Bagaimana jika pernikahan mu tak di landasi rasa cinta?
Begitu lah kisah cinta yang membuat tiga keturunan Collins, Hadiadmaja menjadi begitu rumit.
Kisah cinta yang melibatkan satu keluarga, hingga menuntut salah satu dari kedua putri Hadiadmaja memilih pergi untuk mengalah.
" "Kau sudah melihat semuanya kan? jadi mari bercerai!"
Deg.
Sontak Hati Gladisa semakin perih mendengar semua cibiran yang dikatakan suaminya yang saat ini tengah berdiri di hadapannya itu. Siapa sangka, Adik yang selama ini besar bersama dengan dirinya dengan tega menusuknya dari belakang hingga berusaha untuk terus merebut perhatian semua orang darinya.
"Clara, Katakan ini Semua hanya kebohongan kan? ini kau sedang mengerjakan aku kan Ra??" mesti sakit, tapi Gladis masih terus mencoba berfikir positif jika ini semua hanyalah imajinasinya atau hanya khayalan.
Clara berjalan mendekat lalu tanpa aba-aba Clara nampak mencengkeram kuat Dagu kakaknya sendiri dengan gerakan yang cukup kasar me
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queenindri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketakutan
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Lalu,.. bagaimana?"
Salsa ikut pusing mendengar kisah hidup sahabatnya itu.
"Aku tidak tau." Jawab Gladys apa adanya.
"Apa, kau tidak ingin mencoba memberitahu nya dulu? maksudku, siapa tau Nathan mau menerima bayi itu. lagipula, pasti Aunty Naira dan Uncle Aiden akan sangat senang jika mereka tau, kau tengah mengandung calon cucu mereka."
Mendengar itu, seketika membuat Gladys terdiam untuk berfikir. Namun, tindakan itu justru menyiratkan keraguan di mata Salsa, hingga membuat Gadis itu langsung menarik tangan Gladys untuk ia genggam.
"Tapi, aku takut." Jawab Gladys dengan jujur.
"Oh my God. Come on, Glad. apa yang kau takutkan?"
Salsa ikut geram melihat keraguan di mata Gladys. sungguh, jika Salsa yang berada di posisi Gladys saat ini, maka ia pasti akan langsung mengatakan jika ia tengah hamil. dan Clara harus menerima jika tidak ada kesempatan lagi untuknya bisa dekat dengan Nathan.
"Aku kira dia tidak akan kembali. tapi, setelah ia kembali, aku jadi ragu untuk mengatakannya ke pada keluargaku tentang bayi ini." Jawab Gladys dengan nada yang bergetar.
Untuk beberapa saat keduanya terdiam.
Salsa merasa kasihan pada sahabatnya itu. Namun, jika ia tetap memaksakan untuk Gladys bertahan dalam pernikahan tanpa cinta seperti ini, jujur ia tidak tega.
Salsa menggigit bibirnya merasa geram dengan sikap Nathan yang tak juga berubah pada sahabatnya. bukankah keduanya masih teriakan hubungan saudara, meskipun saudara jauh. setidaknya keduanya pernah tumbuh bersamaan ketika Nathan mengalami kecelakaan dan harus melewati masa pemulihan di Singapura, bersama keluarga Gladys.
Dret
Dret
Ponsel Gladys tiba-tiba bergetar. lalu, dengan terpaksa ia langsung mengeluarkan ponselnya.
Setelah membaca isi pesan itu, Gladys mengangkat wajahnya. lalu, mengajak Salsa untuk pergi dari Cafe itu.
"Ayo kita pergi!" Ajak Gladys, lalu bangkit dari kursinya untuk membayar minuman yang sudah mereka pesan.
"Tidak perlu!" Cegah Salsa sembari tersenyum.
"Kenapa?" Kening Gladys nampak mengerut, biasanya Salsa akan menerima begitu saja jika ia membayarkan semua pesanan makannya sama seperti jaman sekolah dulu.
Namun Salsa tal menjawab, ia malah semakin tersenyum lebar hingga memperlihatkan gigi putihnya. "Ini adalah Cafe ku. untuk apa kau membayar minuman itu jika aku adalah Ownernya?"
Ucapan Salsa benar-benar membuat Gladys terkejut dengan mulut yang mengaga lebar.
"Serius? tapi sejak kapan?" Karena sangat bahagia, Gladys akhirnya memeluk Salsa dengan cukup erat. "kau jahat, kenapa kau tak memberitahu ku soal Cafe ini?" Omel Gladys setelah pelukan keduanya terurai.
Salsa tersenyum, lalu ia menggenggam kedua tangan Gladys penuh Haru. "Kejutan..." Ucapnya meskipun tak terlalu excited, setelah mendengar cerita dari sahabatnya.
"Kenapa?" Gladys mencubit pipi Salsa dengan gemas.
"Tidak.." Jawab Salsa.namun anehnya, gadis itu malah mengusap air matanya yang tiba-tiba jatuh membasahi pipi mulusnya. "Maafkan aku Gladys, aku tidak ada di saat masa sulit mu!" imbuhnya sembari mengangkat wajahnya ke atas agar ia tak lagi menitihkan air mata.
"Ya Tuhan, jangan menangis! kenapa malah kau yang menangis? ayolah, jangan membuatku ikut menangis!!"
Jujur, Gladys paling benci di kasihani oleh siapapun. sehingga, ia paling anti menceritakan masalahnya. hanya Salsa yang selalu mejadi teman ceritanya selama ini. tapi, gadis itu juga yang selalu membuatnya menyesal sudah menceritakan keluh kesahnya selama ini.
lalu, setelah Gladys keluar dari Cafe. tiba-tiba Salsa kembali memanggil namanya dan menarik tangannya cukup kuat.
"Glad, "
hal itu memaksa Gladys menghentikan langkahnya untuk kembali berhadapan dengan Salsa.
"Ada apa?"
Salsa nampak menggigit bibir bawahnya, lalu menatap mata Gladys dalam-dalam.
"Aku hanya bisa memberimu saran semoga kau mau mendengarkannya." Ucapnya, lalu menjeda ucapannya untuk kembali berbicara. "Dengar!! cepat atau lambat, kehamilan mu akan semakin membesar. dan itu pasti akan membuat seluruh keluarga Collins curiga. lebih baik, kau katakan saja sekarang. aku yakin, Nathan pasti akan menerima anaknya."
Ucap Salsa.
"Aku...." Gladys nampak ragu untuk mengiyakan saran dari Salsa.
melihat keraguan di mata Gladys, akhirnya Salsa nampak kembali meyakinkan Gladys agar yakin dengan kata-kata nya.
"Dengar Glad! bahkan seekor rubah sangat menyayangi anaknya. aku yakin jika Nathan bukan pria sekejam itu hingga ingin melenyapkan anaknya sendiri. pastinya, ia memiliki sebuah alasan dengan mengatakan ancaman itu padamu dan hanya doa yang tau alasan itu. "
Gladys mengangguk. lalu, berusaha untuk memaksakan senyumnya.
"Apa kau takut jika ,Clara kecewa?"
"Tidak." Jawab Gladys penuh keracunan.
Namun, justru sebaliknya ia merasa begitu khawatir jika Clara sampai mengetahui kehamilannya. sejujurnya ia masih ragu dengan perubahan sikap Clara yang amat sangat drastis. entah kenapa ia merasa jika adiknya itu tengah berpura-pura saja.
"Benarkah? tapi kenapa sorot matamu mengatakan sesuatu yang berbeda?"
Mendengar itu, Gladys sontak langsung menoleh ke arah Salsa, yang tengah tersenyum sinis ke arahnya.
"Jika kau sudah tau, kenapa harus bertanya?" Sinis Gladys dengan nada penuh kekesalan.
"Aku hanya mengetes mu saja."
Ucap Salsa tanpa rasa bersalah sedikitpun.
"Mengetes???" Gladys sampai di buat melongo dengan bibir yang terbuka lebar setelah mendengar ucapan Salsa.
"Lagi pula, jika kau sudah tau hasilnya, kenapa tidak kau coba katakan saja pada-Nya. toh, hasilnya akan tetap sama saja kan."
Sampai di sini, keduanya pun terdiam.
Melihat jika Gladys masih ragu, akhirnya Salsa memilih untuk tidak ikut campur dan membebaskan Gladys untuk memikirkan masalahnya sejenak.
Ia hanya bisa berdoa agar sahabatnya menemukan jalan yang terbaik.
"Baiklah Gladys, ku harap besok, kau akan mengatakannya pada Nathan soal ini! pikirkan bayimu, abaikan kemunculan Clara! dia tidak berhak atas diri Nathan, kau lah ya g lebih berhak atas suamimu, terutama calon anak kalian kelak. "
Meskipun ragu, Gladys tetap menganggukkan kepalanya untuk menghormati sahabatnya.
"Baiklah, aku mengerti. aku akan pikirkan semua ucapanmu tadi. tapi, beri aku waktu untuk memikirkannya beberapa hari sebelum aku memberitahumu apa pilihanku!"
Setelah menerima wejangan dari sahabatnya, Akhirnya Gladys memutuskan untuk segera pulang ke rumahnya. ia lupa jika Nathan tadi sempat menghubunginya untuk menanyakan di mana keberadaan nya saat ini.
"Dada, jangan lupa pikirkan ucapanku tadi dan segera kabari aku!" Pekik Salsa di sela-sela lambaian tangannya mengantar kepergian Gladys yang sedang melambaikan tangannya dari balik kaca jendela mobil.
Setidaknya, setelah bertemu Salsa sahabatnya. Gladys bisa sedikit lega. ia bisa berbagi beban fikiran yang selama ini terus menyiksanya seorang diri. sebenernya, ia ingin menceritakan semua keluh kesahnya ke pada sang Mommy, namun seperti yang sudah-sudah, mommy nya pasti akan lebih membela Clara dan menganggapnya terlalu iri pada pencapaian adiknya sendiri.