NovelToon NovelToon
Pengkhianatan Di Malam Pertama

Pengkhianatan Di Malam Pertama

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama
Popularitas:46.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Kolom langit

Embun tak pernah menyangka bahwa kejutan makan malam romantis yang dipersembahkan oleh sang suami di malam pertama pernikahan, akan menjadi kejutan paling menyakitkan sepanjang hidupnya.

Di restoran mewah nan romantis itu, Aby mengutarakan keinginannya untuk bercerai sekaligus mengenalkan kekasih lamanya.

"Aku terpaksa menerima permintaan ayah menggantikan Kak Galang menikahi kamu demi menjaga nama baik keluarga." -Aby

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 : AKU TIDAK BERMAKSUD

"Kamu nggak marah aku menampar pacar kamu?" tanya Embun sesaat setelah mobil yang dikemudikan Aby melaju. Embun melirik ke belakang dan melihat Vania menatap marah dengan tangan terkepal. 

Sementara Aby melirik Vania di belakang sana melalui kaca spion, lalu kembali terfokus pada jalan di depan. Pagi ini jalan cukup lengang, tidak seperti biasanya di mana mereka kerap terjebak kemacetan. 

"Kenapa harus marah? Vania memang salah."

"Dia akan marah sama kamu karena membela aku." 

Embun sudah mampu menebak bahwa setelah ini Vania dan Aby akan bertengkar hebat. Tetapi, anehnya Aby malah terlihat biasa saja, seolah tak ada beban. 

"Sangat wajar kalau kamu menegur dia dengan cara seperti itu. Dia memang sudah keterlaluan." 

Embun menarik napas dalam. "Aku nggak benci sama Vania. Aku cuma nggak suka kata-katanya yang kasar." 

"Dia memang gitu kalau marah. Biarkan saja." 

Kening Embun terlihat mengerut. Ada beberapa pertanyaan yang hinggap di hatinya. Aby yang biasanya sangat menjaga perasaan kekasihnya itu, justru kini terkesan mengabaikan. 

Benar saja, sejak berpisah di kedai makan pagi tadi, entah sudah berapa puluh kali ponsel milik Aby berdering hingga menjelang siang. Namun, Aby tak memerdulikan. Bahkan membiarkan baterai ponsel melemah hingga mati dengan sendirinya. 

Membuat Vania uring-uringan hampir seharian. Wanita terisak-isak di toilet kampus sambil menatap layar ponsel. 

"Semakin hari Aby semakin mengabaikan aku. Semua ini karena Embun." 

**** 

Malam pun tiba. 

Aby menuju rumah sakit setelah menyelesaikan pekerjaan. Waktu menunjuk pukul tujuh malam ketika ia tiba di rumah sakit. Punggungnya yang terasa pegal bersandar pada sandaran mobil. Beban pikiran turut membuat tubuhnya mudah lelah. 

Pria itu mengeluarkan ponsel dari dashboard. Baru saja layar ponsel menyala, sudah ada puluhan pemberitahuan panggilan tak terjawab dan juga pesan masuk yang berasal dari nomor kontak Vania. 

Aby memilih mengabaikan dan segera melangkah melewati sebuah pintu kaca otomatis. Namun, langkahnya yang cepat mendadak terhenti saat mendapati sesuatu. Embun sedang duduk di kantin rumah sakit bersama seorang pria. 

"Dewa?" 

Meskipun posisi keduanya duduk membelakangi, namun Aby sangat yakin sosok pria yang bersama istrinya adalah Dewa. Dilihat dari warna kemeja yang digunakan menyerupai warna kemeja Dewa saat ke kantor tadi. 

"Mau ngapain sih itu orang?" Aby bermonolog, dengan tatapan tak lepas dari Embun dan Dewa. 

Tak ingin menciptakan jawaban sendiri dalam benaknya, Aby segera mendekat. Dari tempatnya berdiri, ia dapat mendengar obrolan keduanya. Embun yang selama ini bersikap sangat dingin terhadapnya, justru terlihat sangat ceria saat bersama Dewa. Wanita itu bahkan beberapa kali terdengar cekikikan hanya dengan candaan garing dari Dewa. 

"Ehem ...." Suara deheman Aby membuat keduanya menoleh bersamaan. 

Embun terdiam beberapa saat ketika menyadari keberadaan suaminya, sedangkan Dewa tampak tidak begitu peduli. 

"Sudah malam, kenapa masih di luar?" tanya Aby kepada Embun. Namun, pertanyaan itu sebenarnya ia tujukan kepada Dewa sebagai sindiran. 

"Aku ada urusan sama Kak Dewa," jawab Embun. 

Aby berjalan semakin mendekat hingga posisinya berdiri tepat di samping meja. Ia menarik pergelangan tangan istrinya. "Sudah malam. Ayo, masuk!" 

Menyadari tatapan tidak suka dari Aby, Dewa pun memilih mengalah. Pria itu segera melirik arloji di pergelangan tangannya.  "Ya udah, Embun. Kamu masuk aja. Aku juga harus pulang sekarang." 

"Iya, Kak. Hati-hati di jalan, dan terima kasih untuk bantuannya." 

Tanpa menunggu balasan dari Dewa, Aby sudah menarik Embun menjauh dari kantin. Sungguh sebuah sikap yang membuat Dewa geleng-geleng kepala. 

.

.

.

Dua hari berlalu. 

Kondisi ayah sudah membaik dan telah mengantongi izin dari dokter untuk kembali ke rumah, tentunya dengan sebuah catatan penting bahwa emosinya harus selalu dijaga dan tidak boleh banyak berpikir. 

Hal ini membuat Embun sedikit cemas dan mempertimbangkan untuk menunda gugatan cerai yang akan ia layangkan kepada suaminya. Tetapi, meskipun menunda, keinginannya untuk menggugat cerai Aby sudah mantap. 

Malam harinya, seluruh keluarga berkumpul dengan makan malam bersama.

Aby dan Embun duduk berdampingan. Aby yang seharian belum makan sedang menikmati menu spesial buatan Embun dengan lahap.  

"Masakannya Embun enak, ya?" puji bunda sambil menyuapkan makanan ke dalam mulut. "Kita nggak salah pilih mantu ya, Ayah. Aby aja lahap begitu." 

"Iya, Bunda. Ayah juga suka masakan Embun." Pria paruh baya itu melirik putranya. "Oh ya, By ... kapan kamu mau ajak Embun bulan madu? Nanti ayah minta orang siapkan tiket dan hotel." 

Sejenak Aby melirik kedua orang tuanya bergantian. "Kapan-kapan  aja, Ayah. Kan dokter bilang Ayah nggak boleh banyak pikiran." 

"Loh, yang mau bulan madu kan kamu," seru sang bunda. 

"Maksudnya nanti aja, Bunda. Kalau ada waktu longgar. Aku masih banyak kerjaan di kantor." Aby berusaha menolak sehalus mungkin. Sebab dirinya dan Embun tidak mungkin berbulan madu. Terlebih, Embun sudah mengutarakan niatnya untuk menggugat cerai.

"Kalau urusannya sama kerjaan tidak akan ada habisnya," potong bunda cepat. "Kamu ajaklah Embun bulan madu. Ayah sama bunda 'kan mau cepat punya cucu dari kamu." 

Hampir saja Aby tersedak. Ia melirik Embun yang sudah menundukkan kepala menyembunyikan kesedihan di wajahnya. 

.

.

.

Selepas makan malam, ayah duduk di ruang televisi dengan tayangan berita olahraga yang menjadi favoritnya.

Kebetulan malam itu mereka tengah kedatangan kerabat dekat. Sebuah bingkisan cantik sudah ada di atas meja.

"Makasih, Nak. kamu jadi repot," ucap bunda kepada wanita yang baru saja ia peluk sebagai sambutan hangat.  

"Nggak kok, Bunda. Kebetulan Mas Awan juga sedang cuti, jadi bisa antar ke mana-mana hari ini."

Bunda tersenyum.  "Oh ya, Embun ... kamu masih ingat dengan sepupunya Aby yang waktu itu bunda kenalkan dengan kamu?" Embun menatap wanita cantik di hadapannya sambil berusaha mengingat-ingat. "Itu loh sepupunya Aby yang namanya Awan," sambung bunda.

Ingatan Embun berputar ke beberapa hari lalu. Ia masih ingat, wanita dengan pakaian serba tertutup itu datang bersama suaminya ke resepsi pernikahannya.

"Aku ingat, Bunda. Kak Pelangi, kan?" tanyanya.

"Iya. Maaf ya, waktu itu belum bisa ngobrol banyak," ucap wanita itu dengan ramah sambil melirik suaminya.

Aby dan saudara sepupunya tengah berada di teras depan. Sepertinya sedang terjadi obrolan seru.

"Biasanya kalau pengantin baru itu lebih cepat masuk ke kamar. Ini malah nongkrong di teras."

Aby menyorot sepupunya dengan kesal. "Bodo amat!" Lalu, menyeruput secangkir kopi dengan nikmat.

Bukannya mereda, kejahilan sepupunya itu malah semakin menjadi.

"Jadi gimana rasanya malam pertama, By?" Pria itu bertanya dengan frontal.

Mendadak kopi hitam yang baru saja akan diteguk oleh Aby menyembur keluar. Ia segera meraih selembar tissue dan menyeka bibirnya.

"Saudara durjana kamu, Wan," maki Aby. Namun, sepupunya itu hanya nyengir memperlihatkan deretan giginya yang putih dan rapi. 

"Gue nggak bermaksud bikin lo tersedak, loh," ujarnya tanpa rasa bersalah.

...***...

1
marti 123
Lumayan
marti 123
Kecewa
Muna Junaidi
Hadeh aby badan masih sakit di dajjal mata satu bangun
Nay Nayla
...
hani muklas
Kecewa
hani muklas
Buruk
Anna Wong
Luar biasa
Eti Alifa
klo q kok setujunya embun sama dewa.
Eti Alifa
visual galang ga ada thor.
Eti Alifa
habis ini ke sana thor.
Eti Alifa
berharap dewa sama embun tapi ga mungkin ya...
Eti Alifa
god job Embun, suka wanita tangguh ga lemah👍🏻
benar knp hrs nunggu 6 bln klo hrs cerai lebih baik skrng sama saja mlh buang2 wkt dan energi, bersyukur Embun ga oon🤭
Eti Alifa
si aby bloon apa goblok sihh.
Eti Alifa
untung embun cerdas jd ga merasa tertindas , klo terluka mah iya .
Eti Alifa
ga terasa air mata jatuh meleleh walau tak diundang, jadikan embun sama dewa aja thor biar aby kapok.
Eti Alifa
baru baca udah nyesek, kasihan bgt embun, semoga embun dpt jodoh yg lebih dr abi.
Safitri Agus
terimakasih Thor 🙏🥰
Safitri Agus
baru tahu ya kalian, kalau aku sudah tempe dari dulu saat beliau jadi pebinor yg elegan 😂😂😂
Fransisca Indriyanti
Luar biasa
Safitri Agus
awas ada kuntilanak 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!