Anya terpaksa harus menjadi istri kedua seorang pengusaha kaya raya yang bernama Axello Richandra atas permintaan istrinya, Hellencia yang tidak bisa memiliki anak, alias mandul.
Demi mendapatkan uang biaya perawatan ayahnya yang masih koma di ruang ICU dan menebus kesalahannya yang meraup banyak kerugian, Anya pun menjalankan perannya sebagai istri muda Axello yang selalu acuh dan bersikap dingin terhadapnya.
Bisakah Anya memenuhi permintaan Hellencia untuk mengandung anak dari Axello dengan sikap Axello yang sangat dingin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AdindaRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Night at Hospital
Malam harinya, Axel sangat sulit untuk memejamkan matanya. Berulang kali ia bergulang guling di atas tempat tidurnya, namun rasa kantuknya tak kunjung datang. Akhirnya ia pun terduduk sambil menyandarkan tubuhnya di headboard.
“Ada apa denganku?” gumam Axel bermonolog.
Ia pun kemudian mengambil air minum di kulkas dan kemudian menuju ke meja kerjanya dan membuka macbook miliknya. Karena susah untuk memejamkan matanya, akhirnya Axel memutuskan untuk mengerjakan tugas kantornya.
Meski matanya tengah menatap layar macbook, Axel sama sekali tidak fokus dengan apa yang ada di depannya. Pikirannya terus saja kemana-mana. Dan kini ia bukannya memikirkan Hellen, istri pertamanya, melainkan memikirkan istri mudanya, Anya.
“Apa yang sedang Anya lakukan di rumah sakit ya?” gumam Axel.
“Jam segini, papanya pasti sudah tidur.” Axel melihat ke arah jam tangannya yang menunjukkan jam 9 malam. “Jangan-jangan, Anya kembali menghabiskan waktu dengan Dokter Firman?” tebak Axel.
“Oh my God!” Axel mengusap wajahnya kasar. “Apa yang sedang aku pikirkan? Kenapa akhir-akhir ini aku selalu saja memikirkan tentang Anya?” gumam Axel yang mulai gusar.
Namun kegusaran Axel kali ini membuat Axel mematikan macbook miliknya dan meraih jaketnya. “Aku hanya ingin melihat apa yang Anya lakukan di rumah sakit. Awas aja jika nanti aku melihat ia kembali berdekatan dengan Dokter Firman!”
💞💞💞
Sedangkan di sisi lain, Anya baru saja menceritakan kepada papanya jika mamanya sudah meninggal dunia. Kini Mansion besar mereka juga sudah tidak ada dan berganti dengan rumah sederhana yang tentunya letaknya bukan di komplek perumahan.
“Maafkan papa yang sudah membiarkanmu berjuang seorang diri, Anya! Bahkan papa juga tidak bisa mendampingimu saat wisuda!” ucap Pak Razil yang sangat tidak tega mendengar cerita putri semata wayangnya itu.
“Tidak masalah, papa! Yang terpenting saat ini adalah Kesehatan papa. Anya sangat bersyukur masih memiliki papa di dunia ini!” ucap Anya memeluk lengan papanya dengan erat.
“Papa akan terus berjuang untuk kembali sehat dan menemanimu, Anya!” Pak Razil membelai kepala putrinya dengan sangat lembut.
“Pa, mulai besok Anya mungkin akan jarang menengok papa, karena Anya sudah harus bekerja.”
“Bekerja?” Pak Razil langsung mengerutkan dahinya.
“Iya, pa! Anya sudah satu bulan bekerja menjadi Chef di sebuah restoran bintang 5. Awalnya Anya hanya menjadi assistant Chef, namun seminggu kemudian pangkat Anya langsung dinaikkan, pa!” ucap Anya dengan gembira.
Pak Razil pun turut senang mendengar cerita putrinya. Dia paham betul bagaimana perjuangan Anya untuk hidup selama dirinya terbaring koma di rumah sakit.
Tak lama kemudian Dokter Firman pun masuk ke dalam dan mengingatkan Pak Razil untuk istirahat.
“Anya, papa kamu baru aja sadar loh! Jangan terlalu banyak diajak cerita dulu! Pak Razil masih harus banyak istirahat!” ucap Dokter Firman sambil mengecek keadaan Pak Razil.
“Saya merasa semakin sehat mendengarkan cerita Anya, dokter!” sahut Pak Razil.
“Betul Pak, namun ini terlalu dipaksakan menurut saya. Anda pasti merasakan sedikit pusing bukan?” tanya Dokter Firman yang dijawab Pak Razil dengan anggukan kepalanya.
“Apapun yang tadi diceritakan oleh Anya, jangan terlalu dipikirkan Pak Razil. Putri anda ini sangat luar biasa. Jangan khawatir, Pak! Saya berjanji akan membantunya saat menghadapi masalah.” Dokter Firman mulai menyuntikkan obat ke dalam saluran infus Pak Razil.
“Yang terpenting saat ini, anda harus tenangkan pikiran, santai dan fokus pada penyembuhan. Karena itu adalah hal yang paling penting dalam hidup Anya. Bukan begitu Anya?” tanya Dokter Razil.
“Tepat sekali. Terima kasih banyak Dokter Firman!” ucap Anya yang merasa begitu diperhatikan oleh Dokter Firman.
“Terima kasih banyak atas perhatian, anda, Dokter! Saya akan mengikuti nasehat dari anda!” balas Pak Razil.
Lama-kelamaan, efek obat tersebut mulai bereaksi. Pak Razil pun langsung memejamkan matanya dan terlelap. Sedangkan Anya memilih untuk keluar dari ruangan papanya.
“Dokter gak pulang?” tanya Anya yang kini sudah duduk di depan ruang ICU.
“Emmm, kebetulan mala mini saya ada shift malam. Jadi bisa sambil nemenin kamu kan?” balas Dokter Firman.
“Iya nih, jadi gak sendirian. Saya juga bersyukur banget loh, setiap menginap di sini selalu bersamaan sama jadwal dokter pas shift malam.”
“Eh, tapi ini saya gak sengaja nyamain sama jadwal dokter shift malam loh!” Anya langsung memperlihatkan jemarinya yang membentuk kelinci. “Serius!”
Dokter Firman terkekeh pelan, ‘Sebenarnya saya yang sengaja buat shift malam biar deket sama kamu, Anya!’ gumam Dokter Firman dalam hati.
“Oh iya, Dokter Firman itu udah punya anak belum sih?” tanya Anya.
Dokter Firman langsung menggelengkan kepalanya. “Belum, Anya. Bahkan ini sudah di usia pernikahan saya yang ke-lima. Istri saya sibuk bekerja di butik dan saya juga sibuk menangani pasien di rumah sakit.”
“Oooh, jadi karena sama-sama sibuk ya!” timpal Anya sambil menutupi mulutnya yang menguap.
“Kalo udah ngantuk, masuk aja ke dalam. Kamu bisa tidur di sofa kan?” tawar Dokter Firman.
“Enggak papa, dokter. Anya masih pingin di sini kok!” ucap Anya sambil menyandarkan kepalanya ke dinding.
Tak perlu menunggu lama, kini mata Anya sudah terpejam.
“Hubungan ku dan istriku sangat dingin, Anya! Dan aku berharap kau bisa menerimaku selepas aku menggugat cerai istriku nanti!” ucap Dokter Firman sambil mengarahkan kepala Anya untuk bersandar di bahunya.
Di balik dinding ruang ICU, Axel mengepalkan tangannya geram melihat kedekatan Anya dengan Dokter Firman. Awalnya ia masih bisa memberi toleransi melihat keduanya mengobrol berdua.
Namun kali ini, Axel tidak bisa tinggal diam melihat Dokter Firman mengambil kesempatan saat istri mudanya mulai terlelap. Dengan langkah tegap, ia pun langsung mendekati tempat duduk mereka berdua.
“Apa seperti ini dedikasi seorang dokter?” tanya Axel pelan. Ia tidak mau suaranya terdengar oleh Anya dan membuatnya terbangun.
“Eh, pak Axel. Apa yang membawa anda datang selarut ini ke rumah sakit?” balas Dokter Firman.
“Aku yakin, kau pasti memiliki istri di rumah! Lepaskan dia dan cobalah untuk menghormati ikatan pernikahanmu, Dokter Firman!” titah Axel yang sangat tidak terima melihat Anya bersandar di bahu pria lain.
Kini suara Axel benar-benar membangunkan Anya yang sudah terlelap. Perlahan ia menyipitkan matanya yang masih terasa begitu berat.
“Ramai sekali di sini. Dokter, saya masuk ke dalam dulu yaa!” ucap Anya yang berusaha untuk bangun dari tempat tidurnya.
Namun, karena rasa kantuk yang menderanya, Anya terhuyung dan jatuh ke dalam pelukan Dokter Firman. Axel semakin gusar melihatnya. Ia pun langsung merebut Anya dari pelukan Dokter Firman dan menggendongnya ala bridal style.
“Saya masih ada urusan dengan anda, Dokter Firman!” ucap Axel dengan tegas.
Kali ini Anya membuka matanya dengan sempurna dan betapa terkejutnya ia saat melihat Axel tengah menggendongnya.
“Pak Axel! Kenapa anda bisa ada di sini?” tanya Anya yang kembali menutupi mulutnya yang sedang menguap lebar.
“Aku hanya ingin memastikan karyawan ku beristirahat dengan baik!” jawab Axel sambil membawa Anya masuk ke dalam.
“Istirahatlah, Anya. Ingat, besok kau harus membuatkan sarapan dan juga makan siang untukku!” ucap Axel sambil berbalik meninggalkan Anya.
“Iya bawel!” Anya kini merebahkan tubuhnya di atas sofa dan kembali memejamkan matanya.
“Haaah? Jadi besok aku juga harus membuatkan sarapan untuknya?” Anya kembali membuka kelopak matanya sambil menepuk jidatnya pelan.
“Yaa Ampuun! Trus aku harus pulang jam berapa dari rumah sakit?”