Anak dibawah umur dilarang mampir🙅
Harap bijak dalam membaca👍
Slow update 🙏
Silahkan mampir juga ke novel pertama Cimai, klik profil Cimai yaaa😍
"Menikah Dengan Adik Sahabatku"
------
Belum ada dalam pikiran Dira untuk segera mengakhiri masa sendirinya, ia masih trauma pasca ditinggalkan oleh suami yang teramat ia cintai pergi untuk selamanya dan disusul satu-satunya superhero yang selalu berada disisinya, yaitu Ibu.
Meskipun pada kenyataannya sosok pria yang selama ini selalu memperlakukan Dira dengan lembut, ternyata diujung usianya menunjukkan sebuah kenyataan yang teramat pahit, sehingga menyisakan luka dan trauma yang teramat mendalam bagi Dira.
Dira masih tetap mencintainya.
Disisi lain, putra sulung dari pemilik Raymond Group mengalami kegagalannya dalam berumahtangga.
Setelah berhasil dari masa keterpurukannya dan memilih tinggal diluar negeri, akhirnya ia kembali ke tanah air dan menggantikan posisi ayahnya, Erick Raymond.
Awal pertemuan yang tidak sengaja anta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cimai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 23 : Kau Pergi Kemana, Mentari?
''Saya pulang sekarang!'' seru Edgar menjawab telponnya.
Jimmy mengernyitkan dahinya melihat ekspresi wajah cemas bercampur emosi pada Edgar.
''Apakah terjadi masalah, Tuan?'' tanya Jimmy setelah melihat Edgar selesai berbincang di sambungan telepon.
Edgar langsung berdiri dari kursi kebesarannya.
''Mentari tidak ada dirumah, aku pulang sekarang, tolong handle semuanya.'' jawabnya.
''APA!!'' seru Jimmy mendengar Mentari tidak ada dirumah.
''Astaga!!! kau mau bikin orang mati?'' seru Edgar.
''Maaf Tuan saya terkejut.'' jawab Jimmy.
Edgar langsung meninggalkan ruangannya dan tidak mempedulikan Jimmy lagi.
Sepanjang perjalanan pikirannya tidak tenang, ia menoleh ke kanan dan ke kiri tepi jalan. Mencari sosok yang tiba-tiba pergi.
''Kau pergi kemana, Mentari?'' gumamnya cemas.
Setelah melewati perjalanan yang sangat diburu-buru, akhirnya Edgar tiba dirumah. Ia datang dengan wajah yang menahan emosi, sedangkan para pekerjanya sudah bersiap-siap jika mendapatkan amarah.
BRAK
Edgar menendang lalu menggebrak pintu masuk, semua pekerja dirumah itu langsung ketakutan. Tatapan mata Edgar yang tajam seperti ingin menelan hidup-hidup deretan manusia yang sedang menunduk itu.
''KENAPA BISA TERJADI?''
''APA YANG KALIAN KERJAKAN DIRUMAH INI SAMPAI-SAMPAI MAJIKAN KALIAN PERGI TANPA IZIN, KALIAN TIDAK ADA YANG TAU? DASAR TIDAK BECUS!!''
Mereka hanya menunduk takut, selama Edgar kembali kerumah ini, ini pertama kalinya mereka melihat tuan muda semarah ini. Bahkan biasanya tidak pernah marah.
''Maaf Tuan, kami telah lalai.'' ucap pak Dar mewakili semuanya.
Edgar menarik nafasnya dalam-dalam untuk mengurangi rasa sesak di dadanya. Ia langsung berlari menuju kamarnya, mencari jejak yang bisa saja ia temukan untuk sebagai petunjuk.
Edgar membuka lemari pakaian, Mentari tak membawa apapun. Mungkin hanya ponselnya.
''Kenapa kau bod0h sekali, Edgar!! bahkan pernikahan ini sudah terjadi, aku tidak memiliki nomor ponselnya.'' Edgar merutuki dirinya sendiri. Ia mengacak-acak rambutnya yang sudah berantakan.
''Kemana Mentari? kenapa pergi? apa kau benar-benar tertekan menikah denganku?''
''CCTV? ah iya barangkali ada petunjuk.'' Edgar langsung keluar dari kamarnya menuju ruang kerja, pak Dar mengikutinya dari belakang.
Di setiap sudut rumah ini dilengkapi dengan kamera pengintai, hingga diluar pagar juga.
Edgar membuka file yang merekam setiap aktivitas yang melewati kamera, kedua mata Edgar langsung terbelalak melihat Mentari disana.
''Pak Dar, kemana security saat Mentari keluar pagar?!'' tanya Edgar dengan tatapan tajam.
''Maaf Tuan, menurutnya tadi dia sedang ke toilet, sehingga tidak melihat nona Mentari keluar.'' jawab pak Dar.
''Sejak kapan kalian tau kalau Mentari tidak ada dirumah?'' selidik Edgar.
''Saat akan makan siang, Tuan. Saya memanggil-manggil nona, tapi, tidak ada jawaban. Hal yang tidak biasanya terjadi, nona sejak tadi juga menghabiskan waktunya dikamar.'' jelas pak Dar.
''Pak Dar lihat kan? Mentari tau jika rumah ini memiliki banyak cctv-nya, sehingga dia memilih berjalan kaki sampai pergerakannya tidak terekam.'' keluh Edgar menunjukkan video dilayar laptopnya.
''Benar Tuan, maafkan kelalaian kami..'' ucap pak Dar.
Edgar tampak berfikir sejenak, mencari sesuatu yang harus ia lakukan.
''Halo..''
''Bagaimana, Tuan?'' tanya Jimmy.
''Kau cari tau siapa yang biasanya dekat dengan Mentari, dia benar-benar tidak ada dirumah! kalau sampai kau tidak menemukan, kau ku pecat!'' seru Edgar langsung memutuskan sambungan telepon.
''Cih! dasar bos semaunya sendiri!'' gerutu Jimmy menatap layar ponselnya. Namun, beberapa detik kemudian ia tersenyum.
''Kau sudah bisa mencintai lagi, Bro..'' gumam Jimmy bahagia.
Beberapa detik Jimmy membayangkan tentang Edgar dan juga Mentari.
''Woy cepetan kerja!'' gertak Jimmy menyadarkan dirinya sendiri.
Jimmy langsung bergegas meninggalkan ruangannya, ia menuju tempat dimana dulunya Mentari bekerja. Karena sudah dipastikan disana memiliki teman.
Sementara itu, Edgar langsung menuju ke kediaman Mentari dengan menunggangi motor besarnya. Ia menyusuri jalanan kota yang tidak begitu ramai karena belum waktunya jam pulang kantor. Setelah melewati jalanan kota, kini Edgar memasuki gang sempit menuju rumah Mentari.
''Rumah itu nampak sepi, tapi, siapa tau dia disini untuk mengelabuhiku.'' Edgar melanjutkan masuk ke halaman rumah Mentari, ia melepaskan helmnya.
Tok tok tok
''Mentari, Mentari, Mentari..''
Beberapa panggilan masih belum ada jawaban, Edgar menjadi prustasi. Sepertinya Mentari memang tidak ada disini, ia tau jika Edgar pasti akan datang kemari untuk mencarinya.
''Rumahnya kosong Mas..'' ujar seseorang yang kebetulan melintas dan melihat ada seseorang didepan rumah Mentari. Seperti biasa Edgar selalu menggunakan masker jika mengendarai sepeda motor.
Edgar langsung menoleh mencari pemilik suara itu.
''Terimakasih.'' ucap Edgar. Orang itu langsung pergi setelah menjawab ucapan Edgar.
Disaat Edgar akan meninggalkan kediaman Mentari, tiba-tiba ponselnya bergetar.
''Gimana Jim?'' tanya Edgar.
''Maaf Tuan, saya belum dapat info. Kebetulan yang biasanya dekat dengan nona Mentari sedang ada tugas ke luar, katanya sekitar satu jam lagi baru kembali.'' terang Jimmy.
''Apakah hanya dia yang punya kontak Mentari?!'' gertak Edgar.
''Soal kontak, saya sudah mendapatkan nomor ponselnya Tuan, sudah saya kirimkan juga ke Tuan.''
Edgar langsung melihat layar ponselnya, ternyata memang ada pesan masuk dan ia mengabaikannya.
''Yasudah, kau tunggu sampai dia kembali.''
Tuttuttut
Lagi-lagi Edgar mengakhiri panggilan telepon secara sepihak.
Gak berusaha ikhlas toh Edgar jga memperlakukan dia lembut ko, gak grasak-grusuk mementingkan napsunya sendiri,,,