My Boss, Hot And Cool

Setelah semua banyak yang berani mau melaporkan tentang pencabulan yang di lakukan oleh pak Parjo, kini mereka bersiap untuk melapor pada polisi tentang penganiayaan, penculikan Riana dan juga pencabulan pada beberapa korban.

Mereka datang beramai-ramai ke kantor polisi untuk melapor tentang pak Parjo yang menjadi dukun palsu selama beberapa tahun. Ibu-ibu mereka sangat malu sekali, banyak yang menyembunyikan fakta bahwa suami-suami mereka ada yang meninggalkan istrinya karena mereka mendapati istrinya sudah hamil lebih dulu oleh pak Parjo itu.

Riana senang akhirnya perdukunan palsu itu terbongkar juga dan banyak yang melapor. Dengan kejadian Riana itu, mereka sadar kalau pak Parjo memang dukun palsu.

Ibu Riana, bu Sarmi merasa malu pada tetangga dan juga kedua anaknya. Namun begitu, dia bersyukur banyak juga yang sadar.

"Ibu malu dan bersalah sama kamu Riana." ucap bu Sarmi ketika mereka masih di kantor polisi.

"Sudahlah bu, dengan kejadian ini mereka jadi sadar dan mau melaporkan atas pencabulan anak-anak gadis mereka." kata Riana.

Satu persatu sudah di tangani polisi, Riana dan ibunya. Serta Nino sudah di periksa lebih dulu, mereka juga di antar oleh Ethan pulang ke rumah kembali.

Suasana hening, di kampung itu segera polisi datang untuk membongkar praktek dukun palsu pak Parjo. Menggerebekan polisi ke rumah dukun itu sudah di ketahui oleh pak Parjo dan anak buahnya. Mereka melarikan diri, tapi polisi tidak tinggal diam.

"Mereka kabur Riana." kata Marni merasa khawatir.

"Tenang saja, polisi tidak akan membiarkan kabur terlalu lama. Besok juga akan di ketekuman." jawab Ethan menanggapi.

"Iya Marni, kamu tenang saja. Jangan takut." kata Riana.

_

Kini kampung Riana sudah tenang kembali, setelah malam harinya pak Parjo sudah di temukan di tempat persembunyiannya dan langsung di ringkus oleh polisi serta anak buahnya.

Riana merasa lega, dia sudah membantu warga kampungnya terlepas dari anggapan bahwa minta doa dari dukun Parjo akan segera mendapatkan jodoh.

Kini Riana akan bersiap lagi kembali ke kota, bekerja lagi dengan bosnya. Ethan, dia menunggu Riana selesai beres-beres barang bawaannya. Ethan sedang mengobrol dengan ibu Riana dengan santai.

"Jadi nak Ethan ini anaknya bos Riana yang dulu?" tanya bu Sarmi.

"Iya bu, papa saya menyerahkan perusahaan pada saya. Dan Riana tetap jadi sekretaris saya." jawab Ethan.

"Ooh, begitu ya. Apa Riana sikapnya baik? Maksud ibu, apakah dia sopan begitu." kata bu Sarmi.

"Ya, dia sangat sopan. Makanya masih terus bekerja di kantor saya." kata Ethan.

Yang sering mengganggu Riana adalah dirinya, Ethan tersenyum sendiri mengingat dia sering mengerjai Riana. Tapi Riana sangat sabar menghadapinya.

"Riana itu sejak remaja di tinggal ayahnya meninggal sewaktu ada gempa bumi di kampung. Ayahnya terkena longsor di bukit sana, tidak di temukan jasadnya, hilang sampai sekarang tidak ketemu. Jadi warga di sini dan kami menganggap ayahnya Riana sudah meninggal terkubur dalam di bawah sana. Kami ikhlas kehilangan tulang punggung kami, akhirnya Riana yang mengambil alih membantu ibu mencari nafkah." kata bu Sarmi bercerita tentang suaminya dan bagaimana Riana hidup.

Ethan tertegun, dia merasa hidup baik-baik saja dan semua fasilitas dia dapatkan. Tapi Riana berjuang demi keluarganya bekerja mencari uang. Ada rasa kagum pada Riana, dia mendengarkan cerita ibu Sarmi tentang Riana.

Serius mendengarkan cerita bu Sarmi tentang Riana, tiba-tiba dia ingin buang air kecil. Dia bertahan karena tidak enak meninggalkan orang yang sedang bercerita, tapi akhirnya Ethan tidak tahan juga.

"Bu, maaf. Saya ingin ke kamar mandi." kata Ethan.

"Oh, ingin buang air?" tanya bu Sarmi.

"Iya."

"kamarnya ada di belakang, dekat dapur."

"Iya bu, saya tahu. Heheh, maaf lho saya sudah tidak tahan." kata Ethan.

"Iya, ngga apa-apa. Kosong kayaknya."

Ethan pun bangkit, dia benar-benar tidak tahan ingin buang air kecil. Dia menuju kamar mandi terlihat kamar mandi itu tutup pintunya, dia mendorong kuat hingga pintu itu terbuka lebar.

"Aaargh!"

Brak!

Pintu tertutup lagi, Ethan masih terpaku di tempatnya. Dia benar-benar tidak tahan ingin buang air kecil.

Tok tok tok.

"Riana! Cepat keluar! Aku ingin buang air!" teriak Ethan menggedor pintu kamar mandi.

"Pergi dari situ!" ucap Riana kencang.

"Ish! Mana bisa, aku ingin keluar ini!" ucap Ethan.

Sebenarnya dia juga kaget tadi, melihat Riana memakai handuk saja di kamar mandi. Tubuhnya sebagian terlihat, membuat Ethan terpaku tadi.

Ethan kembali menggedor pintu kamar mandi, dan tak lama Riana keluar dengan memakai baju tadi untuk menutupi tubuhnya. Tatapannya tajam ke arah bosnya yang juga menatapnya.

"Lain kali ketuk pintu dulu! Jangana asal buka!" ucap Riana kesal pada Ethan.

"Kamu juga kenapa tidak mengunci pintu?!" ucap Ethan tak mau di salahkan sendiri.

Meski dia tadi merasa senang bisa melihat sebagian tubuh Riana, tapi dia tidak mau di salahkan juga karena Riana tidak mengunci pintu.

"Aku mau keluar, tapi anda mendorong pintunya. Jadi aku kaget, kamu sengaja kan?"

"Sudah, aku sudah tidak tahan. Kalau berdebat dengan kamu di sini, bisa-bisa aku ngompol."

Brak!

Ethan masuk kamar mandi dan menutup pintu dengan keras. Riana melotot, dia benar-benar kesal pada Ethan. Sudah salah tapi masih saja mengotot, dia pun melangkah menuju kamarnya.

Meskipun marah pada Ethan tadi, dia sangat malu karena Ethan tahu dia hampir telanjang jika tidak segera menutupnya dengan handuk.

"Dia itu, selalu saja bikin kesal." ucap Riana.

Segera Riana mengganti baju, berdandan sekedarnya saja. Karena sore ini akan segera berangkat lagi ke kota, besok harus bekerja.

Karena Ethan ada di rumahnya, jadi mereka akan pergi bersama. Di beri kompensasi satu hari, mereka sama-sama tidak masuk kantor di hari Senin ini karena kasus pak Parjo baru selesai pagi tadi.

Setelah selesai, Riana pun keluar dari kamarnya. Memakai kaos pendek dan blazer jaens dengan celana jeans juga. Rambut di kuncir satu, dan dandanan natural saja.

Ethan menatap takjub penampilan Riana yang berbeda kali ini. Dia sering melihat Riana memakai baju kantor saja, jadi melihat Riana dengan penampilan berbeda jadi terpaku.

"Jam berapa berangkatnya pak?" tanya Riana membuyarkan lamunan Ethan.

"Oh, sekarang juga bisa." kata Ethan gugup.

"Ya udah, aku pamit dulu sama ibu." kata Riana.

"Ya, sekalian juga saya pamit." kata Ethan.

Mereka menuju dapur, ibu Riana sedang bersiap masak untuk makan malam dengan Nino. Dia tahu Riana akan berangkat lagi ke kota.

"Bu, aku pamit ya. Berangkat lagi, besok harus kerja." kata Riana menyalami ibunya kemudian memeluknya.

"Iya Riana, maafkan ibu ya." kata bu Sarmi.

"Udah bu, jangan di ingat lagi." kata Riana.

"Saya juga pamit bu, dan terima kasih tentang ceritanya tadi." kata Ethan.

"Oh ya, heheh. Itu hanya sepenggal cerita saja nak Ethan." kata bu Sarmi.

"Itu sangat berharga bu, bisa jadi sesuatu ke depannya." kata Ethan.

"Sesuatu?"

"Oh tidak. Lain kali. Heheh." kata Ethan tertawa kecil.

Dia menyalami bu Sarmi dan tersenyum. Riana menatap bosnya, seperti ada rahasia. Apa yang di ceritakan ibunya pada Ethan?

_

_

*********************