil menatap putranya dengan penuh perhatian. "Justru karena aku merasa Sayang, aku memberikannya kepada Arthur."

"Tapi, Ayah!"

"Nahel, aku juga merasa keputusan ini tidak mudah. Ingatlah, putramu, Arkam sendiri yang memulai semua masalah ini dengan keputusan absurdnya. Dia harus belajar menanggung konsekuensi dari perbuatannya tersebut."

Namun, kata-kata Arnold hanya membuat Nahel semakin marah. "Ini bukan soal itu, Ayah! Ini tentang komunikasi, tentang kepercayaan, tentang menghargai posisiku di keluarga ini!" ujarnya dengan nada yang meninggi.

"Aku merasa malu dengan posisiku sebagai wakil kepala keluarga Mahesa. Posisiku kedua di keluarga ini, tetapi aku justru mendengar berita ini dari orang lain, bukan darimu, Ayah! Apakah aku tidak penting bagimu? Apakah Ayah menganggapku sebagai boneka!?"

Ketegangan di ruangan itu semakin terasa ketika Nahel menghadap Arnold dengan ekspresi yang penuh dengan ketidakpuasan dan rasa sakit hati.

Arnold mendengarkan omelan dan kemarahan Nahel dengan sikap yang tenang, bahkan terkekeh saat putranya selesai berbicara. Dia menaruh gelas tehnya dengan lembut di atas meja dan menatap Nahel dengan ekspresi yang tenang.

"Apakah sudah selesai, Nahel?" tanyanya dengan nada yang tenang. "Apakah kedatanganmu kemari hanya untuk memarahi ayahmu saja?"

Mendengar sarkasme dari ayahnya, Nahel semakin marah dan membentak Arnold dengan keras. Namun, kali ini, Arnold tidak tinggal diam. Dia juga membentak balik Nahel dengan sangat keras, sehingga suara yang seperti guntur itu menggema dan tidak mampu diredam oleh dinding kantor yang kokoh.

Teriakan mereka yang keras membuat Hans Al Mahesa, yang baru saja tiba di Vila Utama, merasa tertarik. Hans bertanya pada penjaga pintu tentang situasi di dalam ruangan, dan penjaga tersebut memberitahunya tentang kedatangan putra pertama.

Mendengar hal itu, Hans tersenyum tipis dan meminta penjaga tersebut untuk mengunjungi beberapa tempat, membawa pesan bahwa kantor kepala keluarga mungkin akan mengalami kekacauan lagi hari ini. Hans kemudian pergi menuju ruangan Arthur dengan suasana hari yang lebih menyenangkan.

Arnold, yang kini sudah berdiri, memandang Nahel dengan tatapan tajam. Dia tidak bisa mentolerir sikap putranya yang merendahkan posisi yang telah diberikan padanya. Dengan keras, Arnold memukul meja kantornya sampai hancur, menyiratkan kekesalannya yang mendalam.

"Jika kau merasa malu dengan posisimu, Nahel, kau bisa meninggalkannya!" ucap Arnold dengan suara yang bergema di ruangan. "Aku tidak akan ragu untuk memberikannya kepada orang lain yang lebih pantas. Ada ratusan orang di luar sana yang rela berdarah-darah demi posisi yang kau anggap memalukan itu!"

Arnold mengutuk sikap putranya dengan keras. Baginya, satu-satunya alasan dia memberikan posisi wakil kepala keluarga kepada Nahel adalah karena statusnya sebagai anak pertama, karena sifat seorang ayahnya merasa dituntut untuk membuat anak pertamanya terlihat baik!

"Diperlakukan seperti boneka? Hanya karena kau merasa tidak mampu?" ujarnya dengan nada tajam. "Kau harus bertanggung jawab atas tindakanmu sendiri, Nahel. Sekarang, bukan ini yang seharusnya kamu permasalahkan, yang harus kau lakukan adalah menyelesaikan masalah Arkam dengan keluarga Haynes. Dia melarikan diri tanpa pemberitahuan, dan itu tugasmu, bukan cuma sebagai ayah, tetapi juga sebagai wakil kepala keluarga Mahesa!"

Arnold kemudian merasa jengkel melihat putranya yang tadi penuh semangat kini terdiam dengan kepala tertunduk. Dia menasihati Nahel dengan keras, menyampaikan bahwa meskipun mungkin ada alasan untuk kemarahannya, Nahel harus mengubah sikapnya dan melaksanakan tugasnya sebagai anak pertama keluarga Mahesa dengan baik. Baginya, Nahel adalah anak yang spesial karena ikut menemaninya dalam masa-masa susahnya.

Nahel seharusnya menyadari hal itu. Namun, dia malah sibuk tenggelam dalam rasa inferioritas terhadap adik-adiknya yang bersinar terang. Seandainya bukan karena sifat buruk Nahel ini, Arnold akan dengan lemah tangan memberikan posisi kepala keluarga berikutnya kepada putra pertamanya tersebut.

Nahel kemudian meninggalkan kantor dengan langkah berat, dia masih terguncang oleh pertengkaran barusan. Arnold, yang kini kembali duduk dengan perasaan aneh di tenggorokannya, merenungkan betapa sulitnya tugas yang harus dia jalani sebagai kepala keluarga Mahesa.

Pada usianya yang hampir delapan puluh tahun, dia berharap bisa menikmati masa tua dengan kedamaian, tetapi kenyataannya, dia masih harus menghadapi masalah keluarga yang rumit. Menyaksikan anaknya yang juga sudah tua masih tidak bisa mengendalikan emosinya membuatnya merasa sedikit sedih dan kecewa. Membuat dirinya semakin sulit untuk memberikan posisi pewaris kepada generasi kedua.

Dalam keheningan kantor yang kini kosong, Arnold merasakan beban yang berat di pundaknya. Dia berharap cucu-cucunya yang masih muda bisa memperbaiki diri dan belajar dari ayah dan Paman mereka dalam persoalan memahami tanggung jawab sebagai anggota keluarga Mahesa yang utama. Tidak akan mudah, tetapi harapan Arnold masih sangatlah kuat untuk generasi ketiganya.

"Perang ahli waris... aku harus mempercepatnya sebelum sesuatu yang buruk terjadi pada keturunanku," batin Arnold dengan ekspresi kesedihan melayang di wajahnya.

1
Ibrahim Rusli
sumpah untuk cerita di awal chapter terlalu nge bacot tapi endingnya keren Thor ..🤘🏻🤩 siiip boleh lanjut s2
Ibrahim Rusli
cerita ini tentang dunia sihir or dunia politik sih ..
Ibrahim Rusli
terlalu banyak menjelaskan dirimu Thor lebih baik langsung ke cerita nya saja jadinya terkesan nge bacot doang
Tiar
wowww....mantap
Cecek
otw thorr
Buang Sengketa
lanjutannya ubah nasib Shirley
REZI™~™
gass min semangat lanjutkan
Cecek
gas thorrr
blood moon
nggak sabar nunggu S2nya 😭
MR LA
lanjutkan kan Thor nanggung banyak konflik Ama pahlawan
black reaper
MC nya malah tidur,gak guna bangat
Buang Sengketa
Shirley jadi makhluk jenis apa ya
Buang Sengketa
kasihan Shirley..ganas kali Arthur 😁
syirubin nadzri
up Thor semangat
syirubin nadzri
bau bau ehem ehem nih
syirubin nadzri
bjur gua nangis baca ini jahat banget kamu Thor bikin cerita kayak gini😫😫😫😫😫
syirubin nadzri
semangat kakak
syirubin nadzri
kwkwkwk penting banget nih ma punya gua aja gak segede itu wpwkwowkwkow
Cecek
upnya bisa di tambah ngak thorr 🙏🙏🙏🙏
Fahrudien Gani
baguss
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!