Kecelakaan menjadikan tertulisnya takdir baru untuk seorang Annasya Atthallah. Berselang dua bulan setelah kecelakaan, gadis yang biasa dipanggil Nasya itu dipinang oleh orang tua lelaki yang merupakan korban kecelakaan.
Airil Ezaz Pradipta, terpaksa menyetujui perjodohan yang diam-diam dilakukan oleh kedua orang tuanya. Tidak ada yang kurang dari seorang Nasya. Namun dirinya yang divonis lumpuh seumur hidup menjadikan Airil merasa tidak pantas bersanding dengan perempuan yang begitu sempurna.
Lelaki yang dulunya hangat itu berubah dingin ketika bersama Nasya. Mampukah Nasya meruntuhkan tembok es itu dan melelehkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susilawati_2393, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 35
Di hari-hari berikutnya Nasya menyibukkan diri dengan kembali ke kantor. Ia tidak bisa menemani Airil setiap saat karena memang suaminya masih dalam pengawasan yang ketat.
“Ada kabar dari pihak kepolisian, sopir truk penyebab kecelakaan beruntun yang melarikan diri itu sudah ditahan.” Beritahu Adnan pada putrinya ketika mereka tiba di rumah.
Papa Zaky tidak mengizinkannya pergi ke rumah sakit lagi sebelum Airil melewati masa kritis dan bisa ditemui. Nasya hanya bisa menurut, meski meyakini ada yang disembunyikan oleh Abi Adnan dan ayah mertuanya itu. Dan setiap kali ia keluar rumah, abi tidak pernah membiarkannya pergi sendirian.
“Hanya itu?” Nasya menoleh pada sang abi, berharap ada berita lain yang diterimanya.
“Iya, polisi tidak mungkin salah dalam melakukan penyidikan, Nak.” Adnan meyakinkan putrinya.
Nasya tidak membantah, seperti yang sudah-sudah ketika dia ingin terus dilakukan penyelidikan abi akan menasehatinya untuk mengikhlaskan apa yang telah terjadi. Tidak ada pilihan, selain meminta Seno untuk melakukan penyelidikan. Ia tidak akan melepaskan penjahat begitu saja.
...🍀🍀🍀...
“Kita hanya bisa menduga-duga, karena belum ada bukti akurat yang didapatkan. Saat ini hanya Vanguard yang sedang memiliki dendam dengan Emeral Corp. Dan Franky menunjukkan ketertarikan pada Nasya,” ujar Zaky berspekulasi saat mereka mengadakan pertemuan yang dihadiri Adnan.
“Kak Na memang pernah menyelidiki Franky dibantu oleh Seno Archer. Dan karena bantuan Kak Na juga Tuan Winson akhirnya mau bekerjasama dengan kita,” beritahu Arraz.
“Nasya?” Tanya Adnan memastikan. Tidak menyangka putrinya yang terlihat tenang itu bisa mengambil langkah yang membahayakan.
Arraz mengangguk kecil, “jadi kemungkinan Franky memiliki tujuan lain bekerjasama dengan kalian.”
“Kalian tidak mungkin menghentikan kontrak kerjasama yang sudah terjalin. Akan lebih aman jika Nasya diberhentikan, kita tidak bisa selalu mengawasinya.” Ujar Zaky mengusulkan yang tidak bisa langsung Adnan setujui.
Karena sangat mengerti kalau sekarang hanya bekerja yang menjadi tempat pelarian putrinya untuk menyibukkan diri.
“Ini keputusan yang sulit, hanya pekerjaan yang bisa mengalihkan perhatian Nasya dari Airil. Sedang kita tidak tahu kapan Airil bangun. Menentang keinginannya untuk bekerja akan membuat Nasya semakin tertekan.” Ucap Adnan bingung, sedang keselamatan putrinya sangatlah penting.
Sementara orang yang sedang dibicarakan saat ini sedang menemui Seno di sebuah restoran. Istri Airil itu pergi diam-diam dari kantor, kalau izin pada sang abi sudah tentu tidak akan dibolehkan.
“Kita bertemu lagi Nyonya Anna,” sapa Seno ramah. Pria dengan tinggi seratus delapan puluh sentimeter itu tersenyum manis pada Nasya. “Kenapa tidak lewat telepon saja kalau sedang perlu bantuan.”
“Saya lebih suka menyampaikannya langsung,” ujar Nasya tidak ingin berbasa-basi. “Tiga hari yang lalu suami saya mengalami kecelakaan beruntun. Saya ingin meminta bantuan anda untuk menyelidikinya lebih lanjut. Saya sangat yakin ini masih ada hubungannya dengan kecelakaan yang pertama kali dialaminya.”
“Anda menduga ini perbuatan Mr. F?” Tanya Seno dengan kekehan yang diangguki Nasya. “Anda terlalu sentimentil dengannya, padahal kalian ada hubungan kerjasama antar perusahaan.”
“Saya tidak suka menduga-duga. Saya ingin semuanya jelas, agar apa yang saya katakan tidak hanya dianggap sebagai tuduhan yang tidak berdasar.”
“Apa anda selalu bertindak agresif seperti ini? Mungkin sekarang andalah yang sedang mereka incar. Anda tidak boleh mengesampingkan keselamatan diri sendiri,” Seno mengingatkan.
“Saya tahu, semua orang juga mengatakannya.” Sahut Nasya, yang kemudian berpamitan.
“Apa dia juga bersikap dominan seperti itu di depan suaminya?” Gumam Seno penasaran, terlihat dingin namun nyatanya rapuh.
sabar ya sa
key diamm
sblm.terkmabat