Dijual sang paman dan di beli oleh mafia kejam.
Yura Milea seorang gadis belasan tahun harus rela mengandung benih pewaris untuk seorang mafia kejam.
Leonard Sebastian Johson, pria kejam itu membutuhkan seorang wanita untuk mengandung benih darinya sesuai permintaan Daddynya yang menderita penyakit akut.
Meski Yura bukanlah type ideal baginya pernikahan itu pun harus di laksanakan.
Bagaimana nasib Yura ketika di rahimnya tumbuh benih sang pewaris, sedangkan ia begitu membenci Leonard Sebastian yang selalu menghina dan merendahkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kritis 2
Yura menghampiri para petugas yang tengah melakukan tindakan defibrilasi atau kejut jantung terhadap Leon.
Tit tit tit.
Berbagai upaya mereka lakukan untuk membuat jantung tersebut kembali berfungsi.
Yura menangis menggigil sambil menyentuh tangan Leon .Meski harapan semakin menipis.Namun ia masih tak putus asa.
" Tuan, jika kau mencintaiku. Kau pasti tak akan membiarkan aku sendiri di dunia ini. Aku sudah cukup kehilangan kedua orang tua ku dan aku tak mau kehilanganmu lagi, hiks," ucap Yura sambil menggenggam tangan Leon kemudian mencium punggung tangannya.
Air mata Yura pun menetes membasahi telapak tangan tersebut.
" Tuhan, berikanlah aku kesempatan untuk merawat suami ku, aku janji akan berusaha menjadi istri yang baik untuknya," di sela-sela tangisannya Yura berdoa dengan hati yang lirih.
Tim dokter kembali menempel alat Defibrilator pada bagian dada Leon, dan ini untuk yang kesekian kalinya mereka melakukannya, jika prosedur ini kembali gagal mereka akan menghentikan tindakan defibrilasi tersebut, itu berarti Leon memang telah meninggal dunia.
Yura tetap berharap jika Leon kembali sadar, ia terus menggenggam tangan Leon, sambil terus berdoa memejamkan matanya.
Deg ..
Deg.
" Alhamdulillah, jantungnya kembali berdetak "seru salah satu perawat. Mereka terdengar begitu bahagia.
Seketika Yura langsung menoleh ke arah EKG yang kini mengirim sinyal kelistrikan jantung Leon telah berfungsi kembali.
Ia menghapus air matanya sambil tersenyum.
" Terima Tuhan, karena telah memberikan kesempatan untukku menjadi istri yang baik untuk suamiku," ucap Yura.
Meski keadaan Leon sudah membaik, mereka tetap memantau kondisi Leon hingga benar-benar stabil dan bisa untuk ditinggalkan.
Selama sepuluh menit, jantung Leon mulai berdetak normal, mereka pun merasa lega.
Setelah memastikan keadaan Leon membaik,tim dokter yang menanganinya, barulah keluar dari ruangan itu. Sebelum itu, dokter menghampiri Yura.
" Keadaannya mulai berangsur membaik, hanya saja masih butuh perawatan intensif. Pasien tetap akan berada di ruangan ini sampai pasien sadar."
" Iya dokter terima kasih, tapi apa ada yang bisa saya lakukan untuk membantu pasien, agar bisa segera sadar ?" tanya Yura.
" Anda bisa mengajak bicara atau berinteraksi. Ucapkan kata-kata motivasi agar pasien semakin semangat untuk sembuh," ucap dokter.
" Ehm, iya Dok . Terima kasih."
" Sama-sama, perawat kami akan memantau pasien dari CCTV ruangan. Namun jika kondisi pasien mengalami perubahan silahkan anda menghubungi petugas secara langsung."
" Iya dokter."
Yura kembali ke sisi Leon.
Baru saja menarik kursi, Yura melihat layar handphonenya menyala.
" Dari bang Zein," gumamnya.
" Halo Nyonya," sapa Zein.
" Iya ada apa ya?" tanya Yura.
" Bagaimana keadaan tuan ?"
"Tadi dia sempat mengalami henti jantung, untungnya setelah dilakukan kejut jantung, jantungnya kembali normal," tutur Yura dengan Vibra yang masih sedih.
" Oh, syukurlah."
"Bisa anda keluar dari ruangan sebentar, saya membawa makanan dan pakaian ganti untuk anda," imbuh Zein.
" Iya bisa."
***
Yura menghubungi petugas jaga, karena ia akan menghampiri Zein yang sudah menunggu.
Di luar ruangan ICU, Zein menunggu sambil menenteng sebuah tas jinjing.
"Makanan ini dari tuan Hideki, ia meminta saya untuk mengantar makanan ini dan meminta anda untuk tetap menjaga kesehatan anda sendiri."
" Baiklah."
" Oh ya Nyonya, apa ada hal penting yang dikatakan dokter kepada anda, mengenai tuan ?"
" Ehm, tidak ada yang terlalu penting. Hanya saja, dokter menyarankan saya agar sering berinteraksi kepada tuan Leon agar tuan cepat sadar."
Zein tersenyum mendengar ucapan Yura.
" Kenapa tersenyum?"tanya Yura.
" Ehm, ada benarnya apa yang dikatakan oleh dokter, interaksi itu penting. Apalagi ketika seseorang berada dalam keadaan kritis seperti keadaan tuan saat ini. Hanya anda lah yang tuan leon butuhkan saat ini."
"Interaksi itu maksudnya seperti apa ya ?"tanya Yura dengan polos.
Zein kembali tersenyum melihat kepolosan Yura.
"Anda harus bicara kepada tuan Leon dengan memberikannya semangat, selain itu anda juga bisa berinteraksi dengan mencium atau memeluknya. Karena sentuhan kasih sayang dari orang yang kita cinta dapat menstimulasi syaraf sensoriknya."
Yura hanya mengangguk-angguk.
"Pernah dengar kisah sleeping beauty?"
" Ehm, putri tidur ?"
" Iya, apa yang dilakukan sang pangeran untuk membangunkan sang putri yang sudah tertidur selama bertahun-tahun?"
"Menciumnya,"cetus Yura.
Zein kembali tersenyum karena ia bermaksud untuk mengerjai Yura.
"Anda bisa lakukan hal yang sama pada pangeran anda. Anggap saja tuan Leon itu pangeran yang tertidur karena sebuah kutukan dan anda adalah putri yang dapat mematahkan kutukan tersebut," ucap Zein sambil tersenyum.
" Hah, bisa seperti itu ?"tanya Yura sambil mengerucutkan bibirnya. Pasalnya ia sungkan jika harus mencium Leon.
" Bisa lah, dengan memberikan ciuman kepada tuan Leon itu berarti anda telah melakukan hal yang kecil untuk sesuatu yang besar. Lihatlah betapa besarnya pengorbanan Tuan Leon kepada anda,"tutur Zein.
Ehm, Yura masih terlihat ragu.
" Bagaimana kalau ternyata cara seperti itu tidak berhasil?" tanya Yura sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Anda harus lakukan itu setidaknya tiga kali sehari,saya yakin pasti akan berhasil," ucap Zein sambil mengulum senyumnya.
" Hah, tiga kali? Seperti minum obat saja," keluh Yura.
"Iya, anggap saja itu terapi penyembuhan untuk Tuan. Anda pasti berharap suami anda cepat sembuhkan?"
Ehm
Yura pun mengangguk lirih.
" Ya sudah, itu sesuatu yang gampang sekali."
"Hehe, tapi itu tak gampang bagi saya, nanti saya coba kalau begitu.Saya masuk dahulu," ucap Yura.
" Silahkan,"sahut Zein sambil mengulum senyumnya.
Yura kembali masuk ke dalam ruangan dimana Leon di rawat.
Sebenarnya Zein masih mengkhawatirkan keadaan Leon, hanya saja melihat kepolosan Yura, ia jadi merasa lucu. Bisa dibayangkan bagaimana adegan sang pangeran yang mencium sang putri dalam kisah sleeping beauty diterapkan Yura pada Leon.
***
Ketika defibrilasi dilakukan, sebenarnya saat itu Leon sudah mulai bergerak secara pasif seperti otot-otot matanya yang mulai berinteraksi terhadap rangsangan cahaya begitupun jemari yang mulai bergerak-gerak.
Sambil berjalan Yura kembali memikirkan apa yang dikatakan oleh Zein kepadanya.
"Ehm apa iya aku harus melakukannya."
Yura kembali ke ruangan Leon . Setelah makan sedikit makanan, ia membersihkan dirinya.
Yura pun lupa dengan apa yang dikatakan oleh Zein kepadanya. Yura merebahkan kepalanya di atas tempat tidur Leon. Karena hari ini ia begitu lelah Yura langsung tertidur.
Malam semakin larut, setelah enam jam pasca operasi, Leon belum juga sadar.
Perawat jaga setiap jam akan memantau kondisi Leon.
" Bagaimana keadaan suami saya dokter?" tanya Yura
" Keadaannya masih sama, Belum menunjukkan perubahan."
Setelah memeriksa keadaan Leon suster tersebut kembali.
Yura menatap sedih ke arah Leon.
"Apa yang harus aku lakukan? Apakah apa yang dikatakan bang Zein itu benar ?" guman Yura.
Ditatapnya lagi wajah Zein yang terlihat pucat.
" Ehm kasihan sekali dia," ucap Yura sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Yura semakin mendekati Leon. Ditatapnya kembali wajah Leon yang terbaring tak berdaya. Kemudian ia mendekatkan wajahnya hingga mendekati wajah Leon.
Tiba-tiba saja Yura kembali menjauhkan wajahnya dari wajah Leon. Ia masih merasa takut untuk mencium Leon karena ingat ketika Leon menggertak nya.
" Nanti sajalah. " Yura kembali mengurungkan niatnya.
" Ia pun kembali tertidur."
***
Yura merasakan getaran pada layar handphonenya. Ia pun membuka mata dan melirik ke arah jam dinding.
Saat itu masih pukul empat pagi.
Yura mengangkat handphone milik Leon tersebut.
" Daddy," gumamnya setelah melihat siapa yang melakukan panggilan telepon.
" Halo daddy."
" Yura…daddy dengar Leon terkena luka tembak? Bagaimana keadaannya?" tanya tuan Melky bernada panik.
"Iya daddy. Tapi dia baik-baik saja," sahut Yura, ia berbohong agar tuan Melky tak lagi khawatir.
" Apa daddy bisa bicara padanya?"
Ehm Yura jadi sedikit bingung bagaimana caranya menjelaskan keadaan Leon agar tuan Melky tak khawatir dan tak berpengaruh pada kesehatan jantungnya.
" Ehm dia masih tidur daddy. Nanti jika tuan…. eh suami ku sudah bangun, aku yang akan menelpon daddy."
"Iya, katakan padanya, daddy mengkhawatirkannya," ucap tuan Melky .
"Baik daddy."
Mereka pun menutup sambungan telepon tersebut.
Yura menghela nafas panjang.
" Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan agar tuan Leon bisa segera sadar," guman Yura.
Ia pun kembali teringat dengan ucap Zein .
" Apa iya aku harus lakukan itu?" guman Yura sambil menyentuh dua pipinya dengan telapak tangan.
Seketika wajahnya merona.
"Seperti aku harus mencobanya."
Yura langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Sebelum memulai ciuman pertamanya, ia harus membersihkan area sekitar mulut dan wajah agar lebih percaya diri.
Setelah serangkaian ritual itu selesai dilakukan, Yura kembali menghampiri Leon, kebetulan saat itu keadaan masih subuh dan sepi.
Deg deg jantung Yura deg deg-an ketika ia kembali berhadapan dengan sesosok pria yang sempat membuatnya takut, meskipun saat ini Leon dalam keadaan tak sadar
Secara perlahan Yura mendekatkan wajahnya pada wajah Leon, ketika bibirnya hendak menyentuh bibir Leon ia pun memejamkan matanya dengan jantung yang berdetak kencang.
Deg
Deg
Tubuh Yura sedikit gemetaran ketika ia menyentuh bibir Leon. Hangat dan empuk.Namun tiba-tiba Yura membelalakkan bola matanya ketika merasakan ciumannya mendapatkan balasan.
Yura yang kaget langsung mengangkat tubuh dan melihat ke arah Leon yang sedang tersenyum kepadanya.
" Tuan." lirih Yura sambil mengulum senyumnya. Wajahnya tertunduk dengan pipi yang merona.
bersambung dulu gengs. jangan lupa dukung untuk author ya. 🙏😄