"Aku mau kita bercerai mas!." ucap Gania kepada Desta dengan sangat lantang.
"Aku dan adikmu tidak mempunyai hubungan apa-apa Gania?." Desta mencoba ingin menjelaskan namun Gania menolak.
"Tidak ada apa-apa? tidur bersama tanpa sehelai kain apapun kamu bilang tidak ada hubungan apa-apa, apa kamu gila?."
"Bagaimana kita akan bercerai, kamu sedang hamil?."
"Aku akan menggugurkan anak ini!." Gania yang pergi begitu saja dari hadapan Desta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 35
"Nevan! nenek belum selesai bicara sama kamu!." teriak nyonya Juwita kepada sang cucu, namun sayang Nevan tidak lagi mengindahkan panggilan sang nenek.
Saat nyonya Juwita masih menatap ke arah Nevan, dari luar rumah tuan Ridwan dan nyonya Selly baru saja tiba.
"Ada apa ma? kenapa mama teriak-teriak?." tanya nyonya Selly berjalan ke arah nyonya Juwita dan juga Tasya.
"Itu anakmu, orang tua lagi bicara malah pergi begitu saja, itu karena didikan kalian yang mendidik Nevan tidak bagus, jadinya seperti itu."
"Ma.. mungkin Nevan sedang capek, karena baru pulang bekerja, maklum saja jika Nevan butuh istirahat."
"Nah ini, kamu ini selalu memanjakan putra mu itu Sel, jadinya seperti ini kan? berani sama neneknya, sama orang tua nya, kamu saja tidak becus didik anak kamu."
"Sudah-sudah.. kenapa jadi berantem sih, ada tamu gak enak di dengar" tuan Ridwan yang menyadari kehadiran Tasya di rumahnya.
"Siapa ma?." tanya nyonya Selly yang juga menatap ke arah Tasya.
"Oh iya ini Tasya, putra Wawan, senior Nevan serta direktur di rumah sakit, dia datang ke sini untuk bertemu dengan Nevan."
"Halo Tasya.. jadi kamu kenal sama Nevan." nyonya Selly yang beramah tamah kepada Tasya.
"Eee.. kenal sih engga sih tante, tapi sudah tahu tentang Nevan dari dulu." jawab Tasya.
"Mama yang menyuruh Tasya datang ke rumah kita, agar kenal dan dekat sama Nevan, kalau cocok kan mereka bisa berhubungan lebih jauh." sahut nyonya Juwita.
Tuan Ridwan yang mendengar ucapan ibu mertua nya seketika menjadi bingung, begitu pun dengan nyonya Selly.
"Maksud mama, mama mau menjodohkan Nevan dengan Tasya?." tanya tuan Ridwan.
"Iya.. bagaimana? wanita pilihan mama bagus kan? selain Tasya cantik, dia juga seorang model papan atas, ayahnya seorang direktur, ibunya politikus, setara dengan keluarga kita, mama yakin masa depan Nevan akan bagus jika menikah dengan Tasya."
"Mama ini kenapa sih.. selalu seenak mama sendiri.. Nevan itu sudah besar ma, tidak perlu di jodoh-jodohkan, lagi pula Nevan juga sudah mempunyai kekasih." nyonya Selly yang tidak setuju dengan perjodohan putranya dengan Tasya.
"Kenapa kamu juga ikut-ikutan Nevan sih Sel.. seharusnya kamu itu sebagai ibu memikirkan masa depan anakmu, bukan malah mendukung anak mu menjalin hubungan dengan wanita yang tidak jelas, emang kamu mau anak mu akan hidup susah dan berkahir bercerai."
"Jadi maksud mama Gania itu bukan wanita yang baik, dari segi mana sih ma Gania itu bukan wanita yang baik? Selly mengenal Gania cukup lama, apa lagi mas Ridwan mengenal keluarga Gania sudah lama, mas Ridwan dan mas Maxim bersahabat, tidak perlu di ragukan lagi jika keluarga Gania itu tidak baik."
"Iya ma apa yang di katakan Selly memang benar, saya mengenal keluarga Gania sudah lama, saya tahu betul seperti apa keluarganya, ya mungkin keluarga Gania mempunyai masa lalu yang cukup pahit, tapi itu hanya lah masa lalu."
"Halah! kalian berdua ini sama saja, mempunyai pikiran yang pendek. Pokoknya mama tidak mau tahu, cucu ku harus menikah dengan Tasya, bukan dengan si Gania itu."
"Tidak bisa seperti itu dong ma.. kita berdua juga orang tuan Nevan, apa yang Nevan pilih kita berhak untuk mendukungnya." sahut nyonya Selly.
"Tapi tidak mendukung anak mu menikah dengan wanita seperti Gania juga, Sel!." bentak nyonya Juwita.
"Kenapa mama selalu menentang Nevan menjalin hubungan dengan wanita sesuai pilihannya, mama selalu mengatur kehidupan Nevan dari kecil, apa yang di lakukan Nevan selalu salah di mata mama, dulu saat Nevan ingin menjadi pilot, tapi mama juga menentangnya, dan menyuruh Nevan menjadi dokter, itu keinginan mama, akhirnya Nevan menyanggupinya itu karena demi mama, lalu apakah soal pasangan mama juga yang harus mengaturnya, Selly sebagai sang ibu tidak rela ma."
"Selly!." bentak nyonya Juwita."Aku ini ibu mu, aku orang tua mu, kamu yang harus menuruti keinginan ku, ingat! jika bukan karena aku dan ayah mu, kamu tidak akan menjadi seperti sekarang, tinggal di rumah besar, hidup mewah, semua serba ada, ingat, tanpa mama kamu tidak jadi apa-apa Sel."
"Tapi bukan seperti ini caranya ma.. Tidak semua keturunan mama harus tunduk dan patuh dengan keinginan mama." nyonya Selly yang tidak ingin kalah dengan sang ibu.
Tuan Ridwan yang melihat suasana semakin memanak seketika menjadi bingung, sedangkan Tasya yang melihat keluarga Nevan saling beradu mulut hanya diam.
"Setuju atau tidak setuju, Nevan akan tetap menikah dengan Tasya, titik!." ucap nyonya Juwita dengan penuh penekanan, lalu berjalan pergi begitu saja meninggalkan mereka ber tiga.
"Mama.. mama tidak bisa seperti ini..." nyonya Selly yang melangkahkan kakinya untuk mengejar nyonya Juwita namun di cegah oleh tuan Ridwan.
"Sudah sayang.. biar papa yang bicara sama mama Juwita, siapa tahu mama lebih mengerti, kamu tunggu di sini saja ya."
Nyonya Selly yang mendengar ucapan suaminya hanya mengangguk pelan. Tuan Ridwan seketika berjalan pergi untuk menyusul ibu mertua nya.
Nyonya Selly yang mendengar keputusan sang ibu seketika menjadi merasa pusing, lalu ia duduk di sebuah sofa ruang tamu untuk menenangkan diri. Tasya yang bingung harus berbuat apa seketika ikut duduk di dekat nyonya Selly.
Tasya yang merasa di cueki, dan tidak di perdulikan di rumah itu seketika menjadi bete. "Sialan kesini bukannya di suguhi minuman atau makanan, malah di suguhi orang berantem, ni rumah gede apa gak ada ART nya sih?." ucap Tasya di dalam hati.
"Maaf tante.. emang benar kekasih Nevan itu yang namanya Gania-Gania itu, seorang janda yang dulu di selingkuhi mantan suaminya, dan mantan suaminya sekarang mendekam di penjara."
Nyonya Selly yang mendengar ucapan Tasya seketika menoleh ke arah Tasya secara sinis. "Ngapain kamu tanya seperti itu? kalau iya kenapa?."
"Nggak pa-pa sih tante, padahal Nevan itu dokter ahli bedah yang sangat bertalenta, bahkan papa ku saja mengakui itu, apa lagi Nevan kan masih berstatus lajang, apa tidak sebaiknya Nevan mendapatkan wanita yang sama-sama berstatus lajang tante."
"Di jaman sekarang lajang itu hanya sebuah setatus, banyak wanita lajang, tapi tidak lajang, alias tidak perawan, lalu apa masalahnya dengan Janda, apakah ada hukumnya seorang lajang tidak boleh menikah dengan janda?."
"Bukan begitu tante, maksud Tasya itu, yang sama-sama masih singgel."
"Bilang aja maksud kamu itu yang seperti kamu! iya kan?." nyonya Selly yang semakin tidak suka menatap ke arah Tasya.
"Udah deh, mendingan kamu pergi dari rumah saya, dari pada membuat keluarga saya berantem." Nyonya Selly yang beranjak dari tempat duduknya.
banysk yg antri.