Bukan bacaan untuk bocil.
Blurb...
"Hem..ternyata cewek cupu ini cantik juga"
Gumam Albian, saat menanggalkan kacamata tebal dari wajah Khanza.
Demi memenangkan taruhan dengan teman-temannya. Albian yang notabenenya adalah pria paling populer di kampus, sampai rela berpacaran dengan Khanza si gadis cupu dan penyendiri.
Berkat pesona yang dimilikinya. Albian berhasil membuat gadis cupu dan lugu seperti Khanza, kini pasrah berada di bawah kungkungannya.
"A-aku takut Al. Bagaimana kalau aku hamil?"
Tanya Khanza saat Albian menanggalkan kancing kemeja oversize miliknya. Namun Albian yang otaknya sudah diselimuti kabut hawa nafsu tidak mendengarkan ucapan Khanza. Meniduri gadis cupu itu adalah bagian dari taruhan mereka.
"Tenang saja sayang, semua akan baik-baik saja kok"
Ucap Albian sembari menelan salivanya saat melihat gunung kembar milik Khanza yang padat dan menantang.
ikuti kisah selengkapnya dengan membaca karya ini hingga selesai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bangga
Matahari sudah merangkak naik, tapi Albian masih betah berlama-lama di dalam kamarnya sekarang.
Pria tampan itu duduk besandar di atas sofa dengan kedua tangannya yang dijadikan sebagai bantalan.
"Kenapa dia seperti menghindariku?"
Gumam Albian sembari menatap langit-langit kamar, terbayang wajah Khanza yang sedang tersenyum manis kepadanya di langit-langit kamar bercat putih itu.
Sejak pertemuan singkatnya dengan Khanza di restoran kemarin, gadis itu seakan tak ada hentinya terus mengganggu pikiran Albian.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu membuyarkan lamuan Albian tentang gadis taruhannya.
"Sayang? Kamu baik-baik sajakan?"
Muncul seorang wanita cantik dengan hijab toskanya dari balik pintu yang baru saja terbuka itu.
Karna Albian tak juga keluar dari kamarnya sejak semalam, bahkan putra Arjuna dan Rinjani itu sampai melewatkan waktu makan malam dan sarapannya. Membuat Rinjani jadi merasa cemas dengan keadaan putra semata wayangnya itu.
"Kamu sakit?"
Tanya Rinjani lagi sembari mengelus wajah tampan sang putra.
"Tidak mah, aku baik-baik saja kok"
Balas Albian yang kini mulai bermanja di pangkuan sang mama. Walaupun usianya tak muda lagi, tapi pria yang mewarisi ketampanan sang papa itu tak pernah sungkan untuk bermanja pada wanita yang telah melahirkannya itu.
"Kalau kamu gak papa kenapa wajah kamu muram begini, hem? Mama gak mau ya saat wisuda nanti wajah anak mama gak terlihat tampan kayak biasanya"
Ucap Rinjani pula sembari membelai wajah sang putra. Wajah Albian saat ini memang terlihat pucat akibat tidak nafsu makan dan tidak tidur semalaman.
Apa yang Khanza rasakan tentang hilangnya selera makan, rupanya di alami pula oleh Albian. Bahkan hampir setiap pagi Albian akan merasa mual dan pusing pula.
"Benarkah? Apa aku bisa terlihat tidak tampan? Aku akan selalu terlihat tampan dalam kondisi apapun mah"
Ucapnya penuh rasa percaya diri, Albian yang lesu kini sudah menghilang kembali menjadi Albian yang tengil dari biasanya.
"Iya mama tahu. Kamu ini adalah pria paling tampan yang pernah mama temui, bahkan lebih tampan dari papa kamu"
Rinjani membenarkan ucapan Albian sembari terkekeh.
"Tentu saja mah, papa itukan sudah tua" Balas Albian pula.
"Ehem. Siapa yang sudah tua?"
Tanpa Rinjani dan Albian sadari, Arjuna sang ayah sudah berdiri di ambang pintu dan menatap lekat pada istri dan putranya.
Sebelumnya Arjuna meminta Rinjani untuk memanggil Albian untuk datang ke ruang kerjanya, tapi setelah cukup lama menunggu ibu dan anak itu tak kunjung datang. Jadilah Arjuna yang menyusul sang istri untuk menemui Albian.
"Eh I-itu pak, pak Sardi tetangga baru di depan rumah kita, beliau sudah tua tapi harus tinggal sendirian. Kasian ya"
Kilah Rinjani, tak tahu juga harus menjawab apa. Jadi dia menyebut nama pak Sardi tetangga baru mereka yang baru pindah kemarin. Pria tua itu memang tinggal sendiri saja karna sang istri telah meninggal, sedangkan anak-anaknya sudah sibuk dengan kehidupan masing-masing.
Sebagai tetangga yang baik, Rinjani sudah berkunjung ke rumah pak Sardi kemarin, dan sempat berbincang pula dengan pria tua itu. Dari perbincangan itulah Rinjani tahu tentang kisah hidup pak Sardi.
"Iya beliau memang sudah tua, jadi sebisa mungkin kita harus membantunya" Arjunapun turut simpati pada nasib pria tua itu.
Rinjani dan Albian menghembuskan napas lega karna Arjuna percaya begitu saja dengan yang Rinjani katakan.
"Albian. Papa ingin bicara denganmu nak, ikut papa sekarang! Kita bicara di ruang kerja papa saja"
Titah Arjuna, hari ini adalah hari minggu. Jadi Arjuna tidak pergi ke kantor dan Albianpun tidak pergi ke kampusnya.
"Baik pah" Balas Albian patuh. Ia langsung mengekori sang papa untuk menuju ruang kerjanya.
Dirasa obrolan kedua pria itu akan membosankan, jadi Rinjani lebih memilih menemui Ameena saja, yang sedari tadi sibuk memilih gaun untuk ia kenakan saat menghadiri pesta ulang tahun teman sekelasnya nanti malam.
***
"Papa bangga pada kamu nak"
Ucap Arjuna sembari menepuk bahu sang putra. Albian hanya tersenyum tipis sembari mengerutkan dahi saat mendengar perkataan sang papa.
"Papa dengar kamu sudah memberi sumbangan lagi untuk pembangunan sekolah gratis Yayasan Pelita Surya"
Ucap Arjuna dengan bangganya. Arjuna mendapat kabar itu dari pimpinan yayasan Pelita Surya yang tak lain adalah rekan bisnisnya juga.
Arjuna tak curiga sedikitpun tentang dari mana sumber dana yang di sumbangkan putranya itu, karna Arjuna tahu jika Albian telah membuka donasi bagi para donatur yang ingin menyumbang untuk pembangunan sekolah gratis tersebut.
Arjuna mengira uang yang Albian sumbangkan adalah uang yang terkumpul dari para donatur, Arjuna tidak tahu saja kalau uang itu Albian dapatkan dari hasil merusak masa depan seorang gadis.
#Dukung karya ini dengan cara like and koment ya, terima kasih ^^#