Cinta Sang Berandal

Alya mengeratkan jaketnya. Berada di bawah payung yang dipegang oleh Guntur menuju aula terdekat.

“Kayaknya nih hujan awet, lapangannya mulai tergenang,” ujar Guntur sambil berjalan.

“Tadi kamu lagi diomongin loh, eh tahunya nongol,” ujar Alya.

“Diomongin gimana?”

“Katanya ada anak manajemen yang ganteng ala badboy, namanya Guntur. Seneng ya, jadi bahan pembicaraan para wanita,” ujar Alya sambil mencebik.

Guntur memilih dia, khawatir kalau Alya marah atau cemburu. Masalahnya mereka sedang berada di luar rumah. Sampai di Aula, Alya mencari posisi yang strategis dan nyaman. Lantai aula sudah di lapisi alas untuk tempat kegiatan karena hujan mengganggu kegiatan.

Dengan alasan Alya sedang kurang sehat, Guntur dan Jati sibuk menemani bahkan membuat mie cup dan teh panas. Menjelang malam masih gerimis dan Alya sudah berbaring hampir terlelap. Guntur dan Jati masih setia menemani sambil ngobrol hal random.

Esok pagi, cuaca cerah. Kegiatan pun akhirnya dilanjutkan sesuai rencana. Kegiatan fisik termasuk kegiatan bakti sosial yang diadakan di perkampungan tidak jauh dari area perkemahan. Alya harus ikhlas karena Guntur kembali menjadi sorotan. Sorotan pada mahasiswi dan kakak tingkat karena ketampanan pria itu.

“Alya, kamu siapanya Guntur?” tanya teman se tenda Alya ketika mereka membereskan perlengkapan karena acara sudah selesai.

“Jangan bilang kamu pacarnya Guntur?” tanya yang lainnya.

“Hm, gimana ya. Bukan pacar, tapi lebih dari pacar,” jawab Alya.

“Maksudnya?”

Alya ingin mengatakan dia adalah istri Guntur, nanti malah dipikir ngaku-ngaku. Setelah ini Alya akan minta Guntur memberikannya cincin, sebagai bukti mereka sudah menikah. Acara pun berakhir setelah apel penutupan, lalu semua peserta kembali ke busnya.

Untuk ikut Bus di mana Saya berada. Tentu saja menjadi pusat perhatian para wanita yang ada di bus tersebut.

“Sini.” Guntur menepuk bahunya untuk Alya bersandar.

“Capek, kangen ranjang di rumah,” ujar Alya yang sedang merebahkan kepalanya dan memejamkan mata.

“Aku juga kangen, kangen kamu,” bisik Guntur.

“Gombal. Dari kemarin mepetin aku terus pake bilang kangen.”

“Itu usahaku dalam rangka menandai kalau kamu milikku,” sahut Guntur.

Alya tersenyum walaupun matanya terpejam. Ucapan Guntur barusan, jelas menandakan kalau pria itu menjadikan dirinya wanita paling beruntung. Langit mulai gelap dan perjalanan lebih lama karena terjebak kepadatan kendaraan.

Akhirnya bus tiba di kampus. Guntur membawakan tas Alya juga tas miliknya. Sudah ada supir yang menjemput mereka.

“Sampai rumah aku berendam air hangat, badanku rasanya pada kaku.”

“Hm, yang bersih ya dan rilekskan tubuh kamu. Setelah itu kita senang-senang,” usul Guntur lirih.

Alya sudah terlelap memeluk guling dan berselimut. Setelah berendam dan makan malam, tidak lama kemudian Alya pun tertidur. Guntur yang sudah semangat empat lima dan sudah merencanakan akan bergoyang harus mengalah karena tidak tega melihat istrinya kelehan.

“Libur lagi dah,” gumam Guntur lalu ikut berbaring di samping Alya.

***

Dua hari setelah kegiatan kemah mahasiswa, Guntur dan Alya pun sudah fix menjadi mahasiswa telah berada di kampus. Jadwal kuliah keduanya tentu saja ada perbedaan.

“Kuliah yang bener, jangan mikirin aku terus,” ujar Guntur ketika Alya pamit ke kelasnya.

“Siapa juga yang mikirin kamu.”

“Halah, aku tahu kok kalau kamu bimbang ketika ada perempuan dekati aku.”

Alya melengos pergi meninggalkan suaminya. Saat berjalan di sepanjang koridor kelas, ada seseorang menghampiri dan menegurnya.

“Lo Alya ‘kan?”

Alya sampai menghentikan langkahnya, menatap si pria untuk mengetahui apakah dia mengenal pria itu atau tidak.

“Iya, siapa ya?”

Pria itu mengulurkan tangannya, Alya pun sempat ragu untuk menjabat tangan itu. sampai akhirnya dia pasrah dan membuka mata setelah berjabat tangan.

“Boleh minta nomor WA lo?”

“Untuk apa?” tanyaku heran.

“Ya untuk komunikasi, masa dibuang. Kenalin gue, Aldo,” ujar pria itu mengenalkan diri pada Aldo.

“Tapi ….”

“Ayolah Al, Cuma nomor telepon. Iya kali gue kasih nomor lo biar ada di papan pengunjung perpustakaan.”

Alya pun menyebutkan nomor ponselnya lalu melanjutkan langkahnya ke kelas. tidak ingin berdebat dan tidak ingin membuat ribut.

Jadwal hari ini sudah berakhir dan Alya masih setia menunggu Guntur yang masih ada kelas. Pria yang tadi pagi menegurnya kembali mendekati Alya.

"Al, ayo," ajak Guntur yang melihat istrinya berinteraksi dengan pria lain.

"Hubungi gue ya," ujar Aldo lalu meninggalkan Alya.

"Kalian bicara apa? Terus kenapa lo harus hubungi orang itu?"