Seorang gadis bernama Arumi terjebak satu malam di kamar hotel bersama pria asing. Tak di sangka pria itu adalah seorang CEO. Orang terkaya di kotanya. Apa yang akan Arya lakukan pada Arumi? apakah Arya akan bertanggung jawab dengan kejadian malam itu, lalu bagaimana dengan calon istri Arya setelah tahu hubungan satu malam Arya dengan Arumi. Apakah dia akan membatalkan pernikahannya dengan Arya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjemput Olivia
Malam ini, Arya masih berada di dalam ruangannya. Sejak tadi dia masih berkutat di depan layar monitornya. Waktu saat ini sudah menunjukan jam sembilan malam.
Ting.
Sebuah notifikasi dari ponsel Arya. Satu chat masuk ke ponsel Arya. Arya mengambil ponselnya yang ada di atas meja kerjanya.
(Sayang, aku kemalaman. Bisa nggak kamu jemput aku sekarang. Aku takut mau pulang naik taksi)
Arya menekan nomer Olivia untuk menghubunginya.
"Halo..."
"Halo sayang. Kamu bisa nggak jemput aku di rumah sakit. Aku mau pulang, tapi nggak ada taksi malam-malam gini. Kamu masih ada di kantor kan?"
"Iya."
"Kamu masih sibuk lembur ya sayang. Maaf ya, kalau aku sudah merepotkan kamu."
"Nggak apa-apa. Aku akan jemput kamu sekarang."
"Iya. Aku tunggu ya sayang. Bye..."
Setelah menutup saluran telponnya, Arya meletakan ponselnya kembali di atas meja. Setelah itu dia mematikan laptopnya dan membereskan berkas-berkas yang ada di atas meja. Setelah Arya siap, dia kemudian pergi keluar meninggalkan ruangnya.
Arya melangkah sampai ke parkiran mobil. Setelah itu Arya masuk ke dalam mobil dan meluncur pergi meninggalkan kantornya.
Sesampainya di depan rumah sakit, Arya melajukan mobilnya sampai di depan Olivia.
"Ayo masuk!" pinta Arya.
Olivia membuka pintu mobil itu dan masuk ke dalam mobil. Dia kemudian duduk di sisi Arya menyetir. Mereka kemudian meluncur pergi meninggalkan rumah sakit.
Sejak tadi, Arya masih diam. Di perjalanan pulang, Arya tidak mengatakan apapun. Olivia tidak tahu apa yang terjadi pada Arya.
"Mas, kamu kenapa sih, dari tadi diam saja? apa yang lagi kamu fikirkan?" tanya Olivia.
Arya menggeleng. "Nggak ada."
"Kamu lagi punya masalah apa Mas? aku perhatikan akhir-akhir ini kamu sering murung."
Arya menatap Olivia sekilas setelah itu dia kembali fokus dengan menyetirnya. Akhir-akhir ini Arya memang tidak pernah konsen dan fokus pada pekerjaannya, karena dia masih memikirkan kejadian malam itu.
Arya tidak mungkin mengatakan masalah itu pada Olivia karena Arya takut kehilangan Olivia. Seandainya Oliva tahu Arya sudah tidur dengan wanita lain, mungkin Olivia bisa memutuskan pertunangannya dengan Arya. Arya tidak mau hal itu terjadi. Karena sebentar lagi Arya dan keluarga Olivia akan mempersiapkan pesta pernikahan.
Arya tersenyum.
"Akhir-akhir ini aku memang lagi punya banyak fikiran. Setiap hari aku harus lembur di kantor karena pekerjaanku menumpuk."
"Sayang sabar ya. Namanya juga pekerjaan. Nggak akan ada habisnya. Sama halnya juga dengan pekerjaan aku sebagai dokter,setiap hari aku harus siap menangani pasien."
"Kita mau langsung pulang?" tanya Arya.
"Em, kalau aku ikut kamu pulang ke rumah kamu boleh nggak?"
"Tapi ini udah malam. Bagaimana kalau orang tua kamu nyariin."
"Aku bisa bilang ke mereka kalau malam ini aku mau tidur di rumah kamu. Mereka pasti mengizinkan."
"Ya sudahlah, terserah kamu. Kamu bisa tidur sama Fani malam ini."
Olivia tersenyum.
"Makasih ya sayang," ucap Olivia sembari bersandar di bahu Arya.
Sesampainya Arya di depan rumahnya, Arya kemudian turun dan membuka pintu mobil untuk Olivia.
"Ayo!"
Olivia mengangguk. Dia kemudian turun dari mobil Arya dan mengikuti Arya masuk ke dalam rumah. Arya dan Olivia menghentikan langkahnya saat mereka sampai di ruang tengah. Ke dua orang tua Arya masih duduk di ruang tengah. Arya dan Olivia menghampiri mereka.
"Tante, Om," ucap Olivia. Olivia kemudian mencium tangan ke dua orang tua Arya.
"Oliv, kebetulan banget kamu ke sini. Ada yang mau Tante bicarakan sama kalian berdua," ucap Bu Monika Mama Arya.
"Oliv, aku mau ke kamar dulu ya," ucap Arya.
Olivia mengangguk. Dia kemudian duduk di dekat Bu Monika. Sementara Arya pergi untuk ke kamarnya.
"Oliv, kamu baru pulang dari rumah sakit?" tanya Pak Rangga Papa Arya.
"Iya Om. Seharusnya aku pulang sore. Karena tadi ada banyak pasien yang harus aku tangani, jadi aku kemalaman pulangnya. Oh iya, bagaimana kondisi Om?" tanya Olivia.
"Seperti yang kamu lihat, tubuh Om masih belum pulih. Om belum bisa berjalan, tangan dan kamu Om, semuanya belum bisa digerakin dengan baik "
"Sabar ya Om. Kalau Om rutin berobat insya Allah tubuh Om akan kembali normal. Aku juga akan membantu Om secara maksimal."
Pak Rangga tersenyum. Pak Rangga tahu, kalau Olivia itu wanita yang cerdas. Makanya sejak tahu anaknya menjalin hubungan dengan Olivia, Pak Rangga langsung setuju dan langsung merestui hubungan mereka. Begitu juga dengan Bu Monika. Dia juga sudah sangat cocok dengan calon mantunya.
Oliva menatap Pak Rangga dan Bu Monika bergantian.
"Katanya ada yang mau kalian bicarakan. Kalian mau bicara apa?" tanya Monika.
"Tante mau pesan gaun pengantin untuk acara pernikahan kamu. Besok, kamu dan Arya bisa kan datang ke butik untuk memilih gaun pengantin?" tanya Bu Monika.
"Besok ya Tan?"
"Iya. Kalau kamu besok nggak sibuk, Tante akan suruh Arya menemani kamu ke butik langganan Tante. Gimana?"
"Ya Tan. Nanti aku usahakan pulang cepat."
Di dalam kamarnya, Arya masih duduk di sisi ranjang.
"Kenapa gadis itu selalu menerorku. Seharusnya waktu itu aku biarkan saja dia. Tidak perlu aku beri kartu namaku. Kemarin dia berani datang ke kantor ku dan meminta uang dua puluh juta. Apakah nanti dia akan datang lagi menerorku. Bagaimana kalau Olivia tahu hubungan satu malamku dengan Arumi," gumam Arya.
Arya bangkit dari duduknya. Setelah itu dia ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Selesai mandi, Arya ganti baju. Setelah itu dia naik ke atas tempat tidur.
Beberapa saat kemudian, pintu kamar Arya terbuka lebar. Olivia tersenyum saat melihat Arya.
"Olivia, mau ngapain kamu ke kamar aku?" tanya Arya sembari beringsut duduk.
"Aku cuma mau pastiin aja kamu sudah tidur atau belum. Kamu capek banget ya Mas?" tanya Olivia.
Arya hanya tersenyum kecil.
"Lumayan capek. Kenapa kamu bertanya seperti itu? apa kamu mau pijatin aku?"
Olivia menghempaskan tubuhnya di sisi ranjang Arya. Dia kemudian menatap Arya lekat.
"Boleh. Apa kamu mau aku pijat?"
"Ya. Boleh."
Olivia kemudian memijat pelan bahu Arya.
Seandainya kamu tahu apa yang terjadi malam itu, apakah kamu masih akan seperhatian ini Oliv, batin Arya.
Selasai memijat, Olivia pamit untuk keluar.
"Mas, aku udah ngantuk. Aku mau ke kamar Fani dulu ya," ucap Olivia.
Olivia bangkit dari duduknya. Sebelum Olivia pergi, Arya meraih ke dua tangan Olivia dan menggenggamnya erat.
"Sayang, kamu nggak mau tidur di sini?" tanya Arya.
"Mas, kita itu belum sah menjadi suami istri. Mana boleh kita tidur bareng."
"Tapi kan cuma tidur saja sayang. Aku nggak akan berani macam-macam kok sama kamu."
"Tapi sama saja Mas. Aku kan malu sama keluarga kamu kalau harus tidur di kamar kamu. Lebih baik aku tidur di kamar adik kamu saja."
Arya menghela nafas dalam
"Gitu? tapi kalau aku mau cium kamu nggak apa-apa kan?"
"Mas, genit banget sih kamu."
Arya bangkit dari duduk dan mendekati Olivia. Arya kemudian mulai mendekatkan bibirnya ke bibir Olivia.
"Em, tunggu," ucap Olivia sembari menahan bibir Arya dengan tanganya.
"Ada apa sayang?"
"Sabar dulu lah Mas. Kita belum sah, Kamu boleh cium aku asal cium pipi sama kening aja "
"Ah, kamu ini. Ya sudah lah. Aku nggak akan maksa kamu."
Selama berpacaran dengan Olivia, Arya belum pernah mencium bibir Olivia. Itu semua karena Olivia tidak pernah mau berciuman. Dan Arya pun tidak pernah memaksa Olivia untuk berciuman. Dia sangat menjaga sekali tunangannya itu.
Arya mencium kening Olivia. Setelah itu dia mencium ke dua pipi Olivia.
"Selamat malam sayang, selamat tidur dan selamat beristirahat," ucap Arya
"Selamat malam Mas. Selamat tidur, semoga mimpi indah," ucap Olivia.
Setelah itu Olivia pun pergi meninggalkan kamar Arya.
***