Awalnya, aku kira dunia baruku, adalah tempat yang biasa-biasa saja. karena baik 15 tahun hidupku, tidak ada hal aneh yang terjadi dan aku hidup biasa-biasa saja.
Tapi, Setelah Keluarga baruku pindah ke Jepang. Entah kenapa, aku akhirnya bertemu pecinta oppai di samping rumahku, seorang berambut pirang mirip ninja tertentu, seorang pecinta coffe maxxx dengan mata ikan tertentu, dan seorang maniak SCP berkacamata tertentu.
Dan entah kenapa, aku merasa kehidupan damaiku selama 15 tahun ini akan hilang cepat atau lambat.
Karya dalam Crossover saat ini : [To Love Ru], [Highschool DXD], [Dandadan], [Oregairu], [Naruto], [Nisekoi]
Jika kalian ingin menambah karakter dari anime tertentu, silahkan beri komentar..
Terimakasih...
* Disclaimer *
[*] Selain OC, karakter dan gambar yang digunakan dalam Fanfic ini bukan milik saya, melainkan milik penulis asli, dan pihak yang bersangkutan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aga A. Aditama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tragedi Dan Komedi - Bagian 4
Orang tua pernah bilang, carilah seribu kawan daripada satu musuh. Dan untuk orang Pasifis sepertiku, aku sadar bahwa mencari musuh sama sekali tidak memiliki keuntungan bagiku.
Tapi terkadang musuh bisa muncul darimana saja, bahkan tanpa aku menciptakannya atau menginginkan hal tersebut.
...----------------...
Setelah makan malam yang cukup aneh dan penuh dengan percakapan yang membuatku pusing, aku akhirnya memutuskan untuk membawa Lala ke kamar tamu di lantai dua. Aku tidak ingin dia tidur di ruang tamu atau, lebih buruk lagi, di kamarku. Meskipun Lala terlihat polos dan tidak bermaksud buruk, aku tidak ingin mengambil risiko.
"Lala, ikut aku," kataku sambil berdiri dari meja makan. Lala mengangguk dengan senyum lebar, seolah-olah ini adalah petualangan baru yang menyenangkan. Aku menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Ini hanya untuk satu malam, pikirku. Besok, dia pasti akan pergi.
‘Dan setelah itu bagaimana?' pikiranku selalu penuh dengan pertanyaan tersebut, bingung dengan bagaimana aku seharusnya memperlakukan Lala untuk kedepannya.
Aku sangat ingin menghindari untuk dekat dengannya, namun hati nuraniku mengatakan sebaliknya. Terkadang aku bingung dengan bagaimana hatiku menuntun tindakanku, banyak kasus yang meskipun akalku menolaknya, namun hatiku terlalu lembut untuk tidak melakukan apapun.
Sangat kontradiktif, dan jika aku ingin menggambar diriku, jelas aku jenis orang yang bimbang dan penuh keragu-raguan. Dan terkadang tidak punya pendirian dalam sudut pandang rasionalku, bahwa jika aku tahu tindakanku akan menjauhkan diriku dari keinginanku.
Saat pikiranku penuh dengan berbagai pemikiran yang tidak perlu.
Kami sudah berjalan menuju tangga, dengan Lala yang mengikuti langkahku penuh dengan minat yang aneh, dalam perjalanan singkat tersebut, aku memastikan untuk menjelaskan aturan dasar rumah. "Jangan membuat keributan, jangan menyentuh barang-barang yang tidak kamu kenal, dan... jangan keluar kamar tanpa izin, oke?"
Lala mengangguk lagi, tapi ekspresinya yang cerah membuatku ragu apakah dia benar-benar mengerti. "Oke, Kenma! Aku akan jadi tamu yang baik!" ujarnya dengan antusias, yang malah tidak membuatku yakin sama sekali.
Sampai di kamar tamu, aku membuka pintu dan menunjukkan tempat tidur yang sudah rapi. "Ini kamarmu untuk malam ini. Jika kamu butuh sesuatu, panggil aku. Tapi jangan terlalu sering, ya?"
Lala masuk ke dalam kamar dan melihat sekeliling dengan mata berbinar. "Wah, kamarnya bagus! Terima kasih, Kenma!" Dia berbalik dan tersenyum padaku, dan untuk sesaat, aku merasa sedikit lega. Mungkin ini tidak akan seburuk yang aku kira.
"Baiklah, selamat malam, Lala," kataku sambil berjalan keluar ruangan. Aku berjalan kembali ke kamarku, mencoba untuk tidak memikirkan apa yang akan terjadi besok. Tapi entah kenapa, perasaan tidak enak tetap memenuhi pikiranku.
...----------------...
...Dengan Lala...
Setelah Kenma pergi, aku duduk di tepi tempat tidur dan menghela napas. "Peke, kamu ada di sini?" panggilku pelan.
Dari dalam tas kecil yang selalu kubawa, Peke muncul dengan bentuk kecilnya. "Ya, Lala-sama. Apa yang bisa saya bantu?"
Aku tersenyum pada robot kecil ciptaanku itu. "Peke, bagaimana menurutmu tentang Kenma?"
Peke berkedip beberapa kali, seolah-olah sedang memproses pertanyaanku. "Kenma-san tampaknya adalah orang yang baik, Lala-sama. Dia merawatmu dengan baik meskipun agak canggung."
Aku mengangguk, merasa senang dengan penilaian Peke. "Iya, dia memang baik. Tapi... aku tidak ingin merepotkannya. Dia sudah melakukan banyak hal untukku hari ini."
Peke mengangguk, seolah-olah mengerti perasaanku. "Lalu, apa yang akan Lala-sama lakukan?"
Aku menatap ke jendela, melihat langit malam yang gelap. "Aku akan pergi, Peke. Aku tidak ingin Kenma terus merasa tidak nyaman karena kehadiranku. Nanti malam saat Kenma tidur, aku akan pergi diam-diam."
Peke tampak ragu. "Apakah itu keputusan yang tepat, Lala-sama? Kenma-san mungkin akan khawatir."
Aku menghela napas lagi. "Aku tahu, tapi ini yang terbaik. Aku tidak ingin menjadi beban baginya. Lagipula, aku sedang dalam pelarian sekarang—dan aku tidak ingin Kenma terlibat didalamnya, bagaimana menurutmu, Peke?"
Peke akhirnya mengangguk. "Baiklah, Lala-sama. Saya akan mempersiapkan segala sesuatu untuk perjalananmu."
Aku tersenyum pada Peke. "Terima kasih, Peke. Kamu selalu bisa diandalkan."
...----------------...
...Melompat Mundur Saat sore hari...
...Dengan Raynare...
Hari ini benar-benar membuatku kesal. Manusia biasa itu, Kenma, menolak pengakuan cintaku di depan banyak orang. Aku, Raynare, seorang Fallen Angel, ditolak begitu saja oleh seorang manusia biasa. Ini memalukan!
Dan bahkan jika aku menggunakan identitas sebagai Amano Yuma, tetap saja rasanya memalukan buatku. Setidaknya ditolak di depan umum benar-benar perasaan yang tidak menyenangkan, bahkan untuk seorang mantan malaikat sepertiku.
Terlebih bagi Fallen Angel sepertiku, yang bahkan jika aku hanya memiliki dua sayap. Pesona bawaan seorang malaikat tetap saja melebihi kebanyakan pesona manusia, namun manusia itu, Kenma, masih menolakku.
Walaupun aku tahu jika itu adalah pengakuan palsu, untuk menutupi niat asliku dalam alibi berkencan. Tapi bahwa sebelum rencananya berjalan, semuanya telah gagal sebelum dimulai.
Dan karena itu, baik karena rasa jengkel, atau rasa penasaranku. Aku memutuskan untuk mengikuti target yang membuatku merasa terhina, sekaligus tertarik disaat yang sama.
Jadi dengan kembali ke sosok Fallen Angel, Raynare. Aku terbang di langit kota Sainan, mengikuti jejak Kenma yang berjalan-jalan dipusat kota.
Aku mengawasi Kenma dari langit, mencoba mencari tahu lebih banyak tentangnya. Tapi pria itu licin. Dia berputar-putar di jalan, seolah-olah tahu bahwa dia sedang diikuti. Aku tidak bisa mendapatkan informasi yang kubutuhkan.
Dan lebih buruk lagi, aku melihat beberapa familiar milik kelelawar sialan (panggil untuk para iblis dalam masyarakat Fallen dan Angel). Dan juga sepasang gadis muda, yang aku kenali sebagai keturunan langsung, dari keluarga penyihir yang bermukim di kota ini.
Fakta itu membuatku merasa khawatir, baik takut jika ketahuan berkeliaran di wilayah klan penyihir manusia, atau daerah otonom para iblis. Keduanya sama-sama bukan hal yang bisa aku singgung secara langsung, setidaknya tidak saat aku sedang menjalankan misi penting untuk fraksi Gregori.
Frustrasi, aku memutuskan untuk pergi ke markas operasional kami. Di sebuah gereja yang terbengkalai, yang letaknya ada di bukit pinggiran kota.
Sesampainya di gereja, aku bertemu dengan tiga Fallen Angel lainnya. Dohnaseek seorang Fallen yang berpenampilan pria paruh baya dengan rambut hitam pendek, dan mata biru tua. Dohnaseek berpakaian jas panjang abu-abu pucat, di atas kemeja putih ascott yang serasi. Dia juga menggunakan celana dan sepatu hitam, serta sarung tangan dan topi fedora. Singkatnya, dia berpenampilan layaknya bangsawan Eropa abad ke-18 inggris.
Yang lain adalah Mittelt, seorang Fallen wanita yang berpenampilan layaknya anak muda, dengan berambut pirang pendek yang diikat ekor kembar atau twin-tails. Dia mengenakan pakaian Gothic Lolita, yang terdiri dari gaun hitam dengan embel-embel putih, pita hitam besar di bagian depan, dan permata hijau yang tertanam di kerah, kaus kaki putih setinggi paha dengan garter suspender, celana dalam berenda hitam, dan sepatu hitam. Dia juga mengenakan pita hitam besar di atas rambutnya.
Terakhir adalah Kalawarna, seorang wanita tinggi dan montok dengan mata coklat dan rambut panjang berwarna biru tua yang menutupi mata kanannya.
Pakaiannya terdiri dari atasan berwarna merah marun, mirip jas panjang berkerah lebar, rok mini yang senada, dan sepatu hak hitam. Atasan jas panjang itu terbuka di bagian dada, memperlihatkan payudara dan belahan dadanya. Ia juga mengenakan kalung emas di lehernya. Ia tampak mengenakan kemeja putih di balik atasannya, tetapi kemeja itu hanya terlihat dari bawah.
Setelah sampai di depan mereka, penampilanku berubah, dari yang awalnya berpenampilan gadis muda yang memiliki rambut coklat, yang mengenakan seragam sekolah Sainan Academy. Aku tumbuh lebih tinggi, tampak lebih dewasa, dan mata ungu milikku berubah, tampak lebih gelap, lebih sempit, dan lebih jahat.
Pakaianku juga berubah secara dramatis, sekarang terdiri dari benda-benda hitam seperti tali (menyerupai kulit) di sekitar dan di bawah payudaraku, sepotong seperti thong yang diikatkan di pinggulnya dengan tiga tali tipis, sarung tangan yang membentang sampai ke lengannya dengan rantai kecil yang tergantung di sana, benda-benda seperti pelindung bahu di bahuku dengan tiga paku besar yang tumbuh dari bahu kanannya, dan sepatu bot hitam setinggi paha.
Ini adalah penampilanku dalam wujud Fallen, dan merupakan wujudku yang paling optimal untuk bertempur. (sejujurnya, author sedikit bingung kenapa Raynare berpakaian seperti ini saat sedang berkelahi, dan bukannya memakai pakaian yang memiliki lebih banyak perlindungan di tempat lain, serius. Tapi yah, namanya juga anime herem ecchi, fanservis harus ada, kan?)
Setelahnya, tanpa banyak basa-basi yang tidak perlu, kami berempat mulai melaporkan hasil temuan yang kami dapatkan saat menjelajah kota manusia ini.
Di mulai dari Dohnaseek, dia yang berkeliling dipusat kota. Mengatakan bahwa selain aktivitas manusia yang biasanya, dia tidak menemukan hal aneh lainnya.
Kemudian Mittelt, yang aku minta untuk mengumpulkan informasi dari semua fraksi yang tinggal di kota ini.
“Raynare-sama, sejujurnya kota ini cukup berbahaya. Entah itu karena kota ini termasuk wilayah otonomi Klan Gremory dan Sitri, atau karena menjadi tempat bermukimnya Klan penyihir manusia terkutuk 'itu'." Mittelt berhenti sejenak, menatapku kearahku, dan melihat kurangnya ketakutan dalam ekspresiku, dia melanjutkan.
“Dan seperti yang kita tahu, karena dua adik perempuan dari dua Maou tinggal disini. Penjaga untuk wilayah perbatasan kota sangat dijaga ketat, terlebih di wilayah dengan pengaruh kuat mereka."
Semua hal tersebut, telah aku ketahui sebelum memutuskan untuk menyelinap ke kota manusia ini. Dan Mittelt juga mengetahuinya, dan meskipun enggan dia mulai melaporkan bagaimana utama dari laporannya.
“Penyihir manusia, khususnya dari ketiga klan 'itu'. Seperti dalam pengetahuan awal kami, benar-benar bermusuhan dengan dengan para kelelawar. Namun konflik belum sampai pada dititik, dimana mereka akan saling membunuh secara terbuka."
Walaupun aku pernah mendengar kabar tersebut, setidaknya memastikan kabarnya langsung bisa sangat meringankan beban pekerjaanku.
“Bagaimana dengan gereja?" Aku bertanya pada Mittelt, yang seharusnya juga mengumpulkan informasi tentang gereja yang ada di kota ini.
“Mereka masih diam untuk sekarang, dan sepertinya tidak akan bergerak. Bahkan jika ''paket'' kami sampai, namun niat mereka masih tidak aku pahami."
Gereja sebagai orang yang menyembah tuhan, memiliki kedekatan dengan kami para pelayan Tuhan. Bahkan jika kami telah mengalami kemerosotan, gereja masih menganggap kami berjasa karena ikut berperang melindungi dunia manusia dulu kala.
Karena itulah, walaupun kami sebenarnya menyelinap masuk diam-diam ke kota ini. Kami semua tahu bahwa tanpa bantuan gereja, kami bahkan tidak akan bisa melewati penghalang para penyihir manusia, atau bahkan pengawas para iblis.
“Cukup dengan itu, bagaimana dengan kekuatan naga yang dikabarkan ada di kota ini, apakah kamu telah melihatnya?" Faktanya, karena rumor inilah kami menyelinap masuk ke sarang singa ini. Jika kabar bahwa pengguna Secret Gear tipe naga tidak muncul di kota ini, kami jelas tidak akan mau masuk ke tempat kacau ini.
“Raja Naga Hitam, Vritra, telah dikonfirmasi keberadaannya. Dan sepertinya pengguna Secret Gear masih seorang manusia."
Saat mendengarnya, baik aku ataupun Dohnaseek dan Kalawarna, sama-sama senang dengan kabar baik tersebut. Walaupun Fraksi Gregori telah memiliki pengguna Secret Gear tipe Naga lain, yang bahkan kelas Longinus, kesempatan untuk mendapatkan Secret Gear tipe Naga yang lain pasti akan selalu disambut oleh kami.
“Namun Raynare-sama, pengguna Secret Gear Vritra telah membangkitkan kekuatannya. Jadi kecil kemungkinan kami bisa mengekstrak Secret Gear Vritra, setidaknya tidak saat dia dalam keadaan normal."
Secret Gear tipe Naga adalah tipe terkuat yang dalam kategori Secret Gear, hampir semua pemilik Secret Gear tipe Naga, pasti memiliki kekuatan yang luar biasa saat membangkitkan Secret Gear mereka.
Karena itu, awalnya jika kami tidak bisa membawa pengguna Secret Gear Vritra ke pihak Gregori. Kami awalnya berniat untuk membunuh, dan mengekstrak Secret Gear di dalam tubuhnya.
Namun sepertinya rencana itu harus diubah. “Jangan terburu-buru untuk melakukan kontak dengan target Mittelt. Setidaknya tidak sampai kita mendapatkan '"paket'' kami, dan melihat target kami yang lain."
Kami memiliki dua target awal misi, pertama adalah pengguna Secret Gear Vritra. Dan yang lain, adalah pengguna Secret Gear tipe Naga yang lain, yang bahkan masih belum kami konfirmasi tipe yang mana itu.
“Sebenarnya cukup aneh untuk melihat dua pemilik Secret Gear tipe Naga, tinggal di satu kota yang sama. Raynare, apakah kamu yakin informasi yang kamu dapatkan akurat?"
Aku tersenyum saat mendengar pertanyaan Dohnaseek. Awalnya aku yakin bila terdapat pemilik Secret Gear di kota ini, namun saat mendengar dari pihak gereja bahwa ada pemilik lain dikota ini, awalnya aku cukup skeptis.
Namun Mittelt telah memastikan keaslian informasi tersebut, jadi sisanya pasti juga memiliki Secret Gear yang aku cari.
“Hyoudou Issei, dia jelas-jelas hanya manusia biasa, Raynare. Baik, selain rumor tentang sifat cabulnya, setidaknya dia bisa dikatakan manusia biasa atau bahkan dibawah rata-rata." Dohnaseek menatapku, tatapannya memiliki keraguan yang bisa aku lihat.
Namun aku hanya tersenyum padanya. “Tenang saja Dohnaseek, setidaknya sumber informasi ini benar-benar bisa dipercaya."
“Kalau begitu, kenapa kamu tidak melakukan kontak dengan target? Pergi kemana kamu sejak siang hari tadi?" Dohnaseek bertanya padaku, dan aku hanya bisa menghindari tatapannya, tidak memiliki keinginan untuk menjawab.
Aku tidak mungkin mengatakan bahwa aku baru saja mengaku pada manusia, dan di tolak, bukan?
“Aku bertemu dengan seorang manusia yang cukup menarik, Dohnaseek." Pernyataanku membuat Dohnaseek tertarik, bahkan Mittelt dan Kalawarna sama-sama tertarik dibuatnya. “Jarang melihatmu tertarik pada manusia, apa yang istimewa darinya?"
Aku tersenyum misterius saat mendengar pertanyaan Dohnaseek. “Entahlah." Tanpa niat untuk menjelaskan, aku sekarang melihat kearah Kalawarna yang tercengang mendengar jawabanku. “Bagaimana dengan laporanmu, Kala?"
Kalawarna segera batuk mencoba mengumpulkan fokusnya, karena pergeseran topik yang tiba-tiba. "Ada sesuatu yang tidak biasa di langit kota Sainan," kata Kalawarna. "Sepertinya ada energi asing yang muncul tiba-tiba. Aku juga melihat aktivitas aneh di pinggiran kota."
Aku mengerutkan kening. "Energi asing? Apa itu? Dan aktivitas aneh apa?"
Kalawarna menggeleng. "Aku tidak tahu, Raynare-sama. Tapi sepertinya layak untuk diselidiki."
Aku mengangguk. "Baiklah, kita akan membagi diri. Kalawarna, kamu dan yang lain periksa pinggiran kota. Aku akan menyelidiki tempatmu merasa energi aneh tersebut."
“Dimana tempat kamu merasa energi asing tersebut?" Aku bertanya dengan sabar menunggu jawaban Kalawarna. “Di dekat stasiun kereta, lebih dekat ke komplek perumahan."
Setelah mendengarnya aku mengangguk dan segera pergi, dan tidak lama setelahnya. Kalawarna dan yang lain juga pergi ke lokasi yang lain.
......................
Sebuah takdir terjalin tanpa seorangpun yang mengetahuinya, dan karena kejadian yang kebetulan terjadi. Roda takdir berputar ke arah yang tidak akan di ketahui oleh siapapun, bahwa jika itu jiwa dari seorang Reinkarnator yang memiliki pengetahuan akan masa depan dunia.
Dan di sudut terjauh alam semesta, entitas tertentu sedang melihat pertunjukan tersebut dengan mata penuh minta.
“Kyahahah... Bocah itu benar-benar menghibur, mulai sekarang akan lebih menarik. Tolong terus hibur diriku, bocah malang."
...----------------...
gk sabar liat semua makhluk terkuat nya saling muncul, mulai dari hantu yang skala planet, orang tua nya Lala , sama dewa nya dxd 🤣
jadi kayak lucy