PLAK
Dewa menatap kaget campur kesal pada perempuan aneh yang tiba tiba menampar keras pipinya saat keluar dari ruang meeting.
Dia yang buru buru keluar duluan malah dihadiahi tamparan keras dan tatapan garang dari perempuan itu.
"Dasar laki laki genit! Mata keranjang!" makinya sebelum pergi.
Dewa sempat melongo mendengar makian itu. Beberapa staf dan rekan meetingnyaa pun terpaku melihatnya.
Kecuali Seam dan Deva.
"Ngapain dia ada di sini?" tanya Deva sambil melihat ke arah Sean.
"Harusnya kamu, kan, yang dia tampar," tukas Sran tanpa menjawab pertanyaan Deva.
Semoga suka ya... ini lanjutan my angel♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berdua Dewa
"Kita mau kemana?" tanya Emily heran saat lift yang membawa mereka menuju ke lantai paling atas.
Tadi dia ngga terlalu memperhatikan tombol yang ditekan Dewa saat memasuki lift khusus petinggi perusahaan.
Lift bukan mengarah ke lantai dasar, tempat mobilnya diparkir, tapi malah ke lantai atas.
"Survey," jawab Dewa kalem. Dia bersandar di dinding lift. Sikapnya selalu santai dan tenang. Posisi berdirinya dengan kedua tangan di saku memang membuat daya tariknya semakin meningkat
Bohong kalo hati, jantung dan ginjal Emily ngga bergetar hebat.
Laki laki tampan banyak, bahkan ada yang bule dengan mata biru super jernih yang dia kenal. Tapi laki laki di dekatnya asli pribumi, tapi punya kharisma tersendiri.
"Mobil, kan, di bawah. Di atas kita naek apa?" Sebenarnya Emily ingin bisa berkata lemah lembut sesekali dengan Dewa, tapi nada yang keluar dari pita suaranya selalu saja ketus.
"Terbang."
Hampir saja Emily mengeluarkan makiannya.
"Emang punya sayap....?" Nada sinis terucap dari bibir Emily saking kesalnya.
"Engga perlu sayap."
TING
Pintu lift terbuka.
Angin kencang root top menerbangkan rok panjang Emily.
Saking kagetnya Emily sampai berteriak sambil kerepotan menahan roknya agar ngga terbang. Dia ngga menyangka sama sekali, kejadian memalukan ini akan terjadi padanya.
Tapi angin terlalu kencang hingga telinga Emily yakin dengan suara yang dia dengar. Bukan hanya berasal dari hembusan angin biasa.
Saat tatapannya mengarah ke depannya, Dewa sedang menatapnya di dekat helinya.
Asem, pantasan ngga ada sayap.
Juga angin yang terlalu kencang ini berasal rotor heli.
Naek ini? Batinnya lagi yang ngga bisa menyembunyikan kekaguman dalam kagetnya.
"Ayo.......," seru Dewa dengan tatapan nakalnya.
Tadi dia dapat sedikit rejeki saat rok itu sempat terbang ke atas. Walaupun ngga sampai terlihat warna un der wear nya.
Dengan agak kesusahan, Emily melangkah mendekati heli.
Dewa membukakan pintu heli untuk gadis itu saat sudah berada di dekatnya.
"Naik," ucap Dewa saat melihat Emily masih tampak ragu.
"Mau dibantu?"
Emily menggeleng. Dia memang jadi norak jika berdekatan dengan laki laki ini
Tadi soal pintu, sekarang heli.
Baru kali ini Emily melihat bahkan naek helikopter secara nyata.
Jangan salahkan dia menjadi agak gugup.
Dewa membantu menaikkan rok panjangnya saat akan menutup pintu heli.
Emily merasa jantungnya berhenti berdetak sejenak saat laki laki itu melakukannya.
Emily merasa menonton soundtrack film luar negeri yang cukup fenomenal.
Tapi yang dia sebelkan, di film itu rotor helinya masih diam. Jadi, kan, terlihat lebih romantis.
Dasar laki laki ini, diam diam me-sum juga, batin Emily antara malu dan kesal.
Saat roknya terbang kemana mana, Emily sempat menangkap tatap laki laki itu fokus ngga berkedip, mengarah ke bagian sen-sitifnya.
Memang ngga ada laki laki yang sopan dan dingin seratus persen!
Sekarang laki laki itu sudah berada di sampingnya.
"Pake itu," ucap Dewa sambil mengenakan headphonenya.
Emily meraihnya dan mencoba mengenakannya perlahan.
Dia sering pake model headphone begini, apalagi yang buat nutup kupjng saat naek pesawat, walau memang beda dikit aja.
Dewa membenarkan headphonenya sambil merapikan rambut Emily.
'Bisa pake sendiri yang itu, kan?" tunjuknya pada seatbeltnya.
Emily hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan perasaan gugup yang luar biasa.
Setelahnya helikopter mulai diterbangkan Dewa.
Pantas mama Nagita sangat ingin memiliki menantu salah satu dari si kembar ini.
Maennya aja pake helikopter.
Kalo mama Nagita atau kakek neneknya tau siapa yang berada di samping Dewa sekarang, pasti mereka akan langsung terkena stroke.
Emily sendiri pun sudah mengalami gejalanya.
"Baru pertama?" tanya Dewa sambil menoleh sekilas saat melihat wajah tegang di sampingnya.
"Hemm....."
Kelihatan, ya? Malunyaaa...... Emily dapat rasakan wajahnya memanas.
Jangan ditanya kenapa, sih, sungutnya dalam hati.
Kalo pesawat, dia sudah biasa.
Tapi heli?
Apa lagi dia langsung bertatapan dengan langit dan burung burung yang lewat sangat dekat dengannya.
Tubuhnya masih gemetar. Emily merasa dirinya malu karena kenorakannya.
Tapi satu genggaman hangat menyentuh lengannya.
"Kenapa tanganmu begitu dingin?" tanya Dewa tanpa menghilangkan fokusnya ke depan.
Hiiii..... Kenapa tanya tanya melulu...., batin Emily kesal.
"Coba lihat ke bawah. Pasti kamu bakal senang."
Emily masih merasakan se ntuhan hangat itu dan dia memberanikan diri melihat ke bawah.
Perlahan lahan ketakutannya menghilang. Pemandangan kota terlihat sangat indah dari atas. Dia mulai tersenyum.
Ternyata sangat menyenangkan naek heli. Apalagi kalo malam hari. Pasti lampu lampu kota akan terlihat indah, batin Emily.
Dia melirik Dewa yang masih fokus dengan kemudi helinya.
Laki laki ini bukan hanya sekedar kaya. Tapi kaya banget. Nagita memang beruntung, batinnya lagi.
Sekarang langit biru dan awan di sekitarnya pun sudah terlihat indah.
Dewa juga tersenyum. Gadis itu sudah menikmatinya.
"Kalo kamu suka, kita bisa melakukannya juga di malam hati."
Emiliy menoleh, ada sedikit riak.di dalam sepasang matanya.
Dia tau keinginanku? Wajah Emily kembali merona.
"Ngga mungkin survey malam malam. Lagi pula, survey siang ini pasti juga akan cepat selesai," tolak Emily cepat dengan gemuruh di dadanya.
Kenapa ngga bilang terus terang ngajak kencan, batinnya berharap.
"Ya, ya. Semoga saja. Kamu harusnya ingat, lahan yang dibeli daddyku sangat luas. Bisa saja kita pulang malam atau besok pagi." Dewa mulai melihat lahan yang akan mereka survey. Masih banyak ditumbuhi pepohonan.
Ada sungai yang mengalir jernih di bawah sana.
Daddynya memang menyiapkan sespesial itu buat maminya.
Lahan ini akan dibangun vila kecil dengan tempat barbeque dan ranch yang dipenuhi beberapa kuda pilihan nantinya.
"Besok? Menginap maksud kamu?" Emily ngga bisa menyembunyikan keterkejutannya.
"Hemm.... Ngga keberatan, kan? Kamu harus profesional," jawab Dewa kalem sambil melirik wajah panik Emily.
Dewa merasa dirinya berubah seratus delapan puluh derajat saat bersama Emily.
Dewa sama sekali ngga mengenali siapa dirinya.
Dia yang kalem, dingin, jadi pria perayu dan pembuly saat bersama Emily.
Mungkin nanti dia akan memeriksakan dirinya ke dokter kejiwaan. Jangan sampai dia mengalami penyakit kepribadian ganda.
"Nggak, nggak. Paling sore selesai disurvey," bantah Emily tambah panik
"Kamu yakin?"
"Ya yakinlah," gugup Emily menjawab.
"Di kertas dan di lapangan beda, nona." Helikopter mulai merendah untuk mendarat di helipad yang sudah ada di sana.
Daddynya sudah mempersiapkannya.
Emily ngga bisa menjawab, karena tangannya sibuk berpegangan akibat getaran yang ditimbulkan heli.
Ngga lama kemudian heli pun mendarat dengan mu lus.
Jantung Emily berdetak keras. Ini pengalaman mendebarkan sekaligus menyenangkan.
Seandainya Carmen dan Nanni tau apa yang terjadi padanya, pasti mereka akan terus meracuninya untuk menikung Nagita demi mendapatkan Dewa.
"Ayo turun."
Lamunan Emily buyar ketika kedua tangan Dewa melepaskan headphonenya.
Tatap mereka bertemu lagi.
Wajah tampan itu cukup dekat.
Gemuruh di dadanya semakin menggelegar saja.
Kemudian dengan santai Dewa melepaskan seatbelt Emily dan mendorong pintu di sisinya.
Emily merasa oksigen di sekitarnya semakin berkurang.
Laki laki ini sangat harum. Perasaan Emily semakin goyah.
Sesaat dia jadi ingin menikung Nagita.
Bolehkah?
rasakan kau Baron.. sekarang rasakan akibatnya mengusik calon istrinya Dewa... 😫😫
sudah tahu bakal besan juhan orang berkuasa mlh cari masalah muluk baron
kalau mereka ketemu gimana ya...
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan
atau nanti Agni juga ikut-ikutan bersandiwara... buat ngetes calon menantu... he he he he ..
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan