Dibuang karena Ramalan ... Kembali karena Dendam.
Novel ini mengisahkan tentang seorang putra dari Kaisar Langit yang hendak dibunuh oleh ayahnya sendiri karena suatu ramalan. Beruntung, sebelum anak itu berhasil di bunuh, dia di bawa pergi oleh seorang pria tua dan menyembunyikannya di alam Tengah.
Zhang Ziyi namanya...
Hari-hari dia lalui dengan penuh kemalangan dan kesialan. Hingga pada suatu ketika, kesialan itu membawa dia pada sebuah goa, dimana di situlah keberuntungannya ia temukan. Dari situ pula lah dimulainya suatu perjalanan. Perjalanan Menjadi Yang Terkuat Diantara Yang Terkuat... Perjalanan Menggulingkan Kaisar Langit....
"Aku Zhang Ziyi... Seorang Putra dari Kaisar Langit, akan kembali ke alam atas... Menemui kaisar langit dan Menggulingkan Kaisar Langit... Mereka yang menghalangi jalanku, akan ku tebas dengan Pedang Naga Langit!!" ~Zhang Ziyi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahmat Kurniawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 35 ~ Pengujian Kedua
Waktu kian cepat berlalu. Zhang Ziyi yang tengah menyantap hidangan bersama 93 peserta lainnya segera menghentikan aksi makan kala telah mendengar bunyi bel yang begitu nyaring. Menandakan pengujian kedua sudah dimulai.
"Sial, aku bahkan belum menyelesaikan setengah dari makananku!" Zhang Lan menceletuk.
"Salah sendiri... sudah waktunya makan, tapi kau malah menghabiskan waktumu untuk menggoda gadis itu!" ucap Zhang Ziyi. Pemuda itu meletakkan sumpit di atas piring yang telah kosong. Setelahnya dia bangkit dan berniat menuju ke arah tempat pengujian. Meninggalkan Zhang Lan sendirian.
"Cih!" Zhang Lan berdecih. Terpaksa pemuda itu harus meninggalkan makanannya yang masih setengah piring. Namun sebelum itu dia terlebih dahulu memasukkan beberapa suap makanan ke dalam mulutnya lalu beranjak mengikuti Zhang Ziyi.
Memang setelah waktu makan tiba, Zhang Lan masih sempat menggoda salah satu gadis yang juga merupakan seorang kontestan. Sebab itu lah ia terlambat untuk menyantap makanannya.
Berjalan hingga beberapa saat, Zhang Ziyi, Zhang Lan, serta para peserta lainnya sampai pada sebuah jalan yang lumayan luas, yang menghubungkan dengan sebuah anak tangga juga pintu besar.
Meski berbeda tempat dengan pengujian pertama, namun semuanya yakin bahwa pintu besar itu adalah dimensi dimana mereka akan melanjutkan pengujian kedua di dalamnya.
Setelah menunggu beberapa saat, terlihat delapan murid inti serta beberapa penatua di belakangnya. Delapan murid inti serta lima penatua langsung mengambil tempat. Jika sebelumnya, banyak penatua yang hadir, namun kali ini hanya terlihat lima penatua saja. Meski begitu para penatua klan Zhang lainnya sedang menonton mereka di dalam suatu tempat.
"Baik, karena semuanya telah hadir, langsung saja kita mulai ujian kedua, atau ujian penentu... Namun sebelum itu, aku akan menjelaskan tentang peraturan dari ujian penentu ini!" ucap seorang wanita yang berdiri di pertengahan anak tangga yang menghubungkan jalanan besar itu dengan gerbang yang masih tertutup rapat. Dimana wanita tersebut juga lah yang sebelumnya menjelaskan peraturan pada pengujian pertama.
"Ujian kedua ini tentunya akan berbeda dengan ujian tahap pertama. Dimana pada tahap kedua ini, kalian harus menggunakan semua kemampuan yang kalian miliki... Yang intinya adalah cepat! Jika kau di dahului oleh lawan, maka tidak ada harapan bagimu untuk menang... Tidak ada yang namanya santai, terlambat sedikit saja, maka kau akan didahului lawan...!" Salah satu dari lima penatua berbicara. Dan tentu saja perkataannya itu sukses membuat tanda tanya sekaligus bisik-bisik dari para kontestan.
Penatua itu kemudian menyerahkan alih bicara kepada murid inti tersebut.
"Baik, ujian tahap kedua ini, kalian akan memperebutkan 50 lencana murid klan utama. Setelah kalian mendapatkan masing-masing lencana, maka saat itulah kalian telah resmi menjadi murid utama klan Zhang."
"Cara mainnya cukup sederhana... Kalian hanya perlu memperebutkan lencana tersebut... Masing-masing peserta hanya bisa memiliki satu lencana."
""Kalian juga akan di berikan sebuah peta untuk mengetahui dimana letak dari 50 lencana itu... Untuk selebihnya, kalian yang mengaturnya sendiri."
jelas wanita itu panjang lebar.
Semuanya mengangguk tanda mengerti.
"Oh iya... satu lagi, di dalam dimensi yang akan kalian masuki nanti, terdapat begitu banyak sekali binatang buas dengan berbagai tingkat usia. Jadi berhati-hatilah saat kalian telah di dalam. Bisa jadi, kekuatan fisik dari binatang buas tersebut lebih tinggi dari ranah langit sekalipun," Kembali wanita itu memberi arahan.
Kontan saja semua peserta dibuat terkejut dengan itu. Bagaimana tidak, kultivasi tertinggi dari para kontestan kebanyakan berada di Ranah Pendekar tahap puncak. Bagaimana mereka bisa mengalahkan Binatang Buas yang memiliki kekuatan fisik setara dengan Ranah Langit, bahkan melebihinya?
Setelahnya, wanita itu mulai kembali melakukan segel tangan. Pintu besar langsung terbuka lebar. Sama halnya pada pengujian pertama, gerbang tersebut juga memiliki portal dibalik pintunya.
Semua peserta segera berjalan untuk memasuki gerbang tersebut.
Whush!
Sama halnya sebelumnya, kali ini Zhang Ziyi serta kontestan yang lainnya muncul di tempat berbeda. Zhang Ziyi memperhatikan wilayah sekitar. Tak ada yang bisa dia lihat, selain hutan belantara.
"Hmm,"
Zhang Ziyi berniat mengaktifkan skill Eagle Eye untuk memastikan wilayah sekitar. Namun belum juga dia mengaktifkan skill tersebut. Debu-debu cokelat muncul di hadapan wajahnya. Setelahnya membentuk sebuah kertas yang melayang.
Zhang Ziyi segera mengambil kertas tersebut, lalu melihat, apa isi dari kertas itu
"Hmm, sebuah peta!"
Zhang Ziyi memperhatikan peta tersebut. Terdapat beberapa gambar ditandai dengan lencana klan utama di bagian wilayahnya.
"Hmm, jadi aku harus melangkah ke arah barat, lalu aku akan menemukan keberadaan lencana itu!" gumam Zhang Ziyi.
Mengaktifkan skill Eagle Eye dan juga langkah bayang, Zhang Ziyi melesat dengan kecepatan tinggi, menuju ke arah salah satu lencana berada yang jaraknya sekitar50 kilo dari tempatnya berdiri.
Berlari hingga beberapa waktu, Zhang Ziyi akhirnya tiba di sebuah desa kecil tak berpenghuni.
"Kalau tidak salah, desa ini bernama Desa Air Mata!"
Zhang Ziyi menunjuk salah satu desa yang ada dalam peta. Dimana di sekitaran desa itu, terdapat satu lencana. Berjalan hingga beberapa waktu, menyusuri seisi desa mati itu, Zhang Ziyi tidak sengaja mendengar suara pertarungan tidak jauh dari tempat dia berdiri.
Pemuda itu kemudian bergegas menuju asal suara. Tidak butuh waktu lama bagi Zhang Ziyi untuk menemukan sebuah pertarungan di hutan pinggir desa Air Mata. Pertarungan tak imbang, dan Zhang Ziyi mengetahui siapa yang bertarung itu.
Nampak di sana Zhang Lou tengah bertarung mati-matian melawan seekor kera raksasa. Pemuda itu sendiri sampai dibuat terpental beberapa kali oleh pukulan telak dari sang kera.
Melihat hal itu, Zhang Ziyi berniat membantu kakak sepupunya itu. Namun saat hendak melangkah, pemuda itu langsung mengurungkan niatnya.
"Hmm, dalam ujian ini, siapapun bisa menjadi musuh. Yah, dikarenakan hanya terdapat satu lencana di masing-masing wilayah berbeda. Otomatis, di sini juga akan ada satu lencana," pikir Zhang Ziyi. Meski begitu , hatinya berkata lain. Meski ayah serta Saudara Zhang Lou inj dahulu selalu mengganggu dirinya serta keluarganya, namun Zhang Lou ini berbeda.
Lelaki itu tidak pernah membully dirinya. Bahkan dia masih sempat memberinya semangat kala dia sedang berada dalam situasi terpuruk.
"Ah, bodoh ah...!"
Zhang Ziyi mulai melesat dibalik pepohonan rimbun. Pedang Naga Langit ia keluarkan dari ruang hampa. Setelahnya berlari dan menghalau tinju kera yang hampir saja meninju Zhang Lou kembali.
Zhang Lou terhenyak sesaat. "Zhang Ziyi!"
"Saudara Lou, apakah kau baik-baik saja!"tanya Zhang Ziyi.
Lelaki itu mendorong tangan kera menggunakan pedang Naga Langit. Setelahnya dia mengajak Zhang Lou ke tempat yang sedikit menjauh dari sana.
"Zhang Ziyi, bagaimana kau bisa berada di sini?" tanya Zhang Lou penasaran.
"Apakah kau lupa? Setiap kontestan masing-masing di beri peta, bukan?"
"Owh, iya... aku sampai melupakan itu." Zhang Lou kemudian mengeluarkan dua butir pil tingkat tinggi. Lalu dia menelan dan menyerap khasiatnya.
Nampak tanah yang bergetar, menandakan kera raksasa telah kembali bergerak mendekati mereka.
Saat jarak keduanya dengan kera terlampau 20 meter, Zhang Ziyi serta Zhang Lou mulai menyiapkan pedang masing-masing.
Sialnya, Zhang Ziyi tidak mengetahui rencana busuk Zhang Lou. Laki-laki itu malah mendorong Zhang Ziyi ke arah Kera. Menjadikan Zhang Ziyi umpan Sementara dia berbalik dan kabur dari sana.
"Sepupu Ziyi, kau yang menahan kera itu, dan aku akan mencari dimana lencana itu berada!" teriak Zhang Lou disela-sela laju larinya.
Zhang Ziyi sendiri tak menyangka akan hal itu. Namun semuanya sudah terlambat, dia harus melawan kera ini sendirian.
"Sial... Tau begini, ku biarkan dia mati saja tadi...!" Zhang Ziyi mengutuki kebodohannya. Memang satu darah berarti satu otak