NovelToon NovelToon
Masa Lalu Tanpa Aku

Masa Lalu Tanpa Aku

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Time Travel / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Kebangkitan pecundang / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Verlit Ivana

Gita terjatuh saat merenovasi balkon bangunan yang menjadi tempatnya bersekolah saat SMA.
Saat terbangun, ia berada di UKS dan berada dalam tubuhnya yang masih berusia remaja, di 20 tahun yang lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Verlit Ivana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tremor

Gita kembali melangkah mendekati pintu masuk ruang kelas. Kini tak seorang pun berada di sana, begitu pula dengan deretan muka kelas lain di sepanjang lorong. Kosong. Pertanda jam pelajaran pertama dimulai sebentar lagi.

Pintu kelas yang terbuka semerta menyuarakan kebisingan khas yang sudah lama tak mampir di telinganya. Gadis yang hari itu mengikat rambut panjangnya membentuk pony tail, tercenung sejenak di mulut pintu.

Atmosfer ruang kelas yang terasa asing sekaligus familier baginya itu menyusupkan perasaan campur aduk akibat kenangan yang pernah ia alami di dalamnya.

Gita membuang napas. Kangen juga ... dengan nuansa ini. Yah meski gak ada kenangan baik selama di kelas dua ini sih, kebanyakan bikin sakit hati.

Dengan sedikit gugup Gita melangkah masuk, para siswa di dalamnya menoleh sejenak, memerhatikan dirinya yang salah kostum tanpa berkomentar, lalu kembali melanjutkan aktifitas masing-masing.

Di baris ke dua dari papan tulis, tampak Karen dan teman-temannya mencemooh kedatangan Gita. Namun tak seperti biasanya, kini mereka tak menghampiri dan hanya mengamati gadis itu mencari-cari mejanya. Itu karena Karen menceritakan pada tiga temannya soal keanehan sikap Gita yang tadi baru saja melabraknya.

Gita mengacuhkan keberadaan Karen dengan terang-terangan melewatinya begitu saja, dia kemudian melihat Yuli melambai dari pojok kelas dengan senyum lebar. Gita pun menghampiri gadis berkulit eksotis itu.

"Yul, tas gue kok gak dibawain kemaren?" tanyanya to the point.

Bukannya menjawab, Yuli malah menyeringai. "Git, Git ... gue mana tau rumah lo di mana, nomor hp lo juga gue gak tau. Yaudah, jadinya tas lo itu ... gue bawa pulang aja kemaren," tukasnya.

"Oh iya kita kan emang dulu gak deket ya, jadi agak aneh juga kalau lo tau rumah gue. Nah terus mana sekarang tasnya?" tagih Gita.

Yuli mengerutkan kening. Dulu gak deket? Wah jadi sekarang Gita udah nganggep gue temen deket dia dong! 

Yuli jadi senyum-senyum sendiri dengan kesimpulan dalam kepalanya, lalu menunjuk meja Gita. Padahal tentu saja yang Gita maksud dengan 'dulu' adalah 20 tahun yang lalu.

"Tuh di meja lo!" tunjuk gadis itu ke sebuah meja di tengah ruangan yang terlihat jelas dari sana, dengan ransel warna cyan milik Gita yang tergeletak di atasnya.

Gita menaikkan alisnya. Widih gonjreng amat  warnanya. Emangnya waktu SMA gue pake tas itu ya? Haha entahlah, lupa.

"Oke ... eh by the way, thanks ya ... udah jagain tas gue," ujar Gita seraya mengulaskan senyum.

Beberapa orang di sana memperhatikan dengan aneh interaksi Gita dengan Yuli yang akrab dan harmonis, pasalnya selama ini yang mereka tahu, kedua gadis itu hampir tidak pernah berinteraksi.

Sementara warga kelas sibuk menggunjing dirinya, Gita langsung balik badan menuju meja itu dengan perasaan campur aduk. Kalau gak salah meja gue itu banyak coretannya. 

"Hm, bener kan ... kotor banget ni meja," gumam Gita mengamati meja kayu di hadapannya.

Beragam kata-kata kasar tertulis di sana tanpa estetika, mencerminkan penulisnya yang hanya mau memuntahkan serapah tanpa berusaha membuatnya terlihat indah.

Gita pun duduk dan memindahkan tas miliknya ke kursi di sebelahnya. Seingat Gita, ia tak punya teman semeja, karena anak-anak di kelas itu tidak nyaman oleh tingkah Karen dan Ara yang kerap mengganggu Gita, alhasil mereka tidak mau kecipratan pembullyan yang dialami oleh Gita.

Sekolah di SMA Pelita itu mahal, waktu yang tersedia sempit dan banyak target yang harus dicapai. Maka dari itu, sebagian besar dari warga kelas hanya sesekali saja menegur Karen atau bersimpati pada Gita, tanpa mau terlibat terlalu dalam. Kecuali Yuli.

Gita menyapukan tangannya ke permukaan meja dan terkejut ketika mendapati tangannya terasa basah. Apaan nih? 

Ia mendekatkan telapak tangan kiri yang kotor itu ke wajahnya. Ini corrector pen, kan?

Dia kemudian berdiri dan mencari tulisan dengan yang meleber akibat terkena sapuan tangannya tadi, karena artinya itu baru saja dibuat oleh si pelaku pencoretan.

'PERGI DARI SEKOLAH INI DASAR CEWEK MURAHAN!'

"Hah? Mur-murahan?! Woah ngajak ribut ni anak!" Gita menggeleng-gelengkan kepalanya. Pasti kerjaan si Karen!

Gita pun lalu berjalan cepat menghampiri Karen.

"Hey anak kemarean sore, bisa gak belajar sopan?" tegur Gita dengan nada rendah namun dingin pada Karen yang tengah bergosip bersama Ara, dan Risa.

"Heh! Lo tuh yang gak sopan, ganggu orang lagi asik ngobrol!" sinis Ara.

Gita menyilangkan lengannya di depan dada. "Kalian ini udah gede, kalau ada masalah ya bicarakan baik-baik, ngapain ngatain orang pake coret-coretan di meja segala."

"Nye ... nye ... nye. Iya deh yang udah gede. Udah bisa mepet-mepet cowok terus," nyinyir Ara yang langsung disenggol oleh Risa.

Karen yang biasanya galak dan kasar, kini diam saja, ia masih belum bisa menerka tindakan Gita yang kini berubah sangar itu. Sedangkan Risa sudah tampak menunduk, sambil berusaha mengode Ara agar diam.

"Bukan gue, gue lebih suka nyerang langsung, gak level main belakang," ujar Karen seraya menyunggingkan senyum sinis.

Gita menatap manik Karen yang juga tengah menatap tajam padanya. Kayaknya dia gak bohong. Selama yang gue inget, si Karen emang sukanya nyiksa secara terang-terangan. Terus kerjaan siapa dong?

Gita lalu melayangkan padangan pada Ara dan Risa. Ara tampak melotot balik, sedangkan Risa menundukkan wajahnya dalam-dalam. Hm? Masa sih ... si Risa? Seinget gue dia anak baik-baik.

"Pak Guru datang!" seru murid lelaki seraya berlari memasuki ruangan dengan heboh.

Dalam sekejap, kelas pun menjadi senyap.

Semua siswa kembali ke tempat duduk masing-masing, begitu pun dengan Gita. 

Tak lama kemudian seseorang melangkah masuk ke dalam kelas, aura kelas yang semula santai langsung berselimut ketegangan. 

"Ya, keluarkan PR Fisika pekan lalu!" seru suara di depan kelas. 

Gita membeku, hatinya terasa menciut mendengar suara itu. Ditambah lagi ia tersadar jika tak membawa satu pun buku sesuai jadwal pelajaran hari ini. 

"Suara pak guru apa emang dulu seserem ini ya? Kok gue sampe rada gemeteran gini?" gumam Gita. 

Gita menoleh ke kanan dan kiri, berharap ada yang berbaik hati mau meminjamkan buku paket padanya, atau lebih baik lagi memberikan PR mereka yang sudah dikerjakan. 

Namun para siswa di dekat mejanya tampak tak peduli dengan gelagat Gita yang kebingungan. 

Dreeek. 

Suara kursi di sebelah Gita digeser. Rupanya Yuli pindah ke sana. 

"Lo pasti gak bawa buku kan? Iyalah pasti, orang tas lo ditinggal. Hihihi," bisik Yuli sambil cekikikan. 

Gita menghela napas lega. Alhamdulillah gue punya temen kali ini. 

"Hei Kamu yang tidak pakai batik! Maju dan tuliskan jawaban nomor satu!" seru pak guru. 

Gita terkesiap. Siapa lagi jika bukan dirinya yang tak memakai batik. 

"Ini Git, bawa aja buku gue ke depan," bisik Yuli. 

Gita tercenung sejenak. "Lo pinter gak Yul?" tanyanya yang dihadiahi cubitan oleh Yuli. 

"Udah sukur gue bantuin, udah sana maju!" seru Yuli masih dengan suara berbisik.

Gita pun melangkah menuju white board, lalu saat hampir tiba di baris terdepan, ia menoleh pada sosok guru fisika yang rupanya tengah mengamati dirinya berjalan.

"Astaga!" Gita tercekat, entah mengapa ia terkejut.

Gadis itu spontan berhenti di tempat dan terpaku menatap sosok pak Rudi sang guru fisika yang kini beradu pandang dengannya, tatapan pria itu terasa dingin dan menusuk kalbunya.

Mendadak rasa takut menyerbu dirinya tanpa permisi, membuat napas Gita terasa sesak. Kenapa ... kenapa gue ketakutan gini? Apa dulu gue setakut itu kalau diminta maju ngerjain soal? Atau pak Rudi itu guru killer?

"Hah ... hah ... lupa. Hah ... hah ... engap." Gita memegangi dadanya, ia merasa sulit bernapas.

Pak Rudi tampak mengernyit melihat kondisi Gita, begitu pun para siswa lain, merasa heran melihat Gita tak kunjung tiba di depan kelas.

Tangannya gadis kurus itu kini mulai gemetaran hingga buku Yuli terjatuh ke lantai. Lah, gue tremor. Kenapa ... apa yang bikin pak Rudi keliatan serem?

"Hah ... hah ... hah-"

Sedetik kemudian ia pun ambruk. 

***

1
gaby
Aq mah nebaknya si Rudi. Siapa lg yg kenal & berada dekat dgn Gita. Ga mungkin org luar bisa ngancem pake nulis di buku Gita.
kalea rizuky
lanjut donk
Verlit Ivana: siap Kak. /Smile/. Terima kasih banyak🥰
total 1 replies
Nurhasanah Nurhasanah
tukang cilok
Nurhasanah Nurhasanah
hayang uing mah balik deui kitu teh eung.
Verlit Ivana: hehe, makasi mampir sudah baca ya Teh /Smile/
total 1 replies
gaby
Denting korban pelecehan oleh Rudi kah??
Verlit Ivana: Hehehe nanti lama-lama Kakak pun akan tau. /Grin//Smile/
total 1 replies
gaby
Salut sm kaka othornya, bisa bikin crita mistery sebagus ini. Padahal ini novel pertamanya loh.
Verlit Ivana: Aku terharu dikasih bintaaang limaaa.
Semoga Kakak banyak rejeki selalu aamiin. /Smile/
Verlit Ivana: Alhamdulillah, terima kasih banyak ya Kak sudah baca dan respon tulisanku ini. Semoga betah mengikuti cerita Gita dan kawan-kawannya. /Smile/
total 2 replies
gaby
Apa denting korban pelecehan guru yg ganteng itu?? Aq lupa siapa namanya, yg ngancem Gita pas dia lg ga sadarkan diri.
Verlit Ivana: insyAllah akan terjawab nanti seiring perkembangan cerita Kak /Grin/
total 1 replies
gaby
Jgn2 si Yuli, karena dia ga nganterin Tas Gita yg kmrn tertinggal dj kelas. Apakah Yuli musuh dlm selimut??
gaby
Gita sblm mengulang wkt, di usia 37thn dah nikah blm thor???
Verlit Ivana: hehe iya Kak. Aamiin makasi Kak doanya. /Smile/
gaby: Waw, perawan tua dong. Mudah2an dgn mengulang wkt dia bs menemukan jodohnya. Jadi ketika dia menginjak usia 37thn lagi dah pny anak & suami
total 3 replies
gaby
Ko Gita aneh ga inget apa2 tentang masa2 Sma. Padahal usianya 37th bukan usia lansia yg mulai pikun. Kecuali kejadian wkt dia usia 5thn wajar kalo lupa. Ini kejadian wkt SMA loh, masa iya lupa sama skali
Verlit Ivana: sama sama Kakak... /Smile/
insyaAllah niatnya dibuat sampe tamat Kak. /Grin/
gaby: Oo oke ka, trima kasih atas fast responnya. Btw novel ini bakal lanjut sampe tamat kan?? Karena aq dah sering baca novel yg babnya dah puluhan bahkan ratusan, eh ga taunya hiatus bertahun2/Facepalm//Facepalm/
total 3 replies
Anyelir
Semangat /Determined//Determined/
Verlit Ivana: makasi Kakak /Joyful/. Semangat juga buat Kakak /Determined/.
total 1 replies
Anyelir
kak maaf terindera itu maksudnya gimana ya?
Verlit Ivana: tak apa kak /Smile/
Verlit Ivana: tak apa kak /Smile/
total 7 replies
inggrilolaamelia
yaampun gita kapan kamu sadarnya😭
Verlit Ivana: sadar di bab lain Kak hehee
total 1 replies
inggrilolaamelia
karena keseringan dibilang baby face sm orang-orang, dia sampai ga sadar" kalau balik ke masa lalu😭
Verlit Ivana: /Grin//Grin/
total 1 replies
Ndra
Hadir /Drool/
Verlit Ivana: terima kasih Kak.
total 1 replies
Ndra
Wah! saya suka dengan alur ceritanya, Lanjutkan karyamu /Smile/

Salam Dari "Lina : The Screet Of The Ten Haunted Souls" /Smile/
Verlit Ivana: terima kasih, silahkan lanjut membaca jika sedang luang.
Siap insya Allah nanti saya mampir juga. /Smile/
total 1 replies
Verlit Ivana
ada apa hayoooo/Grin/
novi
hah? gimana²?
Verlit Ivana: jawaban di next chapter heehe /Hey/
total 1 replies
novi
hadeh dia mah kaya e munafik bu, jangan terlalu percaya
Verlit Ivana: betul itu betul
total 1 replies
novi
CURIGA BANGET AMBEK RISA PLS
Verlit Ivana: patut dicurigain emang sih dia. /Proud/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!