Ini adalah kisah lanjutan dari Radio Maple. Pertemuan kembali antara Biru dan Langit setelah sepuluh tahun lamanya. Jadi kalau kalian belum baca Radio Maple, baca dulu ya.
(Bukan untuk anak dibawah Umur, mohon minggir cari yang lain saja ya)
"Aku ingin menunjukkan padamu, jika tidak semua pernikahan berakhir dengan perceraian" ~ Langit.
"Aku ingin dunia tau, kamu adalah laki-laki terbaik diantara yang terbaik. Aku ingin semua wanita cemburu karena perlakuan mu padaku" ~ Biru
"Cinta sejati itu benar-benar ada. Menghabiskan waktu hanya untuk menunggu satu wanita" ~ Dewa
"Mendapatkanmu adalah obsesi terbesar dalam hidupku" ~ Nando
"Jika kau percaya padaku, kau akan menceritakan suka duka mu. Berbagi segala perasaanmu padaku dengan nyaman" ~ Jingga
"Aku tepati janjiku untuk selalu bersamamu hingga tua nanti" ~ Kenzo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon atps0426, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MB - Penantian Panjang
"Dokter, Dokterr" teriak Bunda panik.
"Ada apa Bund?" Tanya Argo memencet tombol untuk memanggil dokter.
"Bergerak, tangan Biru bergerak, mana dokternya??"
Langit berlari mendekat dan memandangi istrinya. Dokter datang untuk memeriksa, semua orang sudah menunggu dengan cemas. Biru membuka matanya, semua orang kembali menangis bahagia. Langit mendekat dan berdiri di ranjang sang istri.
"Langit? Hahaha, jelek ah" lirih Biru. Ia memegangi perutnya yang sudah rata kemudian menatap suaminya.
"Maaf, aku tidak bisa menyelematkan nya, maaf Biru"
Biru menitihkan air matanya, ia meraih tangan Langit.
"Bukan salah kamu, aku juga tidak bisa menjaganya dengan baik. Dia tidak menyalahkan siapapun Langit, anak kita, Biru kecil tidak mau melihat Ayahnya seperti ini. Maaf aku egois, aku tak ingin bangun dari mimpi indahku bermain bersamanya. Maaf membuatmu seperti ini" ujar Biru menggenggam tangan suaminya.
Tangis Langit kembali pecah, Ayah dan Argo membicarakan keadaan Biru dengan dokter. Bunda mengabari semua orang tentang kabar baik ini. Sedangkan Langit masih berbincang dengan istrinya.
"Langit, kapan terakhir kali kamu mandi?"
"A..aku mandi setiap hari kok"
"Aku tidak suka, bisakah kamu seperti dulu saja? Apakah penampilan seperti ini sedang trend? Memangnya aku tidur berapa lama? Aku kangen suamiku"
"Baiklah Nyonya Biru" ujar Langit mencium tangan istrinya. Ia tau Biru mencoba baik-baik saja padahal hatinya yang paling terluka.
Pemuda itu pergi keluar usai semua keluarga datang, Langit memotong rambut serta mencukur jenggotnya. Ia juga mengganti pakaiannya agar terlihat lebih tampan dari biasanya. Ia mengabaikan semua panggilan masuk di ponselnya yang meminta Langit segera pulang.
Dirumah sakit, Biru tengah makan dengan lahap sebab merasa kelaparan. Bunda tak bisa menghentikan rasa bahagianya melihat menantu bungsunya sadar.
"Maaf ya, Bunda tidak bisa menjagamu" ujar Bunda mengelus kepala Biru.
"Aku juga minta maaf ya Bunda, padahal kita menunggu lama untuk lahiran. Tapi, aku melihat pelakunya Bunda" ucap Biru membuat semua orang terkejut.
Ayah langsung menutup pintu kamarnya, ia menelepon seseorang yang dipercayai dan polisi tentunya. Bunda menelepon Langit memintanya segera ke rumah sakit. Jingga, Tata, dan Anya menemani Biru selagi menunggu Langit datang. Mereka menceritakan pada Biru betapa Langit sangat mencintainya. Bahkan sampai detik terakhir pun, Langit tak pernah pergi dari Biru.
"Sayang" panggil Langit memasuki ruangan.
Para wanita itu langsung berpamitan pergi memberikan keduanya waktu bersama. Biru tersenyum lebar seraya merentangkan kedua tangannya. Langit memeluk sang istri sambil menciumi wajahnya.
"Ini baru suami tampanku" puji Biru seraya mengelus pipi suaminya.
"Jangan tinggalkan aku lagi, jika hari ini kamu tidak bangun, aku akan menyusul kalian. Aku akan pergi dari dunia ini"
Biru menatap mata Langit dengan seksama, ia mengelus kedua pipi pemuda itu dengan tangannya.
"Jadi kau berniat meninggalkan ku? Kamu kan sudah janji gak bakal ninggalin aku, kamu tega ninggalin aku sendiri?" Gumam Biru memasang wajah sedihnya.
"Ti ... Tidak sayang, hanya saja aku, tidak... aku tidak akan meninggalkan kamu, aku janji akan selalu di samping mu sampai kapanpun. Aku sayang kamu Biru" ujar Langit mengelus pipi istrinya.
Keduanya saling bertukar pandangan satu sama lain, Langit mendekat kan wajahnya dan mengecup singkat bibir istrinya. Gadis itu menghindar, ia merasa tak nyaman sebab bibirnya kering. Namun Langit membuka laci yang ada di samping ranjang Biru.
"Kenapa alat makeup ku disini?" Tanya Biru.
"Bunda mempekerjakan suster untuk merawat mu, memijat mu setiap hari, memakaikan masker dan pelembab. Mereka juga mencukur bulu kaki dan tanganmu. Tapi bulu yang lain, aku yang melakukan nya" jelas Langit.
"Kau terlihat seperti psikopat mesum" celetuk Biru.
"Hahaha, biar ku beri pelembab, aku menginginkan nya" rengek Langit manja. Ia mengoleskan pelembab di bibir istrinya.
Langit lalu menggenggam tangan Biru dan melumat bibirnya. Ia sedikit terbawa suasana hingga tak sadar tangannya masuk kedalam pakaian Biru.
"LANGIIITTT" Teriak Bunda di ambang pintu.
Pemuda itu menoleh dengan mata terbelalak lebar, ia merasa canggung melihat banyak orang disana. Langit langsung berdiri menjauh dengan kepala tertunduk. Biru tertawa melihat suaminya yang tersipu malu. Para polisi mulai menanyai beberapa hal pada Biru. Mereka juga membawakan cctv untuk Biru lihat.
"Hm .... Sebenarnya, aku pernah melihat dia sebelumnya. Aku kira dia teman Ayah, aku melihatnya berdiri di depan rumah. Saat seseorang lewat, dia langsung pergi, aku juga melihatnya di pesta berbincang dengan Ayah" tutur Biru.
"Kita mengenalnya?" Tanya Ayah bingung.
Biru menganggukkan kepalanya,ia menghentikan video dan menunjuk salah satu pria paruh baya.
"Kamu yakin tidak salah? Coba pikirkan lagi, sepertinya kamu salah, kamu tidak melihatnya dengan jelas kan saat itu?" Cecar Ayah tak percaya.
"Aku.. Tidak melihatnya saat orang ini memukulku, tapi saat aku keluar kamar mandi dan bertemu Michelle, aku melihatnya berdiri disana. Sepatu ini, sepatu yang aku pilihkan, benar kan Bunda?" Ujar Biru dengan tangisnya.
Bunda mengangguk, ia memeluk menantunya dan meminta semua orang berhenti. Ia bisa melihat kegelisahan di wajah menantunya. Bunda meminta Biru tak terlalu memikirkannya, tapi gadis itu merasa bersalah.
"Maaf Bunda, aku tidak bermaksud merusak hubungan kalian. Aku hanya, tidak mau ada yang menyakiti kalian, maaf Bunda" jelas Biru dengan tubuh gemetar.
Langit menghampiri sang Ayah, ia tak mengerti kenapa Ayahnya sangat terpukul dengan kebenaran ini. Ayah langsung menelepon orang tersebut dan memintanya datang. Beliau terlihat gelisah dan tatapannya kosong tak percaya.
"Ayah, memangnya dia siapa?" Tanya Langit.
"Tangan kanan Ayah, kamu juga mengenalnya sejak kecil. Ayah tidak tau kenapa dia melakukan ini, kamu ingat Tina? Teman masa kecilmu dulu, kalian tidak pernah bertemu lagi sejak dia pindah keluar negeri saat SD. Ayah mengirim mereka kesana untuk pekerjaan" jelas Ayah.
"Aku tidak ingat Yah"
"Harusnya dia tidak disini, Ayah mempercayainya mengurus perusahaan diluar negeri. Ayah tidak mengerti Langit, apa yang dia pikirkan" resah Ayah. Beliau mengatakan pada polisi alamatnya diluar negeri. Akan butuh waktu beberapa jam sebelum karyawan Ayah tiba di sini.
Langit kembali masuk dan menghampiri istrinya, ia tersenyum memandangi Biru. Tak bisa dipungkiri, tak ada hari paling membahagiakan bagi Langit selain hari ini. Ia menggenggam tangan istrinya dan tak mau melepasnya.
"Aku lapar Lang" bisik Biru.
"Bunda gak kasih makan istriku? Dia kelaparan tuh" keluh Langit menatap sang Bunda.
"Masih lapar? Bunda pesankan lagi ya sayang, bilang saja tak masalah. Mau makan apa?" Tanya Bunda.
Biru menyebutkan keinginannya, setelah Bunda pergi ia menjambak rambut Langit dengan geram.
"Tenaganya tidak berubah, sakit sayang" rengek Langit.
"Habisnya kamu, kan aku bisik-bisik biar gak ada yang tau. Nanti dikira aku rakus nih, padahal emang lapar banget rasanya kayak belum makan. Padahal tadi aku udah makan banyak loh Lang" curhat Biru keheranan.
"Wajar sayang, kalau perlu satu restoran pesan saja, istriku harus cepat kuat dan sehat ya sayang"
Biru menganggukkan kepalanya, ia meminta Langit mengupaskan buah untuknya. Masih saja keterampilan Langit tak meningkat, Biru tau suaminya belum berubah.
"Aku cinta kamu Langit" celetuk Biru tiba-tiba.
Langit yang sedang mengupas apel memandangi dengan senyuman lebar.
"Aku juga selalu mencintaimu Biru"