Apa jadinya jika dalam suatu pernikahan hadir orang ketiga?
Begitulah nasib Mayang yang harus menghadapi kehidupan pernikahannya yang penuh dengan lika-liku.
Mertua, dan ipar menganggapnya sebagai benalu.
Ditambah dengan lima tahun pernikahannya dengan Adam, mereka belum juga dikaruniai buah hati.
Sanggupkah Mayang menghadapi semua kemelut kehidupan?
Akan kah Mayang memilih untuk meninggalkan suaminya atau tetap bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marina Cs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Hari terus berganti Semenjak lamaran mendadak dari mas melvin, di waktu luangnya mas Melvin suka menjemput anakku hafiz sepulang sekolah. Betapa bahagianya hafiz saat di jemput mas Melvin. Keceriaan terpancar dari wajahnya. Bahkan hafiz menceritakan bahwa akhirnya teman-temannya mengetahui bahwa hafiz mempunyai seorang ayah.
Mungkin inilah yang selama ini hafiz inginkan, perhatian-perhatian kecil dari seorang ayah. Perhatian-perhatian yang terkadang di anggap sepele oleh orang tua, tapi itu merupakan kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri buat seorang anak, yang terkadang suka di lupa sama orang tua. Walaupun aku juga terkadang suka menjemput hafiz di sekolah. Tapi hafiz benar-benar menginginkan di jemput oleh seorang ayah.
Seperti janji nya mas Melvin menjemput aku dan hafiz untuk makan malam bersama mami nya dirumah mas melvin. Jujur saja aku malu, bukan karena aku mempunyai anak tetapi status ku yang seorang janda. Sedangkan mas Melvin belum pernah menikah bahkan mempunyai seorang anak.
Dan juga rasa minder yang sedang ku rasakan sekarang ini, aku takut mami mas Melvin tidak akan menyukai ku seperti dulu saat aku bersama dengan Adam. Aku yang hanya anak yatim-piatu menjadi momok terberat dalam hidup ku.
Tidak ada satu orang pun yang mengetahui asal usul mama bahkan aku yang anak kandung nya pun tidak mengetahuinya. Papa dan mama menutup rapat-rapat siapa mama sebenarnya. Keluarga papa menentang keras pernikahan papa dan mama, karena menurut mereka bibit, bebet, bobot mama yang tidak jelas. Mama yang bukan berasal dari Indonesia menikah dengan papa yang asli Indonesia. Mereka bertemu saat papa bekerja sebagai tour guide. Pertemuan yang tidak sengaja menimbulkan benih-benih cinta di antara keduanya dan memutuskan untuk menikah.
Keluarga papa memutuskan hubungan saat papa dan mama menikah. Bahkan saat papa meninggal pun mereka seperti tidak memperdulikan bahkan tidak datang saat penguburan jenazah papa. Saat aku menikah pun mereka tidak ada yang mau mewakilkan pernikahan ku dulu.
Hal ini lah yang membuat mantan ibu mertua ku dulu tidak menghargai diriku sebagai menantunya. Aku berharap kejadian lama tidak akan terulang kembali, Aku tidak ingin putra ku bersedih.
"Bun.... Bunda... Ayah Melvin sudah sampai Bun."ucap Melvin menyadarkan aku dari lamunan ku.
Hafiz sekarang mulai memanggil mas Melvin dengan sebutan ayah, setelah aku menerima lamaran nya. Dan itu pun karena keinginan dari mas Melvin sendiri. "Biar terbiasa panggil ayah." ujarnya saat aku menanyakan nya kepada mas Melvin.
"Assalamualaikum, udah pada siap belum." Tanya Melvin saat masuk kedalam ruang tamu.
"Wa'alaikum salam. Sudah ayah, bunda dan hafiz sudah siap dari tadi nungguin ayah." Jawab hafiz sambil mencium tangan Melvin. Dan Melvin pun memeluk serta mencium putra ku.
"Sudah siap mau?" Tanya Melvin kepadaku tanpa berkedip sedikit pun.
"Sudah siap kok mas. Mas, kenapa lihatin Mayang seperti itu?" Tanya ku
"Kamu cantik banget hari ini." Sahutnya langsung.
Blusssh... Raut wajah ku seketika bersemu mendengar mas Melvin bilang aku cantik. "Ada yang aneh ya mas?" Jawab Mayang malu-malu.
"Enggak ada yang aneh. Kamu bener-bener cantik banget pakai baju dress." Ujarnya jujur.
Ku akui hari ini aku berpenampilan berbeda dengan sebelumnya. Aku mencoba menggunakan dress panjang berlengan pendek warna hitam. Serta menggunakan high heels. Dan menguncir rambut ekor kuda. [Buka kuda beneran ya guys]. Tak lupa pula ku poleskan make-up berwarna natural.
"Terima kasih mas, mau jalan sekarang?" Jawab ku untuk mengatasi rasa canggung karena Melvin tidak berkedip melihat ku.
"Aaaaaah iya, yuk kita berangkat sekarang. Mami sudah menunggu dirumah." Ajak mas Melvin setelah tersadar dari kekaguman nya kepada ku.
Melvin dan hafiz berjalan duluan menuju luar pagar, sedangkan aku menutup dan mengunci pintu rumah terlebih dahulu. Tak lupa pula pintu pagar rumah biar tidak ada orang yang masuk.
Melvin memacu kendaraannya dengan kecepatan normal. Untuk kali ini hafiz lebih memilih duduk di kursi belakang, sedangkan aku di samping mas Melvin. Aku melirik mas Melvin, hari ini mas Melvin sangat berbeda. Mengenakan pakaian formal berwarna hitam. Rasa minder ku kembali muncul, ingin rasanya aku mundur dan memilih kabur. Tapi apa daya, kalau aku kabur berarti aku harus loncat dari mobil yang mungkin saja aku akan terlindas oleh mobil. "Aaaargh pemikiran jelek mulai muncul" batinku.
"Kenapa may? Kok muka nya pucat gitu? Kamu sakit ya?" Tanya Melvin khawatir saat melihat raut wajah ku.
"Aaaaah.. enggak kok mas. May enggak apa-apa kok. Bukan karena sakit."jawab ku gugup
"Bunda bukan sakit ayah, tapi bunda gugup mau ketemu mama nya ayah" celetuk anak ku yang tidak bisa melihat kondisi bunda nya yang grogi tingkat dewa.
"Hahahahahahhah... Serius sayang? Bunda gugup?"tanya mas Melvin memastikannya sambil ketawa melihat kondisi ku.
"Serius ayah, tadi aja dirumah bunda bolak-balik ke kamar mandi, sama minum kopi bergelas-gelas. Bahkan tadi bunda masak gosong karena enggak fokus." Jawab nya jujur.
"Ya Allah nak, ngapain juga kamu buka kartu bunda."batin ku gemas melihat hafiz yang terlalu jujur.
Melvin hanya tertawa mengetahui berapa gugupnya aku. Walaupun dulu aku juga gugup pertama kali ketemu ibu nya Adam. Dan sekarang, aku harus merasakan hal yang sama. Hanya saja berbeda orang.
"Sudah may enggak usah gugup begitu. Muka udah kayak mayat aja mas lihat. Pucat banget."kelakarnya
"Iiiiiisssh, apaan sih mas. Mayang enggak gugup kok." Jawab ku sambil memukul lengan kokohnya.
Melvin mengambil tangan ku setelah aku memukul lengan nya dan menggenggamnya lalu menciumnya dan meletakkan nya di dada Melvin.
Blusssssh.. sontak raut wajah ku memerah seperti apel. Aku langsung memalingkan wajah ke arah jendela. Dapat ku rasakan degup jantungnya berdetak dengan cepat dari tangan ku. Mobil mulai memasuki salah satu perumahan elit yang ada di ibu kota.
Tin.. tin..
Mas Melvin membunyikan klakson mobilnya, pintu pagar mulai terbuka lalu mas Melvin memasukan mobil ke pelataran halaman rumah.
Rumah mas Melvin sangat mewah dan megah. Lebih megah rumah mas Melvin di bandingkan dengan rumah mewah yang aku dapatkan dari perusahaan tempat ku bekerja dulu yang saat ini masih aku sewakan ke orang lain.
"Yuk, turun"ajak mas Melvin Karena melihat ku yang belum keluar dari mobil.
"Iya mas" jawab ku. Aku lalu membuka pintu dan keluar dari mobil. Tak lupa pula aku menutup nya kembali.
Melvin mengandeng tangan ku dan merangkul putra ku hafiz menuju pintu rumah nya.
Clek...
"Sudah sampai Vin? Apa ini nak Mayang dan ini hafiz?" Tanya seorang wanita yang baru membuka pintu
"Iya mam, ini Mayang dan ini putranya hafiz. May, kenalin ini mami aku". Ucap mas Melvin memperkenalkan kami sama maminya.
Aku langsung mengambil tangannya lalu menciumnya dengan takzim. Hafiz juga melakukan hal yang sama seperti diriku. Mami mas Melvin tersenyum sangat ramah kepada ku dan hafiz.
"Yuk masuk dulu.. enggak enak kalau berbicara di luar" ajak mami menyuruh kami masuk kedalam rumah.
Melvin mengajakku dan hafiz masuk lalu menyuruh kami duduk di kursi tamu. Mami menyuruh ku duduk di sampingnya. Sedangkan hafiz duduk di samping mami. Mami berada di tengah-tengah aku dan hafiz.
"Vin, nak Mayang yang pernah kamu ceritain ke mami kan? Yang pernah tabrakan sama kamu di mall?" Tanya mami sambil menggenggam tangan ku.
"Iya mam. perempuan yang pernah Melvin tabrak waktu di mall." Jawab melvin.
"Ya Allah cantik banget Vin. Pinter kamu kalau cari pasangan" jawab mami Laura sambil membingkai wajah ku dengan tangan nya.
"Lalu ini hafiz ya Vin?" Tanya mami sambil menggenggam tangan hafiz
"Iya mam, anaknya Mayang. Nanti jadi anak Melvin juga" jawab mas Melvin dengan santainya.
Mami langsung memeluk hafiz dan mencium kedua pipi hafiz dengan penuh kasih sayang. "Nah gitu dong Vin kalau cari istri. Mama nya cantik, anak nya ganteng. Mami seneng banget akhirnya anak mami yang jones alias jomblo ngenes punya pasangan. Lalu kapan kalian menikah? Apa perlu Minggu depan Vin? Biar mami suruh WO yang atur." Ucap mami Laura dengan senangnya. Aku hanya bisa melongo mendengarkan ucapan mami.
"Boleh mam, secepatnya kalau bisa" jawab melvin senang saat mendengar ucapan mami
"Oh iya may, orang tua kamu masih ada kan??" Tanya mami
"Orang tua Mayang udah meninggal Bu, dua-duanya." Jawab Mayang sambil menundukkan kepala nya.
"Innalilahi, maafin mami ya may, mami enggak tahu. Bocah satu ini enggak bilang mami sebelumnya". Jawab mami jujur
"Enggak apa-apa mam. Mayang juga belum bilang ke mas Melvin." Ujarku jujur.
"Lalu keluarga dari orang tua mu ada may?" Tanya mami
"Enggak ada mam. Keluarga papa tidak menganggap Mayang"
"Loh kenapa?"
Aku langsung menjelaskan dengan sejujurnya kepada mami Laura tentang kisah kedua orang tua ku dan juga kondisi dari keluarga papa tanpa ada satu pun yang aku tutupin. Mami Laura langsung memeluk ku dan mengusap punggung ku dengan kasih sayang.
"Ya sudah enggak apa-apa may." Jawab mami setelah mendengarkan kisah keluarga ku.
"Mami tidak mempermasalahkan kondisi keluarga kamu. Mami sekarang mau meminta sama kamu...." Ucap mami Laura dengan jeda. Detak jantung ku langsung berdetak dengan kencang ada rasa takut jika mami melarang pernikahan ini yang nanti nya akan mengecewakan putra ku hafiz.