NovelToon NovelToon
Menuai Rindu

Menuai Rindu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:51.8k
Nilai: 4.8
Nama Author: Ayu

" Mas Wira, kalau sudah besar nanti, Mega mau menikah dengan mas Wira ya?! pokoknya mas Wira harus menikah dengan Mega..?!" ucap gadis kecil itu sembari menarik lengan Wira.
Mendengar rengekan Mega semua orang tertawa, menganggapnya sebuah candaan.
" Mas Wira jangan diam saja?! berjanjilah dulu?! mas Wira hanya boleh menikah dengan Mega! janji ya?!" Mega terus saja menarik lengan Wira.
Wira menatap semua orang yang berada di ruangan, bingung harus menjawab apa,
" mas Wira?!" Mega terus merengek,
" iya, janji.." jawab Wira akhirnya, sembari memegang kepala gadis kecil disampingnya.
Namun siapa sangka, setelah beranjak dewasa keduanya benar benar jatuh cinta.
Tapi di saat cinta mereka sedang mekar mekarnya, Mega di paksa mengikuti kedua orang tuanya, bahkan di jodohkan dengan orang lain.
bagaimanakah Nasib Wira, apakah janji masa kecil itu bisa terpenuhi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

budhe Asri

Suara riuh ayam berkokok membangunkan Mega,

di Surabaya ia tidak pernah mendengar suara Kokok ayam, karena rumahnya termasuk di daerah kota yang sudah ramai dengan kampus dan pusat perbelanjaan.

Mega tau ini masih subuh, tapi ia ingin menghirup udara pagi yang masih bersih.

Di buka jendela kamarnya yang lebar itu, Mega bisa melihat pagar batu bata yang di buat setinggi satu meter, pagar itu di buat hanya untuk pembatas antara tanah Kakung dan tanah tetangga di sebelahnya.

Namun karena rumah Kakung cukup tinggi, rumah rumah di sekitarnya jadi terlihat kecil.

Saat Mega berdiam diri di depan jendela yang terbuka itu, tak lama jendela rumah tetangganya juga terbuka.

Seorang perempuan yang sebaya dengan mamanya sedang membuka tirai berwarna putih.

Mega diam menatap perempuan yang sedang sibuk sendiri itu.

Diam diam Mega tersenyum menatap wajah yang kalem, dan terlihat sudah mulai menua itu, namun tetap saja cantik menurut Mega, meski penampilannya tidak pernah semodis mamanya yang hidup di kota besar.

" Budhe Asri.." panggil Mega pelan, membuat perempuan yang sedang sibuk memegang kemoceng itu mencari asal suara.

Setelah melihat ke kanan dan kekiri beberapa saat, perempuan yang Mega panggil budhe itu akhirnya melihat jendela kamar yang tidak pernah terbuka sudah sekian lama itu.

Betapa terkejutnya perempuan itu melihat siapa yang berdiri di depan jendela itu.

" Apa kabar budhe..?" sapa Mega kalem sembari mengulas senyum manis,

" Mega?!" kata perempuan itu tidak percaya dengan apa yang ia lihat,

" iya budhe, ini Mega.."

" sungguh kau Mega?!" perempuan itu seperti tidak percaya pada penglihatannya,

" iya budhe, ini Mega.. Mega yang sering sembunyi dirumah budhe dulu..." Mega tersenyum cerah,

" ya Ampun Mega?!" perempuan itu terlihat senang sekali melihat Mega,

" kesini nduk?! Kesini?!" perempuan itu melambaikan tangannya beberapa kali dengan semangat,

" Mega mandi dulu ya budhe, setelah ini Mega kerumah budhe.." kata Mega, setelah mengangguk pelan.

" iya nduk iya, kesini ya?! Budhe masak pepes! dan sayur asem! Kau sarapan disini ya?!" kebahagiaan terpancar jelas dari perempuan yang bernama asri itu.

Tiga puluh menit kemudian, setelah Mega mandi dan merapikan dirinya, Mega membuka pintu depan,

" mau kemana nduk pagi pagi begini?" tanya utinya saat melihat Mega berjalan keluar, sementara di luar langit sudah mulai sedikit cerah.

" ke budhe Asri,"

" memangnya Asri sudah bangun?"

" sudah uti, tadi Mega menyapanya dari jendela kamar, lalu budhe memanggil Mega.." jelas Mega,

" owalah, ya sudah nduk kalau dia sudah bangun..

Lho? Kau kan bawa oleh oleh nduk, tidak kau beri budhe asri mu itu?"

" lho? Iya ya uti?! Mega hampir lupa..?!" Mega buru buru kembali ke kamarnya, mengambil dua kotak lapis surabaya.

Mega memasuki halaman rumah budhe Asri yang terletak tepat di sebelah rumah Kakung dan utinya,

Ia di sambut dengan melati yang bermekaran, sama seperti dulu, bedanya dulu tanaman melati di depan rumah budhe Asri tidak serimbun sekarang.

Tanaman melati itu sekarang setinggi satu meter, bahkan di buat melingkari rumah seperti pagar.

" tok tok tok.." Mega mengetuk pelan pintu yang terbuka itu,

Tak banyak yang berubah, rumah itu tetap sederhana, namun cat rumah yang dulu hijau kini berubah menjadi warna putih, dan lantai yang dulu ubin, kini berubah menjadi keramik putih.

" Mega! Masuklah nduk!" budhe Asri berjalan dari ruang tengah ke arah pintu menyambut kedatangan Mega.

Mega di tarik masuk ke dalam, saat itulah Mega melihat banyak perubahan yang ada di dalam rumah itu, dari mulai perabotan dan pernak pernik.

Yang paling membuatnya kaget adalah foto foto yang terpampang.

Itu foto foto Wira,

Iya Wira..

Laki laki itu terlihat gagah, dan yang jelas bertambah tampan.

Mega langsung menundukkan pandangannya, meredam perasaan aneh yang menghinggapinya,

ia terus mengikuti langkah budhe Asri ke dapur.

" Nah, duduklah disini.. Budhe baru selesai memindahkan semua makanan ke dalam piring dan mangkok, kau mau langsung makan sekarang nduk??" tanya budhe asri duduk di hadapan Mega.

" Ini masih terlalu pagi budhe.." ujar Mega sembari tersenyum, namun senyumnya begitu ganjil, hatinya masih di hinggapi perasaan aneh setelah melihat foto foto di dinding ruang tamu budhe Asri.

Ia memang pernah membayangkan, setelah sepuluh tahun berpisah, pastinya Wira akan menjadi laki laki yang lebih dewasa, bahkan mungkin sudah menjadi bapak bapak.

Ia juga mengira, ia pasti akan merasa biasa saja, karena waktu telah lama berlalu, ia pun tidak tau sedikitpun kabar tentang Wira setelah dirinya pergi dari kampung ini,

Tapi nyatanya tidak,

Rupanya masih ada sesuatu yang tersimpan rapi di dalam hatinya.

" Mega?" suara budhe asri membuyarkan pikirannya.

" Iya budhe..?" jawab Mega,

" kau lama liburan disini nduk?" tanya budhe asri sembari memegang tangan Mega,

" lama budhe.."

" suamimu? Tidak ikut?"

Mendengar pertanyaan budhe asri Mega terdiam sejenak, raut wajahnya terlihat berbeda,

" kenapa nduk? Apa kau ribut dengan suamimu? Karena itu kau kesini?" tanya budhe asri sadar dengan perubahan raut wajah Mega.

" Ah.. Tidak budhe, mas Yudha sedang Ada bisnis di luar pulau, jadi untuk sementara sembari menunggu kepulangan mas Yudha saya disini.." jawab Mega, entah kenapa ia tidak bisa berbicara jujur, ia merasa malu kalau kalau permasalahannya di ketahui oleh budhe asri, pastinya budhe asri akan menyampaikannya pada Wira.

Berlipatlah rasa malu Mega, sudah pasti Wira akan menertawakannya, pikir Mega.

" Benar itu nduk?" tanya budhe asri lagi meyakinkan dirinya, karena ia melihat keganjilan ekspresi Mega.

Mega mengulas senyum, menutupi perasaannya,

" sungguh budhe... Mega sudah sepuluh tahun tidak pulang kesini, inilah kesempatan Mega, mumpung tidak ada suami.."

Mendengar itu budhe asri mengulas senyum mengerti,

" Baguslah kalau begitu.. Budhe heran saja, katanya kau sudah menikah, tapi kau malah kesini tanpa suamimu..

maafkan budhe ya, padahal baru bertemu denganmu tapi sudah berpikir yang tidak tidak.."

" tidak apa apa budhe.." Mega mengulas senyum manis.

" Baiklah jika kau tidak mau sarapan dulu.. Temanilah budhe disini.. Kau tidak ada kepentingan kan?"

" tidak budhe.. saya tidak ada rencana atau kepentingan, mungkin besok baru kerumah teman teman lama.."

" siapa nduk?"

" teman sekolah dulu budhe..",

Asri lama menatap Mega sembari terdiam,

" Kenapa budhe menatap Mega seperti itu?" tanya Mega heran,

" budhe sungguh rindu kepadamu nduk.. Lihatlah kau sekarang, cantik.. Dewasa.. Kau bahkan memanjangkan rambutmu yang selalu saja sebahu.." tatapan asri sungguh penuh kerinduan.

" Mega juga rindu budhe.. Rindu semua yang ada disini..

Tapi budhe tau..

Papa dan mama melarang Mega untuk kembali kesini..

Yang Mega bisa lakukan hanyalah berkabar dengan Kakung dan uti lewat telepon..

Maafkan Mega ya budhe..

Sudah bersikap tidak baik dengan tiba tiba pergi.." tatapan Mega sayu.

" Semua orang terluka dengan kepergianmu nduk..

Terutama Wira.."

Deg..

Mega terdiam saat nama itu di sebut,

" maafkan Mega budhe.. Mega saat itu hanyalah seorang anak yang mematuhi perintah orang tua..

Mega sungguh menyesal telah membuat semua orang yang ada disini bersedih.." ucap Mega tertunduk.

Asri menggenggam tangan Mega,

" nduk.. Apa kau tidak menanyakan kabar Wira?" asri menatap Mega teduh,

" mas Wira.." ucap Mega dengan senyum getir,

" mas Wira pasti sehat dan bahagia kan budhe..

Saya sepintas melihatnya di foto saat masuk tadi..

Mas Wira yang dulu kurus sekarang terlihat begitu gagah.." Mega memaksakan senyumnya.

" Iya nduk.. sepuluh tahun sudah berlalu..

banyak hal sudah berubah.."

" saya tau budhe.. sepuluh tahun tidaklah sebentar.."

asri mengangguk pelan,

" kau kan sudah disini.. Sering seringlah kesini ya..

Wira jarang pulang kesini, dia sudah punya rumah sendiri di kampung sebelah.." ujar Asri,

" Oh.. Syukurlah budhe.." jawab Mega lagi lagi mengulas senyum yang di paksa,

Tentu saja Wira sudah punya rumah sendiri, dia juga pasti sudah mempunyai anak istri.., batin Mega.

1
indy
semangat kakak. semoga wira n yuda baik baik saja
Murni Zain
Kasihan Yudha semoga sehat kembali
Mika Saja
trimakasih mba ayu,,,sehat selalu,,,,,semoga akan baik2 SJ entah itu Wira maupun Yudha,,
Isda Wardati K
karya dg alur cerita yang bagus
ayuningdianti: terimakasih kak.. ☺️🙏
total 1 replies
Nene Juan
Thor aku baca nya sampai gx bisa napas saking tegang nya..
margareta nababan
harus happy ending yaaa kakkk, jangan sampai tamat dulu
Murni Zain
Serius Handoko menangis 🤔🤔
msh ada hati dn perasaan sedih lihat anknya bersimpuh.. menyelamatkan dirinya. 🙄
indy
Pak handoko ke anak sendiri saja tega apalagi ke orang lain
Mika Saja
bisa nangis kau pak Handoko, penyesalan mu SDH TDK berguna lg, tinggal menunggu semua yg kau pnya akan hilang sekejap mata,,,mba ayu minta up 1x LG ya 🤭🥰
Mika Saja: siap mba ayu👍🥰🥰
ayuningdianti: besok ya kak.. matanya udah berat..😁🙏🙏
total 2 replies
margareta nababan
AYO UP LAGI KAKKKK PLIS KAMI NUNGGUIN MEGA D BAWA WIRA
Mika Saja
dah Wira ayo bw pergi aja Mega,, pelayan nya SJ sampai blng bgtu,tentunya mrk tau apa yg terjadi dirumah itu,,,
Nene Juan
Sampai ketinggalan tiga part, kenapa gx ada notip, di hpku yah..
Lyna Elza
hadehhhh HANDOKO dipelintir tangan nya Uda kesakitan kayak gitu..... sok pahlawan
Iyee Kah
suksess slalu thorr
ayuningdianti: amin kak...
total 1 replies
Sitti Ramadan
aku nangis lo thor, sedih, terharu wira dtg untuk mega, trus yudha ikhlasin mega buat wira walaupun dia juga harus babak belur
Murni Zain
Alhamdulillah akhirnya pertolongan dtg tepat waktu.. mas Wira ❤😍🥰
mbk Ayu the best ❤❤❤
Wiwik Roviyantini
kok ada y orang tua macam Handoko 😶😶😶
margareta nababan
kakkkkk, ayo up lagiiii saya ga sabarr nii
ayuningdianti: agak malam kak..🙏
total 1 replies
evi Lusi
makash upnya mbak Ayu
evi Lusi
wuih tepat waktu maz wiraa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!