Seorang istri yang merasa lelah dengan tingkah suami serta keluarganya. Hatinya begitu sakit melihat sang suami lebih menyayangi keponakannya di banding anaknya sendiri. Arumi layaknya seorang pembantu di dalam rumah mertuanya sendiri.
Suatu hari tanpa sengaja iya melihat putri kecilnya terjatuh karena didorong oleh keponakannya ingin meminta pertolongan, namun siapa sangka malah suaminya memilih membantu dan mengendong keponakannya tersebut. Puncak dari semua, ketika suami Arumi datang. kerumah membawa Siska pulang kerumah dan mengenalkannya sebagai calon istri Nico.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvazkha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS 10
keesokan harinya. Arumi membeli serapan di depan gang rumah nya. Mulai hari ini dia tidak akan mengerjakan pekerjaan rumah termasuk memasak dan mencuci pakaian seluruh orang di rumah tersebut. tapi, berhubung dia masih menjadi istri dari Nicholas. Dia hnya mencuci baju miliknya sang putri dan juga suaminya. Selebihnya dia akan biarkan begitu saja.
Arumi sarapan dengan santai di dalam kamar bersama dengan putri tercintanya. Mulai hari ini, anaknya akan mendapatkan pelindung di kala dirinya bekerja. Sus Neni, nanti siang dia akan datang sesuai instruksi yang di berikan oleh Jonathan.
"Arumi" brak brak brak, panggilan orang dari luar kamar milik Michell menggebrak pintu.
"ma, Michell takut!" ujar Michell yang telah menghabiskan sarapannya.
"kamu tidak usah takut sayang. Ada mama disini. Mama akan temani Michell hari ini sambil menunggu sus Nani datang oke!" Michelle mengangguk patuh.
"Arumi" brak brak brak lagi, suara yang sama terdengar kembali.
cklak
"ada apa ma. Kenapa sampai teriak dan gedor pintu kamar sih. Nggak sopan banget" ujar Arumi dengan santai.
"heh, menantu sial@n, maksud kamu apa di jam segini kamu masih belum masak. Mana rumah belum bereskan juga. Kamu nggak tahu kalau kami semua lapar" bentak bu Sartika menunjuk wajah Arumi.
"lah, ibu nggak lihat tuh di kulkas nggak ada bahan makanan. jangankan cuma bahan makanan, beras dan gula saja juga habis. apa yang mau di masak kalau begitu!. Mau beli bahan makanan juga uang dari mas Nic sudah habis. Buat bayar listrik dan keamanan" jawabnya masih dengan santai.
"heh, kamu kan kerja. dapat gaji juga. harusnya kamu mengerti tanpa harus di perintah. kalau semua bahan makanan juga beras habis. Ya beli lah, masak gitu saja tidak becus" ujar Bu Sartika semakin lantam mulutnya.
"lah, kenapa harus pakai uang aku terus sih ma. Toh mama dan mbak Monic juga dapat jatah dari mas Nic. Harusnya kalian lah yang bantu keuangan di sini. Janga apa apa harus aku terus.
sudah bagus aku selama ini nalangin uang kurang yang di berikan oleh mas Nic. nggak mungkin lah aku jika sekarang juga harus nalangin. Lagian perlakuan kalan sama aku dan Michelle saja buruk kok masih berharap yang dari kami. Toh kami juga jarang tuh bisa makan enak, meskipun itu aku beli dengan uang aku sendiri" ujar Arumi tak lagi mau di rendahkan.
"lancang sekali mulut kamu ya. Awas kamu Arumi akan adukan semua ini pada Nicholas. Agar kamu di ceraikan saja. sudah baik di tampung di rumah ini malah bikin ulah" ujar Bu Sartika pada Arumi.
"loh, aku tinggal di rumah ini juga tidak gratis kok ma. Toh setiap bulan aku juga harus keluar uang banyak untuk menghidupi seluruh orang di rumah ini. Bahkan uang yang di berikan putra mama tidak akan pernah cukup untuk menghidupi 3 kelurga. Malah putra ibu sering mengambil uang dari m-banking milik ku."
"heh, jangan ngarang kamu ya. Kamu bisa aku laporkan ke polisi dengan pasal pencemaran nama baik" ujar Bu Sartika mengancam Arumi.
"ngapain juga Rumi bohong. Lagian kalau mama mau laporin ke polisi malah bagus dong. aku juga masih simpan bukti transfer uang yang di ambil mas Nicholas. bahkan dia ngelakuin itu sejak awal kamu menikah. Jadi, bisa saja jika aku menang, anak mama akan mendekam sedikit lebih lama di dalam penjara" ujar Arumi mengancam balik Bu Sartika.
merasa jika apa yang di lakukan sia sia. Bu Sartika memilih meninggalkan Arumi. Dia jadi takut sendiri jika payang di katakan Arumi benar. maka dirinya tidak akan pernah lagi mendapatkan uang dari Nicholas. sedangkan William hanya memberikannya sedikit uang bulanan.
"cih, gitu saja takut. Tadi sok sok an ngacam. Di ancam balik jadi kikuk kan " ucap Arumi kembali ke kamar putrinya
sedangkan di dalam kamar. Nicholas sedang video call dengan Siska. rutinitas baru yang di lakukannya. sebelum akhirnya mereka akan menikah.
"mas, kamu kapan jadi ceraikan si babu itu?" tanya Siska yang menyebut Arumi babu. Sama seperti Bu Sartika.
"tunggu sebentar lagi sayang. Aku tidak bisa menceraikannya sekarang. Aku masih butuh uang yang di milikinya. kamu tahu sayang, jika Arumi memiliki uang di ponselnya sebanyak 350 juta. Itu yang hasil kerjanya selama ini. dan juga, bonus yang selalu di dapatkannya.
Jadi, aku masih berusaha. untuk mengambil uang tersebut. Jika sudah berhasil aku ambil. maka aku akan dengan mudah menceraikan dirinya!" jawab Nicholas dengan santai. Dia tidak sadar jika saat ini Arumi sedang menguping sekaligus memvideo aktivitas sang suami.
"ternyata pria yang selama ini aku cintai adalah seorang mokondo. Selain itu juga laki laki pecinta selangk*ngan. sebenarnya aku kurang apa sama kamu mas. Kurang apa aku kepada keluargamu. Padahal aku sudah menerima di jadikan pembantu di rumah ini. Aku juga sudah memberikan cucu pada mereka. Tapi kenapa? kenapa kamu seolah gak pernah melihat segala kebalikan ku. " batin Arumi sesak. Niat awal dirinya ingin masuk ke kamar tersebut hnya karena ingin membangunkan sang suami. Tapi ternyata sang kekasih lebih dulu membangunkannya.
"Jika ini keinginanmu, maka jangan salahkan aku. Aku akan segera mengajukan gugatan cerai. aku juga tidak akan menuntut harta gono gini. Toh uang nafkah saja kamu masih kurang kurang memberikan padaku.
bukti bertambah lagi, sebentar lagi aku akan terbebas dari kelurga benalu ini. Aku juga harus menyimpan barang berharga dari kamar ini. kamar ini sudah tidak lagi aman. Dan untung saja Nicholas tidak mengetahui beberapa aset yang aku miliki" ujar Arumi tersenyum remeh melihat tingkah Nicholas.