Jatuh cinta pandangan pertama bisa saja terjadi.
Dan katanya pacaran setelah menikah sangat indah.
Benarkah?
Simak yuk dan temukan jawabannya disini.
Seperti biasa cerita ini hanya fiktif, jangan dikaitkan dengan dunia nyata, oke!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35
Arumi masih memandangi mereka satu persatu. Sedangkan mereka juga sudah menanti jawaban dari Arumi. Kemudian Arumi tersenyum, dia sudah memantapkan hati nya.
Arumi berpikir, mungkin ini adalah jodoh yang sudah Tuhan pilihkan untuknya. meskipun bukan dari kalangan pesantren.
Arumi sekarang mengerti, jika perasaannya selama ini pada Ibra bukan cinta. Hanya karena merasa nyaman dekat dengan Ibra. Tapi jujur, Arumi tidak pernah merasakan debaran jantungnya saat bersama Ibra.
Berbeda saat ia dengan Abqari. Biar tidak terlalu dekat, tapi perasaan yang ia rasakan berbeda. Arumi mencaritahu tentang perasaannya yang seperti itu.
Dan saat ia membaca sebuah artikel, dia baru menyadari kalau dia sedang jatuh cinta. Kini Arumi pun memantapkan hatinya.
"Bismillahirrahmanirrahim, ya aku terima," ucap Arumi sambil tertunduk.
Perasaan malu tetap ada dalam dirinya. Meskipun ia sudah berusaha untuk terlihat baik-baik saja, tapi tetap saja ia tidak bisa menyembunyikan perasaan gugupnya.
Semua orang yang mendengar jawaban dari Arumi pun merasa senang. bertambah lagi anggota keluarga Henderson untuk selanjutnya.
"Bagaimana nak Qari? Apakah ingin langsung menikah?" tanya Abi Abdullah.
"Maaf Abi, apa tidak terlalu cepat?" tanya Abqari balik.
"Hal yang baik jangan ditunda-tunda, Nak." Umi Sa'diah menimpali.
"Benar," jawab Darmendra.
Abqari menoleh ke Opanya yang terlihat begitu senang. Tapi Darmendra seperti tidak peduli.
"Bagaimana kalau langsung menikah saja? Dan acara resepsinya berlangsung bulan depan." Diva memberi usul.
"Setuju!" jawab Azizah.
Karena ia juga ingin mengadakan resepsi pernikahan untuk putra dan menantunya. Karena Ibra anak satu-satunya, jadi Azizah dan Ghafur ingin pernikahan anaknya diadakan secara meriah.
Semua mata tertuju pada Azizah yang mengeluarkan suara lantang karena terlalu bersemangat.
"Bagaimana tuan Ren?" tanya Abi Abdullah.
"Aku setuju-setuju saja pak kyai. Asalkan mereka bahagia itu sudah cukup," jawab Ren.
Ya Ren tidak mengekang keinginan anaknya, selama tidak melanggar batasan. Selama ini anak-anak nya tidak melanggar batasan. Meskipun mereka semua sangat bar bar.
Akhirnya keputusan pun dibuat, acara lamaran sekaligus akad nikah. Abqari memang sudah menyiapkan mahar sejak lama. Siapapun yang menjadi istrinya kelak, mahar sudah ada.
Akhirnya malam itu juga Abqari dan Arumi dinikahkan oleh Abi Abdullah. Dengan satu tarikan napas akhirnya ijab kabul berjalan lancar tanpa tersendat sedikitpun.
Kata sah pun bersahutan Dari dalam dan dari luar rumah. Para santri dan santriwati turut bahagia. Hanya Laila yang tidak fokus, karena matanya selalu memandangi cowok tampan didepannya.
Laila pikir, Ibra adalah yang paling tampan. Ternyata banyak cowok yang tidak kalah tampan dari Ibra. Meskipun berbeda dan memiliki kadar ketampanan masing-masing.
"Abqari sudah terjual, kalian kapan?" tanya Davion.
"Memang barang sudah terjual," jawab Rayyan.
"Kamu kapan Dane? Kekasihmu sudah ada tuh," goda Kenzo pada Danendra.
"Kekasih apaan? Pacaran aja enggak," timpal Kenzie.
"Dia ingin buat kejutan, tuh seperti dia. Tau-tau udah nikah," sindir Kenzo.
"Kalian bikin aku badmood," ucap Danendra, lalu menjauh dari mereka yang senang sekali menggoda Danendra.
Danendra duduk di bangku bambu dibawah pohon. Laila yang melihat itu segera mendekati Danendra.
"Mau apa kamu?" tanya Danendra.
"Kulihat kamu sedang sedang bertengkar dengan mereka, jadi aku ingin menemanimu disini," jawab Laila.
"Jangan merendah harga dirimu sebagai seorang perempuan. Apalagi kamu seorang santriwati," ucap Danendra pedas.
Laila dulunya gadis yang nakal, dan orang tuanya memasukkan nya ke pesantren dengan harapan bisa berubah. Tapi ternyata sama saja.
Danendra yang mood nya kurang baik, semakin bertambah saat didekati cewek itu. Akhirnya Danendra kembali bergabung dengan saudaranya.
Sementara didalam rumah, mereka berbincang-bincang seputar pernikahan mereka nanti. Disini Azizah yang paling antusias.
Jadi segala persiapan Azizah yang tanggung, tapi Diva tidak setuju, karena ia juga ingin ikut andil. Akhirnya diputuskan, biaya pernikahan mereka dibagi dua, yaitu Azizah dan Diva.
Abi Abdullah dan umi Sa'diah hanya mengikuti saja tanpa keluar biaya apapun. Semua sudah ditanggung oleh kedua wanita beda usia itu. Bahkan Aisyah pun dilarang untuk mengeluarkan biaya.
Soal gaun pengantin, sudah pasti dari Viora sendiri. Dan kesempatan pun sudah dibuat, pesta pernikahan mereka akan diadakan satu bulan lagi.
"Kalau mau ku, Minggu depan juga gak masalah," ucap Azizah.
"Terlalu mendadak." Diva menimpali.
"Aku ikut saja deh," ucap umi Sa'diah.
Setelah semuanya selesai, mereka pun berpamitan. Arumi langsung dibawa oleh oleh Aisyah kerumah mereka. Abi Abdullah dan umi Sa'diah hanya bisa pasrah.
Sedangkan Ibra dan Viora, akan kembali ke mansion bersama Azizah dan Ghafur. Karena Abqari sudah menikah, jadi Viora dan Ibra akan tinggal bersama orang tuanya.
Arsa dan Arsy, Naufal dan Naura sudah tertidur sejak tadi. Mereka tidak terusik sama sekali. Yang perempuan satu persatu berpelukan dengan umi Sa'diah dan juga santriwati yang lain. Sedangkan yang pria hanya bersalaman dengan Abi Abdullah dan para santri.
Arumi menangis saat hendak pergi, tapi mereka akan sering-sering berkunjung kemari. Begitu juga dengan Abi Abdullah dan umi Sa'diah.
Sebenarnya mereka berat melepas putri mereka satu-satunya. Tapi sekarang putri mereka sudah menjadi tanggung jawab suaminya.
Ren dan Aisyah duduk dikursi depan, sedang Abqari dan Arumi duduk dikursi belakang. Kemudian mereka pulang malam ini juga.
Umi Sa'diah memeluk suaminya sambil menangis. Tapi ia juga tidak bisa menahan putrinya. Karena seorang istri akan berada disamping suaminya.
Abi Abdullah mengajak istrinya untuk masuk, karena mobil mereka sudah tidak terlihat lagi.
Sementara didalam mobil...
"Kamu sedih?" tanya Abqari sambil merangkul istrinya.
Arumi tidak menjawab, hanya airmata nya yang mewakili jawabannya. Abqari berusaha untuk menghibur sang istri.
"Kita akan sering-sering berkunjung, sekarang kamu adalah tanggung jawabku," kata Abqari.
Arumi masih betah dengan diamnya dan tangisannya. Biar bagaimanapun dia jarang berpisah dari kedua orang tuanya.
Tidak berapa lama tidak adalagi suara tangis. Yang ada hanya suara dengkuran halus dari Arumi. Ternyata ia tertidur dipelukan suaminya.
Mereka pun akhirnya tiba dirumah. Sedangkan yang lain juga kembali ke kediamannya masing-masing. Aisyah membuka pintu mobil untuk Abqari.
Meskipun Abqari tidak kesulitan untuk membuka nya. Ia keluar dari mobil dan langsung menggendong Arumi yang sedang tertidur. Aisyah mengikuti nya dan membukakan pintu kamar, agar Abqari lebih mudah.
Perlahan Abqari meletakkan Arumi ditempat tidur, kemudian ia menyelimuti tubuh Arumi. Aisyah segera kembali kekamarnya, karena hari sudah larut malam.
Kebetulan ia sangat capek setelah melakukan perjalanan cukup jauh. Sedangkan Abqari berbaring disamping istrinya, lalu memeluk istrinya yang sedang tertidur.
Abqari tersenyum sebelum ia memejamkan mata menyusul Arumi kealam mimpi.