Punya tetangga tukang gosip sih sudah biasa bagi semua orang. Terus gimana ceritanya kalau punya tetangga duda ganteng mana tajir melintir lagi. Bukan cuma itu, duda yang satu ini punya seorang anak yang lucu dan gak kalah ganteng dari Bapaknya. Siapa sih yang gak merasa beruntung bisa bertetanggaan dengan duda yang satu ini?
Dan orang beruntung itu tak lain adalah Lisa. Anak kepala desa yang baru saja menyelesaikan kuliahnya di Ibu Kota. Pas pulang ke rumah, eh malah ketemu duda ganteng yang teryata tetangga barunya di desa. Tentu saja jiwa kewanitaannya meronta untuk bisa memiliki si tampan.
Penasaran gak sih apa yang bakal Lisa lakuin buat narik perhatian si duda tampan? Kalau penasaran, yuk simak ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desih nurani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berangkat Bulan Madu
"Alhamdulillah." Erkan mengucap syukur yang begitu mendalam. Bukan hanya dirinya, yang lain juga melakukan hal yang sama sangking harunya.
Kini Penghulu pun membacakan doa. Setelah itu Lisa pun diminta untuk keluar. Jantung Erkan pun berdegup, tidak sabar ingin segera melihat istrinya.
Deg!
Erkan terkesiap saat melihat kemunculan Lisa. Gadis itu benar-benar sangat cantik dan seksi. Membuat Erkan tidak sabar untuk mendekap dan menyentuhnya lebih jauh.
Lisa pun duduk di sebelah Erkan.
"Saudara Erkan, siapa Nona cantik ini?" tanya Pak penghulu yang sengaja ingin menggoda Erkan.
"Istri saya." Jawab Erkan sigap. Sontak semua orang pun tertawa.
"Memang beda ya kalau sudah berpengalaman mah, sigap jawabnya. Sabar, sebentar lagi boleh dipegang kok."
Erkan tersenyum malu.
"Nah, untuk Nona Alisa. Apa Anda sudah menikah?"
"Belum." Jawab Lisa kikuk. Sontak semua orang kembali tertawa mendengar jawaban Lisa.
"Terus, disebelahnya ini siapa dong? Kasian loh beliau udah capek ijab kabul." Goda Pak penghulu yang berhasil membuat Lisa malu. "Jadi, sekarang saya ulang pertanyaannya. Nona sudah menikah?"
"Sudah, Pak."
"Terus mana suaminya?"
Lisa pun melirik Erkan malu-malu. Membuat Erkan gemas setengah mati.
"Sok dicium atuh tangan suaminya. Salim, salim yang bagus. Kan sekarang teh udah sah, boleh kok pegangan." Titah Pak Penghulu. Tidak tahu saja mereka sudah lebih dari sekedar berpegangan tangan. Yang belum belah durennya aja.
Meski begitu, keduanya pun terlihat kikuk. Dengan ragu-ragu Lisa meraih tangan Erkan, lalu diciumnya dengan lembut.
Harum banget tangan Mas Erkan. Mandi kembang kali ya?
Sebelum Lisa mengangkat kepala, Erkan lebih dulu menyentuh kepala istrinya itu untuk membacakan doa. "Bismillah...."
Tubuh Lisa berdesir saat Erkan membacakan doa untuknya. Bahkan jantungnya semakin jumpalitan tidak jelas. Apa lagi setelah dibacakan doa, Ekran mengecup keningnya begitu dalam di hadapan banyak orang. Kalau saja tidak ada riasan di wajah Lisa, mungkin pipinya sudah merah merona sekarang.
Semua orang bertepuk tangan sangking romantisnya kedua mempelai itu. Bahkan ketiga sahabat Lisa saling berpelukan karena baper. Kedua orang tua dan keluarga besar pun bernapas lega karena pernikahan berjalan dengan lancar.
Setelah itu, kini saatnya sesi sungkeman. Lisa pun bersimpuh di kaki Mamah dan mulai menangis. "Mamah, Eneng teh minta maaf. Eneng belum bisa jadi anak yang baik. Gak pernah bantu Mamah, sering nyusahin Mamah dari orok sampe sekarang. Eneng minta maaf, kalau selama ini teh Eneng sering buat Mamah kesel. Eneng sayang Mamah dunia akhirat. Eneng tahu, Mamah teh sering ngomel itu karena sayang sama Eneng. Tapi kadang Eneng malah ngelawan. Eneng minta maaf, Mamah."
Mamah Endang ikut menangis sambil mengusap punggung Lisa. "Mamah teh gak pernah merasa disusahin sama kamu, Neng. Walaupun kamu teh emang sering ngeselin, tapi Mamah teh udah maafin semua kesalahan kamu. Mulai sekarang kamu udah punya tanggung jawab buat urus suami. Jangan males-malesan lagi. Jangan pernah ngelawan suami, pamali nya Neng. Kamu teh harus nurut sama Erkan."
Lisa mengangguk, kemudian bangun dan mencium kedua pipi Mamahnya dan memberikan pelukan hangat. Begitu pun sebaliknya. Kemudian Lisa pun beralih pada Abah.
"Abah, Eneng minta maaf nya. Eneng teh sering nyusahin Abah. Sering minta uang lebih pas bayar spp. Kadang Eneng juga suka bohong kalau Eneng perlu uang buat tugas. Padahal mah uangnya Eneng pake buat nongkrong sama temen-temen. Dimaafin ya, Bah. Abah teh tenang aja, sekarang Eneng gak minta uang sama Abah lagi. Kan Eneng udah punya suami."
Mendengar itu semua orang saling pandang. Dan suasana harus pun malah jadi lucu dan semua orang terpaksa menahan tawa. Termasuk Erkan sekali pun.
Ya ampun, punya istri kelewat jujur ya kayak gini. Lagi momen sedih juga malah jadi lucu. Kalau gini bisa awet muda.
Abah menghela napas berat. "Abah maafin. Sebenarnya Abah juga tahu kamu bohong. Tapi berhubunga kamu teh anak gadis kesayangan Abah, Abah tetap kasih uangnya. Abah tahu kamu butuh skincarenisasi, atau apalah itu yang sering kamu bilang. Abah udah maafin semuanya. Sekarang pesan Abah cuma satu, jangan pernah ngelawan perkataan Erkan. Sekarang surga kamu teh di ridho suami. Kalau mau kemana-mana minta izin dulu ya?"
"Iya, Abah. Eneng teh sayang Abah." Lisa pun melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan pada sang Mamah. Dan suasana pun kembali haru.
Dan selanjutnya dilakukan sesi foto. Sebelum itu Desi terlihat membantu Lisa merapikan make upnya yang agak berantakan karena menangis.
"Untung make up mahal, jadi anti badai dan air. Udah, masih cantik kok." Ujar Desi.
"Makasih, Des."
Dan sang Fotografer pun mengarahkan keduanya dengan berbagai gaya romantis. Membuat pikiran keduanya melambung jauh. Bahkan sampai ingat kejadian tidur bersama itu lagi. Bahkan Erkan sempat mencuri-curi kesempatan untuk menyentuh istrinya itu.
Beberapa jam kemudian, para tamu dan keluarga besar pun sudah bubar. Bahkan keluarga Erkan juga sudah pulang ke rumah. Dan Mamah meminta Lisa untuk membawa Erkan ke kamar.
Dan sekarang mereka sudah duduk di tepi ranjang, bersebelahan. Keduanya terlihat canggung. Terutama Lisa, ia bingung harus mulai dari mana. Mau ngomong aja rasanya susah.
"Ganti baju dulu, gerah kan?" Akhirnya Erkan pun memulai pembicaraan.
"Eh, iya. Saya ganti di kamar mandi. Mas di sini aja."
"Loh, kenapa di kamar mandi? Udah di sini aja."
"Hah? Di depan Mas gitu? Ih... malu atuh, Mas."
"Ck, buat apa malu. Nanti malam juga saya liat semua." Ujar Erkan yang berhasil mendapat pelototan dari Lisa.
"Ih... mesum."
"Kok mesum sih?"
"Udah, ah. Saya mau ganti baju." Lisa pun bangun dan hendak pergi. Namun, Erkan langsung menahannya.
"Di sini aja. Gak usah malu, saya suami kamu sekarang."
Lisa menelan air ludahnya dengan susah payah.
"Emang bisa buka sendiri?"
Lisa pun tampak berpikir.
"Berbalik, Sa." Pinta Erkan tidak sabar menunggu jawaban istrinya. Dan dengan polosnya Lisa berbalik. Erkan pun mulai membuka kancing kebaya Lisa satu per satu sampai berhasil di lepas. Untung Lisa pakai inner, jadi masih aman. Tidak sampai di sana, Erkan juga membantu Lisa melepaskan semua perhiasan di kepalanya. Dan ia tulus melakukan itu untuk membantu istrinya.
"Makasih." Ucap Lisa.
"Kamu udah beresin baju kan? Nanti sore kita langsung pake aja vouchernya. Kalau nunggu pesta kayak gak afdol aja." Ujar Erkan seraya membuka beskapnya. Dan hanya menyisakan singlet dan boxernya saja.
Lisa yang melihat itu menelan air liurnya. Tubuh lelaki itu benar-benar sangat indah.
"Sa." Panggil Erkan yang berhasil membuat Lisa kaget.
"Eh, iya udah."
"Syukurlah, kalau gitu kita bisa langsung berangkat."
"Iya."
Sore harinya, Erkan dan Lisa pun siap berangkat untuk bulan madu. Bahkan Mama Dinar dan Rayden pun ada di sana untuk melihat kepergian mereka. Sebelum berangkat, Lisa dan Erkan pun menyalami orang tua mereka.
"Erkan, hati-hati di jalan. Jangan ngebut." Nasihat Mama Dinar.
"Iya, Ma." Sahut Erkan.
"Papa, Ray gak boleh ikut ya?" Rengek Rayden mencuri perhatian Erkan dan Lisa.
Lisa pun berjongkok di depan Rayden. "Kapan-kapan kita liburang bareng ya? Sekarang Mama sama Papa gak bisa bawa Ray. Mama janji, habis ini Mama bakal tidur sama Ray lagi."
"Beneran?" seru Rayden begitu semangat.
"Iya, sayang. Mama sama Papa pergi dulu ya? Jangan nakal. Mama sama Papa gak akan lama kok. Mama sayang Rayden." Lisa mengecup kening Rayden dengan mesra. Membuat semua mata yang melihat itu ikut terharu.
Erkan mengusap kepala putranya sebelum masuk ke mobil yang disusul oleh Lisa.
Tin!
Erkan pun melajukan mobilnya dan mulai meninggalkan pekarangan rumah.
Sepanjang perjalanan Lisa tampak Diam karena canggung. Padahal sebelumnya tidak secanggung ini.
Erkan meraih tangan Lisa, lalu menggenggamnya erat. "Tumben diem?"
Lisa menoleh. "Bingung mau ngomong apa. Masih gak nyangka aja kita teh udah jadi suami istri."
Erkan tersenyum. "Kamu gak keberatan kan kalau kita bulan madunya malam ini? Saya gak mau nunda lagi buat ngasih Rayden adik. Lagian umur saya udah makin tua, Sa."
Lisa menunduk malu. "Saya ikut Masnya aja. Lagian saya gak punya hak menolak. Mas Erkan kan suami saya sekarang."
"Makasih." Ucap Erkan mengecup pinggung tangan Lisa. Membuat gadis itu melambung ke udara.