3
Daffa Alfano Dirgantara, laki laki matang berusia 28 tahun. Di usianya yang hampir menginjak kepala tiga, ia sama sekali belum berkeinginan untuk mencari pendamping hidup. Semua ini terjadi karena ibunya meninggal saat dulu melahirkan dirinya dan saudara kembarnya ke dunia ini.
Setelah ibunya meninggal, ia diasuh oleh ayahnya, tapi setelah ia dan saudara kembarnya berusia tiga tahun, ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita yang Daffa tahu berasal dari masa lalu ayahnya. Daffa sangat membenci wanita itu, bahkan jika bisa Daffa ingin menyingkirkan wanita itu, karena ia yakin wanita seperti ibu sambungnya itu hanya ingin mengincar harta kekayaan keluarganya. Hingga akhirnya ditengah kebenciannya yang kian memuncak pada ibu sambungnya itu, ayahnya justru meminta dirinya untuk menikah dengan wanita pilihan mereka, dan hal ini justru membuat Daffa semakin tidak menyukai ibu sambungnya, karena wanita yang akan di jodohkan dengannya, merupakan keponakan jauh dari ibu sambungnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Pagi ini setelah melakukan sarapan pagi bersama, Daffa kini kembali menuruni tangga dan mendudukkan istrinya di kursi roda. Setelah itu, ia mendorong kursi roda tersebut keluar dari kediaman Dirgantara. Sesuai dengan permintaan istrinya yang meminta untuk berjalan pagi, mengitari kompleks perumahan mereka
Daffa terus mendorong kursi roda Sekar. Sesekali ia juga tampak menghentikan langkahnya, dan menghirup udara pagi yang masih terasa segar. Setelah cukup lelah mendorong kursi roda yang diduduki Sekar, kini Daffa mulai mendorong kembali kursi roda tersebut menuju taman yang tidak jauh dari mereka. Daffa duduk di kursi taman, sedangkan kursi roda istrinya, ia kunci tepat didepan kursi taman, hingga kini mereka saling berhadapan
"Mas..."
"Hemmm..."
"Kenapa kau akhirnya mengajakku berteman? Kau tidak berniat macam macam kan?" tanya Sekar, wajar bukan jika ia menanyakan hal ini mengingat dirinya juga pernah menawarkan pertemanan tapi langsung di tolak mentah mentah oleh suaminya, dan kini suaminya malah datang kepadanya dengan tawaran yang amat sangat menggiurkan
"Macam macam seperti apa yang bisa dilakukan suami pada istrinya?" tanya Daffa balik, seakan menantang istrinya untuk mengatakan lebih jelas "Kita sudah sah, seandainya aku memang berniat macam macam, maka itu tidak masalah bukan?"
"Aaa... iya... Maksudku..." Sekar gelabakan saat mendapati perkataan suaminya yang seakan mengatakan bahwa 'apapun' yang terjadi diantara mereka memang hal yang wajar
"Maksudmu?" tanya Daffa sembari terus menatap wajah istrinya dengan intens, bahkan kini senyum tipis terbit di bibirnya saat melihat istrinya salah tingkah karena tatapan matanya
"Lupakan saja, itu tidak penting" ucap Sekar memalingkan wajahnya
"Tapi bagiku itu penting" ucap Daffa masih dengan tatapannya yang intens. Melihat tidak ada interaksi lain yang ditunjukkan istrinya, Daffa berinisiatif menggenggam tangan kiri istrinya "Yang harus kau tahu, aku melakukan semua ini demi kita"
Sekar menatap suaminya dengan kening berkerut. Demi kita? Apa maksudnya, entah mengapa Sekar merasa ada hal yang tidak ia ketahui tentang maksud perkataan suaminya "Maksudmu?"
"Lupakan saja" Daffa melepas genggaman tangannya, dan mengatakan hal yang sama persis seperti apa yang istrinya ucapkan tadi.
"Mas..."
Daffa tidak mengindahkan ucapan istrinya. Yang ia lakukan justru kembali mendorong kursi roda istrinya untuk kembali ke kediaman Dirgantara. Tiba di rumah, terlihat Daffina yang masih mengenakan setelan baju tidurnya tampak sibuk mengetik diatas keyboard laptop miliknya.
"Hai Kak..." sapa Daffina saat melihat kehadiran Kakak dan Kakak Iparnya
"Hai..."
"Apa yang kau kerjakan?" tanya Daffa saat melihat adiknya tampak serius menatap layar laptop didepannya
"Urusan kecil" jawab Daffina, sedetik kemudian ia mengalihkan tatapannya dari layar laptop didepannya, dan menatap Kakaknya "Oh iya aku lupa memberitahu Kakak bahwa aku akan ikut mengelola perusahaan kita" ucap Daffina
"Kenapa?" tanya Daffa heran, sebab selama ini adiknya ini menekuni dunia entertainment yang sangat berbanding terbalik dengan dunia bisnis yang ia tekuni. Tapi kini secara tiba tiba adiknya mengatakan bahwa dirinya juga akan ikut andil untuk mengurus perusahaan keluarga mereka
"Tidak apa apa, aku rasa sudah saatnya aku membantumu, lagipula sekarang kau sudah berkeluarga, jadi waktumu pasti terbagi antara keluarga dan perusahaan" jawab Daffina, enggan menatap wajah Kakaknya yang tampak menelisik kebenaran kata kata yang ia ucapkan
"Baiklah kalau begitu, besok kita langsung ke perusahaan, aku akan mencarikan posisi terbaik untukmu"
"Tidak!" Daffina menutup mulutnya, ia lantas melihat Kakak dan Kakak Iparnya yang tampak menatapnya dengan tatapan heran "Maksudku... aku tidak ingin bekerja bersamamu di kantor pusat, aku ingin memimpin kantor cabang kita yang berada di Lampung" ucap Daffina
"Lampung? Kenapa harus Lampung, cabang perusahaan kita tersebar di beberapa wilayah, tapi kenapa Lampung yang menjadi tujuanmu?" tanya Daffa penasaran, merasa ada sesuatu yang disembunyikan kembarannya ini
"Tidak... Tidak apa apa, hanya saja aku rasa kantor cabang yang paling jarang Kakak kunjungi adalah Lampung, jadi aku berinisiatif untuk stay disana dan mengurus perusahaan kita yang ada disana" jawab Daffina yakin
"Tapi cabang perusahaan disana selalu baik, karena aku mempekerjakan orang orang kepercayaanku disana, maka dari itu aku jarang mengunjungi Lampung karena tidak ada hal yang mengkhawatirkan disana" balas Daffa
"Itu dia..." Daffina menjentikkan jarinya, membuat Daffa semakin tidak mengerti "Aku memilih perusahaan yang ada di Lampung karena perusahaan disana sudah stabil, dan itu artinya aku bisa menjalankan dua peran sekaligus, menjadi pengusaha, dan entertainer. Bagaimana Kakak setuju kan?" tanya Daffina penuh harap
"Tidak"