Apa yang kau harapkan dari seseorang yang pergi tanpa pamit?Tidak menyangka Naura bertemu kembali dengan sang mantan suami. Ardan,
saat anaknya menceritakan seorang pria baik yang ia kenal. Namun, di balik kemarahannya pada Ardan, ada perasaan yang sulit di mengerti oleh Naura.
memutuskan untuk menghilang tetapi takdir selalu mempertemukan. Meski masih tidak suka dengan kelakuan Ardan. Rasa bersalah yang di tunjukkan Ardan, membuat Naura mencoba memaafkan kembali.
Dan Ardan juga mencari tahu alasan pergi tanpa pamit yang di lakukan oleh Naura.
Ketika keduanya sudah mendapatkan jawabannya. Apakah dunia akan setuju bahwa itu adalah hal yang tepat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ylfrna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kurasa Kau Cemburu, Tuan
Sepulang dari supermarket Naura tidak berhenti melakukan pekerjaan rumah, setelah masak ia juga mencuci pakaian. Ardan sudah berpakain rapi tetapi ia tidak melihat Naura ada di meja makan.
Ardan berjalan ke kamar belakang dan melihat Naura sedang mencuci pakain.
Wajah lelahnya tidak bisa di sembunyikan, rambutnya di gulung acak dan kaos yang ia kenakan sedikit bernoda.
"Makanku sudah siap?" tanya Ardan mencari topik obrolan
"Sudah aku siapkan di meja makan"
"Tuangkan ke piring dan gelas juga perlu di isi air"
"Iya" ucap Naura tanpa memberikan perlawanan
Naura mengisi piring dengan sedikit nasi dan lauk, tidak lupa sayur sebagai pelengkap.
"Duduk" suruh Ardan
"Iya" balas Naura
"Malam ini saya akan menghabiskan waktu bersama beberapa wanita"
"Iya lakukanlah!" ucap Naura sembari menunjukkan senyumannya
"Kau tidak cemburu?"
"Tidak!"
"Baiklah, akan saya lakukan" tutur Ardan seraya meneguk segelas air
"Kalau begitu aku ingin melanjutkan pekerjaanku" ujar Naura kembali berdiri dari duduknya
Ardan menghembuskan napas perlahan, lelaki itu meletakkan sendok di piring, ia lalu menimang-nimang gelas kosong. Sesuatu yang buruk sedang ia rencanakan.
"Kau malam ini harus pergi denganku!"
Naura mengerutkan dahi karena tidak mengerti "Kenapa?" tanya Naura
Ardan menyandarkan tubuhnya pada kursi, lelaki itu menatap Naura lekat "Kalau saya suruh pergi ya pergi!"
Naura terdiam, mempertimbangkan apa yang harus di katakannya, kemudian Naura mengangguk setuju.
Tepat pukul sepuluh malam, Ardan dan Naura berjalan memasuki club. Salah satu kelab malam mewah dengan tingkat keamanan yang ketat. Sudah di pastikan, hanya orang tertentu yang bisa memasukinya. Veronika adalah anak seorang pengusaha kaya sehingga ia mendapatkan akses untuk melakukan pesta di kelab tersebut.
Disana juga terdapat kasino, arena bowling dan biliar. Tempat yang mereka kunjungi adalah bar. Naura, melihat orang-orang duduk sembari meneguk minuman di dampingi para wanita yang berpakain ketat dan seksi dengan riasan glamor.
Naura kemudian duduk sambil mengedarkan pandangan. Beberapa pria memperhatikan dirinya, seakan Naura adalah orang asing yang baru memasuki klub tersebut. Meskipun itu adalah benar. Namun, Naura tidak mempedulikan tatapan mereka.
Kemudian Ardan meninggalkan Naura, Ardan mengitari meja biliar. Tak lama kemudian Ardan ikut bermain biliar bersama temannya. Karena takut sendirian, Naura putuskan untuk mencari sofa kosong yang berada tidak jauh dari posisi Ardan. Untuk saat ini Naura hanya perlu menanti Ardan.
"Hi nona? Apa kau sedang menunggu seseorang?" orang asing duduk di samping Naura
Naura menoleh melihat lelaki yang tak ia kenali itu, Naura hanya menyunggingkan senyuman lalu kembali mengabaikannya.
"Sepertinya kau sendirian, bagaimana kalau aku temani?" katanya semakin mendekat
Merasa tidak nyaman, Naura bergeser memberikan jarak dengannya.
"Atau bagaimana jika kau yang menemaniku malam ini?" ia berbisik di telinga Naura
"Maaf tuan, aku tidak tertarik!" kata Naura berusaha untuk menjauh darinya. Namun, ia menahan bahu Naura.
Lelaki itu menyeringai lalu mendekatkan wajahnya
"Sombong sekali kau Naura!"
Naura membuang napas muak dan berharap Ardan menolongnya saat ini. Di saat Naura ingin beranjak pergi dengan cepat lelaki asing itu mencekal lengannya.
"Kau mau kemana? Ardan tidak akan peduli denganmu!"
Naura menatap tajam lelaki yang memegang tangannya "Lepaskan" gumam Naura
Lelaki itu menyunggingkan senyuman "Tenanglah sayang! Ardan menyuruhku untuk bermain denganmu!"
Naura mendengus kasar kemudian menepis tangan lelaki itu "Kalian berdua sangat menjijikkan!" maki Naura sambil meludah di depannya
Lelaki itu terperangah, menatap Naura dengan berang "Sialan! Ulangi lagi perkataanmu?" bentaknya dan Ardan melihat situasi saat ini. Ardan hanya tersenyum jahat melanjutkan permainannya
"KAU MENJIJIKKAN!" Naura tidak peduli lagi jika ia menjadi pusat perhatian.
Lelaki itu makin melotot "Sialan! Tidak tahu diri sekali kau! Kau hanya wanita penggali emas, tidak hanya itu kau juga wanita murahan!" bentaknya makin berang dengan mencengkeram lengan Naura dengat erat
Naura meringis kesakitan merasakan cengkeraman lelaki itu
"Kau harus sadar dimana posisi kau saat ini!" bentaknya seraya menarik tangan Naura dengan kasar
"Lepaskan" pinta Naura, banyak orang yang melihat tetapi tidak ada yang menolong. Termasuk suaminya sendiri.
"Lepaskan dia!" suara berat yang terdengar serak, mengalihkan perhatian orang sekitar
Pupil mata Naura sedikit membesar ketika ada orang lain yang membantunya, siapa pria itu? Pikirnya
"Kau tidak seharusnya bersikap kasar kepada wanita"
"Stevan, ini bukan urusanmu!"
"Lepaskan dia" suruh lelaki itu kembali
"Sialan! Kau selalu ikut campur urusan orang lain!"
Lelaki itu menyeringai geli sambil menggeleng pelan
"Kau lupa? Aku benci orang yang menyebalkan!"
Ardan melihat kejadian tersebut, mendengus kesal. Ardan meletakkan stik biliarnya di atas meja lalu melangkah mendekat
"Lepaskan dia!" suruh Ardan, lelaki itu mengangguk dan berlalu pergi
Sementara itu Stevan masih memperhatikan Naura yang sedang mengelus lengannya yang merah akibat cengkraman.
Ardan menyipitkan mata lalu berdecak kesal "Kau memang suka mencari perhatian!"
Naura manaikkan satu alis "Dan kau adalah suami yang tidak berguna!" tatapan Naura sangat tajam
"Sebaiknya aku pulang, karena ini adalah tempat yang cocok dengan kalian!"
Naura meninggalkan Ardan yang masih terdiam. Stevan mengikuti ia dari belakang.
"Kau bawa mobil?" tanya Stevan ketika mereka sudah berada di luar kelab
"Tidak!" jawab Naura menundukkan kepala sembari melihat pergelangan tangannya yang memerah
"Mungkin besok itu akan memar"
"Iya" jawab Naura
"Mari saya antar" ajak Stevan
Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara berat "Kau memang suka merebut apa yang saya punya!"
Stevan tersenyum geli, Ia dan Ardan adalah musuh bebuyutan sedari dulu
"Apa kau kenal dia?" tanya Stevan kepada Naura
"Iya"
"Dia siapa?"
"Majikanku!"
"Haaa, jadi kau punya pilihan sekarang? Ikut denganku yang telah menolongmu atau ikut dengan majikan yang telah mengabaikanmu?"
Naura menoleh ke arah Ardan yang terdiam
"Ikut denganmu!" tunjuk Naura ke arah Stevan
"Kurasa kau kalah lagi!" ejek Stevan kepada Ardan
"Ayo kita pulang" ajaknya
Baru melangkah, Ardan sudah mengangkat tubuh Naura ke pundaknya. Naura tidak ada pilihan selain diam. Jika ia memberontak, takut Ardan akan melemparkan tubuhnya. Stevan tersenyum culas melihat hal tersebut.
Ardan membuka pintu mobil lalu menurunkan Naura dengan kasar
"Saya akan memberikan kau pelajaran!" ancam Ardan
"Kenapa kau tidak membunuhku saja!"
"Baiklah, akan saya lakukan saat di rumah nanti!"
Mobilnya kini meninggalkan area kelab malam tersebut. Wajah Ardan di liputi oleh rasa marah. Naura memejamkan mata. Apapun nanti akan ia terima resikonya.
Benar saja, ketika sampai di rumah Ardan menarik tangan Naura.
"Lepaskan!" ucap Naura baik-baik
"LEPASKAN!" teriak Naura kehilangan kesabaran
"Aku sangat membenci kau! Aku ingin kau menghilang dari hidupku! Aku ingin kau mendapat karma lebih dari ini" maki Naura kepada lelaki itu.
siapa yg mo daftar lagi masih dibuka nih😌