Muda, cantik dan seksi, tidak melulu membuat hidup seseorang baik. Buktinya Berta harus melakukan banyak hal gila agar bertahan hidup, mulai dari pura pura kesurupan, jadi wanita murahan sampai wanita tidak punya adab.
Tapi takdir mempertemukan dirinya dengan Wildan, Pengacara muda, tampan dan sukses tapi terjerat dengan kehidupan tiga keponakannya yang harus dia besarkan.
Simak kegilaan mereka bersama yok!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khorik istiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Wil segara pulang kerumah. Melihat keponakannya tidur di kasur dengan berantakan membuat hatinya sakit. Sedih, kecewa dan marah. Bagaimana bisa dia kecolongan dengan situasi ini. Apa yang salah? Dimana letaknya?
Dia merasa bersalah dengan kakaknya. Kalau saja kecelakaan itu tidak terjadi, pastilah Viona akan jadi anak yang ceria kembali. Tersenyum hangat kepadanya dan menjadi siswi berprestasi. Dia sangat pandai bermain piano, bahkan dulunya sederet prestasi dia raih. Sejak kedua orang tuanya meninggal, Viona tak bisa menjadi gadis yang sama lagi seperti dulu. Dia jadi urakan, bandel dan hari ini terparah. Dia pulang dalam kondisi mabukk. Baju berbahan minim tidak sesuai dengan usianya.
Wil masih memandangi keponakan nya sampai dia tertidur dalam posisi duduk.
***
Kepala Viona terasa berat dan pusing. Dia sendiri tidak sadar dengan apa yang terjadi dengan dirinya.
Matanya masih sepat, tapi matahari pagi sudah menyelinap masuk ke kamarnya lewat celah sempit jendela. Ini hari Minggu, dia libur sekolah untungnya. Dia melihat jam sudah menunjukkan pukul 9, ingin rasanya tidur lagi, tapi tenggorokannya haus jadi dia segera bangkit dan, "Huwa..." Viona menjerit karena terkejut, melihat pamannya duduk menatap dirinya. Matanya langsung terasa segar.
Wil meski matanya lelah dan dipenuhi dengan lingkaran hitam, menatap Viona dengan tajam.
Lama mereka saling menatap sampai akhirnya Viona sadar, "Ngapain ada di kamarku?"
"Dari mana kamu semalam?"
Viona tergagap, "A..aku tidur!"
"Dengan pakaian seperti ini?" Jari telunjuk Wil mengarah ke Viona.
Mata Viona melihat kebawah, mengamati dengan pakaian apa dia sekarang.
-Sial!
Viona tertangkap basah.
"Dari mana kamu semalam!" Tanya Wil sekali lagi.
Viona dengan wajah cemberut dan sinisnya itu malas menjawab, mungkin ini akan jadi pertengkaran hebat antara keduanya.
"Ada urusan apa memangnya?"
"Viona, aku masih walimu secara sah ya!"
"Terus?"
"Huh?" Wil tersenyum sinis, mungkin sekarang dia harus mengganti strategi dalam mendidik Viona.
"Berdiri sekarang!"
"What?"
"Now!" Wil meninggikan suaranya membuat Viona kaget sekaligus takut. Baru kali ini Viona merasa kalau pamannya menakutkan. Apakah memang selama ini dia seperti ini?
Semua keponakannya hanya tidak tahu kalau Wil sudah bersikap lunak. Dia adalah seorang pengacara yang tegas dan galak, paduan wajahnya sinis dan dia nya jutek. Memang kalau melihat wajahnya meskipun tampan pun rasanya kalau diajak mengobrol ingin mengumpat saja.
Viona yang sedari tadi dilihat tindak tanduknya itu segera ke lemari mau berganti pakaian.
Tapi Wil dengan segera melemparkannya coat panjang ke arahnya.
"Turun!"
Viona hanya memakai Coat luarannya agar terlihat lebih sopan.
ketika mereka turun, Viona melihat Jean sedang berada di ruang santai, duduk di sofa sambil bermain game. Dia terlalu fokus sampai sampai tidak tahu kalau paman dan kakaknya sedang lewat. Penampilan Viona sangat berantakan, rambutnya tidak sempat di sisir, dia bahkan belum cuci muka. Kepalanya masih berdenyut sakit, tapi melihat wajah pamannya seakan ingin menelannya membuat niatnya surut untuk protes.
Viona mengekor Wil, rupanya dia sedang pergi ke garasi. Wil segera membukakan pintu mobil untuk Viona.
"Mau ke...mana kita?" Tanya Viona tergagap. Suaranya bahkan bergetar karena takut .
Wil tidak menjawab pertanyaan tersebut, "Masuk!" Hanya ada perintah saja.
Viona masuk mobil, dia memakai sheat bellnya. Wil segera mengemudi menjauhi rumah tersebut.
Jantung Viona berpacu dengan sangat keras. Berbagai skenario ada di pikirannya. Apakah dia akan di buang? Di bunuh? Dia memainkan jarinya karena gugup, keringat dingin menetes dari dahinya.
Wil membawanya ke sebuah rumah sakit.
"Turun!"
"...?" Viona tidak yakin apakah dia harus turun atau dia harus berteriak meminta pertolongan?
Dia akhirnya tetap bungkam.
Dia terus melangkah di belakang Wil. Selama ini mereka memang sering berseteru, tapi Wil tidak pernah main fisik atau main tangan. Pertengkaran mereka hanya berakhir saling adu mulut saja. Terutama Viona yang tidak ingin kalah membantah.
Dia dibawa ke sebuah gedung. Temboknya warna warni penuh dengan cat dinding bergambar.
"Hai Wil..." Seorang pria seusia pamannya menyapa mereka dengan ramah. Dia memakai jas putih. Viona tebak dia adakah seorang dokter.
"Kau butuh asisten kan?" Wil langsung menodongnya tanpa basa basi.
"...?" Yohan merasa bingung.
"Titip keponakanku ya!" Wil langsung menyodorkan Viona.
Viona melirik ke arah pamannya dengan mata melotot.
"Huh? Gimana ini?" Viona bingung.
Yohan lebih bingung
Wil sendiri yang tidak bingung tapi dia membuat dia orang yang ada di depannya bingung.
"Iya, dia lebih sekolah, jadi dia akan menjadi asisten selama kamu bertugas oke!"
"Wil ini menyalahi aturan kan, kau tau itu." Tiba tiba membawa seseorang dari luar dan akan mengekori nya tentu saja membuat banyak orang akan memperhatikan mereka .
"Daddy mu yang punya rumah sakit kan?" Itu pertanda tapi sebetulnya juga sebuah pernyataan.
Maksud Yohan, tidak berarti dia bisa membuat keputusan semena mena kan.
"Pokoknya titip oke!"
Viona nampak geram tapi linglung, dia bahkan belum mandi, belum makan dan kepalanya semakin berdenyut. Sikap pamannya ini membuat dirinya kaget. Apa pamannya nampak kesurupan?
Wil segera berpamitan dan pergi, meninggalkan dua orang yang kini saling beradu pandang karena masih bingung.
di tunggu kelanjutannya ya 😊
semangat 💪🏼👏🏼