NovelToon NovelToon
Maula

Maula

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:96k
Nilai: 5
Nama Author: Andreane

Maula, harus mengorbankan masa depannya demi keluarga.

Hingga suatu saat, dia bekerja di rumah seorang pria yang berprofesi sebagai abdi negara. Seorang polisi militer angkatan laut (POMAL)

Ada banyak hal yang tidak Maula ketahui selama ini, bahkan dia tak tahu bahwa pria yang menyewa jasanya, yang sudah menikahinya secara siri ternyata...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33

Mataku mengerjap, dengan raut terkejut aku mencari ponsel yang tadi sudah ku masukkan ke dalam tas.

Rasa cemasku kian menjadi ketika tak ku temukan benda tipis itu di dalamnya.

"Astaghfirullah?" Ucapku, sangat lirih, memantik sepasang atensi pak Aril yang tadinya sedang melihat-lihat buku menu, langsung melirikku.

"Kenapa?" Tanyanya.

"E-enggak"

Setelah mendengar jawabanku, pak Aril beralih melirik tasku yang talinya terputus.

"Tas kamu kenapa?"

"Tadi ada yang menabrakku, tasnya nyangkut"

"Cuma nyangkut sampai putus gitu?"

"Nggak tahu juga" Jawabku, dengan pikiran bercabang.

"Kamu mau makan apa?" Pak Aril kembali bertanya setelah mencermatiku beberapa deti, tapi sepertinya dia menyadari perubahan raut wajahku.

"Sama seperti anak-anak saja" Jawabku, masih belum bisa fokus sepenuhnya.

Dengan kepala tertunduk sambil menggigit kecil kuku ibu jari, ku pejamkan mata selagi pak Aril memesan makanan, mencoba mengingat dimana ponselku berada.

Sampai beberapa menit berlalu, ku dengar suara dari pria yang duduk bersebrangan denganku.

"Maula!"

"Iya" Desisku, nyaris bersamaan dengan panggilan yang terucap dari mulut pak Aril. Dia tiba-tiba menatapku penuh selidik ketika aku membuka mata, dan langsung terkunci oleh sorot tajamnya.

"Ada apa denganmu? Ku perhatikan sejak kamu selesai dari toilet wajahmu terlihat pucat. Kalau kamu sakit bilang, nanti kita pulang saja, kita bungkus makanannya"

"Ponselku nggak ada!" Ucapku spontan.

"Hilang?" Tanyanya, mengerutkan dahi.

"Nggak tahu, tadi sudah ku masukkan ke tas, tapi nggak ada"

"Coba di ingat-ingat lagi, mungkin tertinggal di toilet"

"Nggak mungkin!"

"Terus di mana?"

"Mungkin jatuh pas di tabrak orang"

"Di tabraknya di mana?"

"Sekitar toilet lantai lima"

"Okay, aku coba cek ke sana" Pria itu bangkit dari duduknya. Sebelum beranjak dia berkata "Ayah tinggal dulu sebentar, ya. Kalian makan dulu saja kalau pesanannya datang"

"Ayah mau kemana?" Tanya Hazel mendongakkan kepala. Sementara Naka tak peduli, dia tetap fokus pada permaian di ponselnya.

"Ponsel bu Maula hilang, ayah mau coba cari"

"Jangan lama-lama, iya" Katanya.

Aku menatap Hazel dengan sorot prihatin. Merasa iba dengan anak-anak asuhku ini. Aku saja sedih begitu tahu kalau ibunya sengaja di suntik mati, apalagi mereka.

Pak Aril, kemarahan seperti apa jika dia tahu kalau Airin lah yang sengaja membunuh mbak Dewi.

Ya Tuhan,,, di saat aku sudah memegang bukti itu, kenapa ponselku malah hilang. Andai saja aku bisa bersikap lebih tenang, mungkin tragedi tabrakan itu nggak akan terjadi.

Hazel... Sekarang ibu tahu seperti apa ketakutanmu, yang sabar ya nak. Ibu janji akan cari bukti lain seandainya ayah nggak menemukan ponsel ibu. Dan ibu akan pastikan kalian bertiga baik-baik saja.

Mendengkus lirih, tangan kiriku reflek mengusap belakang kepala Naka. Anak ini sangat tenang memainkan permainan seakan hanya ponsel lah dunianya.

"Permisi, bu!" Ucap pelayan restauran.

Aku sedikit kaget sebab tengah sibuk dengan pemikiranku sendiri.

"Pesanannya, bu!" Ucapnya lagi seraya meletakan piring berisi makanan di atas meja.

Segitu tua kah aku, sehingga mereka memanggilku ibu padahal aku belum menikah. Maksudku belum menikah secara hukum negara?

"Makasih, ya" Kataku

"Sama-sama, bu. Selamat menikmati"

Aku mengangguk dengan bibir terulas tipis.

"Bisa di simpan dulu ponselnya, mas Naka?" Perhatianku merujuk ke anak yang duduk di sebelahku.

"Sebentar lagi ya bu!"

"Dua menit, iya"

"Iya" Balasnya.

"Hazel bisa makan sendiri?" Tanyaku kali ini pada Hazel.

"Bisa, tapi nanti berantakan nggak apa-apa ya bu"

"Nggak apa-apa"

Ketika kami sedang menikmati pesanan kami, pak Aril datang dan langsung mengatakan sesuatu.

"Nggak ada ponsel jatuh di sana, Mau. Sudah aku tanyakan juga ke satpam di sana"

Tubuhku melemas...

Mungkinkan kebawa sama orang yang menabrakku? Karena aku nggak fokus jadi aku tak begitu memperhatikan apa yang dia masukkan ke dalam tas belanjaannya?

Nafasku terembus frustasi.

*****

Sepanjang malam hingga pagi hari, pikiranku benar-benar ruwet, dan aku tak bisa memejamkan mata sampai hampir pukul tiga dini hari. Alhasil, kepalaku terasa sakit ketika bangun tidur.

Konsentrasiku masih belum kembali, membuatku sedikit kewalahan melakukan pekerjaan. Sesekali aku juga melamun.

Aku bahkan tak menyadari kalau saat ini jam sudah menunjuk di angka tiga.

Dengan gugup aku pergi ke sekolah Hazel dan Naka untuk menjemputnya.

Selama seharian ini aku juga tak melihat sosok pak Aril.

Kata bik Ninik, pria itu keluar saat aku sedang membereskan kamar anak-anak. Ketika ku tanya dia akan kemana ke bik Ninik, bik Ninik bilang kalau pak Aril pergi untuk membeli sesuatu.

Entahlah, aku sangat mengkhawatirkan dirinya. Takut sekali ada apa-apa dengannya, padahal jelas dia bisa menjaga dirinya sendiri di banding aku.

Saat aku sampai di sekolah, sudah tak ada murid satupun di sana. Langkahku lebar menuju ruang guru.

Di sana bisa ku lihat Hazel duduk di depan meja wali kelasnya.

Anak itu pasti sedang menunggu.

"Permisi" Kataku ramah.

"Nah, itu bu Maula, Hazel" Kata guru wali kelas Hazel. Hazel pun menoleh, tapi malah langsung berlari keluar dari ruang guru.

"Loh, Hazel?" Aku memindai tubuhnya dengan cemas. Tak hanya aku, beberapa guru juga terkejut melihat sikap Hazel.

"Maaf bu, saya permisi" Pamitku tak enak hati hendak menyusul Hazel.

"Tunggu sebentar, bu" Cegah wali kelas Naka.

"Iya, bu!"

"Tadi si Naka ikut tantenya, namanya Airin. Tadinya Hazel juga di ajak pulang sekalian, tapi Hazelnya nolak dan kekeuh mau nunggu ibu Maula"

"Oh iya bu.. Nggak apa-apa. Saya permisi" Setelah mengatakan itu, aku berbalik.

Ku pikir Hazel marah karena aku telat jemput, tapi alih-alih kesal, dia malah memelukku sangat erat, pelukan yang seakan tengah melebur ketakutannya itu.

"Maaf ya, ibu telat jemput" Kataku dengan nada lembut. Salah satu tanganku mengusap punggungnya pelan.

"Kenapa telat? Hazel takut bu!"

"Takut kenapa? Kan tadi di temani bu guru"

Anak ini mengurai pelukannya, kemudian menatapku penuh intens.

"Apa ibu mau gantiin bunda jadi bundanya Hazel?" Pertanyaan yang membuatku persekian detik menelan salivaku sendiri. Tak menyangka kalau aku akan di lempari pertanyaan seperti itu.

Menarik napas, posisiku yang sudah berjongkok menyamakan tinggi level kami sejak tadi, kedua tanganku terulur memegang kedua sisi lengan Hazel.

Ku tatap wajah sendunya dengan penuh rasa kasihan. Rautnya tergambar jelas bahwa dia sedang merindukan bundanya.

"Aku mau punya bunda lagi, tapi yang baik kayak ibu Maumau"

"Kalau untuk menggantikan bundanya Hazel, ibu nggak bisa nak, karena seorang ibu nggak akan pernah tergantikan. Bundanya Hazel cuma satu, yaitu bunda Dewi" Ujarku selembut mungkin.

"Kalau Hazel pengin punya bunda lagi, boleh. asal jangan lupakan bunda Dewi yang sudah ngelahirin Hazel, dan Hazel juga harus ngomong ke ayah atau ke nenek"

Anak di depanku hanya diam dengan fokus sepenunhnya memandangku.

"Kita pulang dulu, ya. Siapa tahu mas Naka sudah di rumah"

"Mas Naka ikut tante Airin, Hazel juga di ajak tadi, katanya mau ketemu ayah, tapi Hazel nggak mau, Hazel nggak percaya sama tante Airin"

"Okay, kita pulang dulu, nanti bisa lanjut cerita-cerita di rumah"

Hazel mengangguk, kamipun pulang dengan perasaan sama-sama takut.

Ah.. Aku nggak boleh takut. Aku yang selalu menasehati Hazel untuk menyingkirkan rasa takutnya, kenapa justru aku ketakutan sendiri.

"Udah sampai" Cicitku melepas kaitan helm di dagu Hazel.

"Itu mobilnya tante Airin kan bu? Berarti tante Airin sudah sampai di rumah, dong?"

"Sepertinya iya, sayang. Kita langsung masuk yuk"

Hazel mengangguk sambil menggandeng tanganku sangat erat.

Aku dan Hazel masuk lewat pintu garasi. Begitu di dalam rumah, ada bu Ella, bu Lini yang tak lain adalah ibu kandung mbak Dewi, juga ada Airin. Ku suruh Hazel mengecup punggung tangan mereka, baru setelahnya kami melangkah menuju tangga.

Aku akan membantu Hazel berganti pakaian.

Baru saja hendak membuka pintu kamar Hazel, suara wanita memanggilku dari arah belakang.

Aku serta Hazel kompak menoleh.

Airin, dengan ekspresi seakan tanpa cela, tersenyum padaku lalu berkata.

"Hazel bisa masuk dulu? Tante mau bicara sama bu Maula"

Hazel mendongak menatapku seakan meminta persetujuanku.

"Masuk dulu, iya" Kataku, mengusap pipi lembutnya. Anak itu menurut dan langsung masuk sesaat setelah ku bukakan pintu.

Aku menutup kembali pintu kamar Hazel, kemudian melangkah menghampiri Airin yang berdiri di sebelah piano.

"Ada apa, mbak Airin?"

Bukannya menjawab, dia malah membuka tasnya, lalu meraih sesuatu dari dalam tas.

Mataku membulat saat mendapati sebuah ponsel yang sedang ku cari ada di tangan Airin.

"Kamu sudah masuk terlalu jauh ke dalam labirinku, Maula. Aku pastikan kamu nggak akan bisa keluar. Kamu akan terjebak di sana" Pungkasnya. Santai tapi penuh ancaman.

"Ini ponselmu" Dia menyerahkan benda tipis itu ke tanganku.

"Mau tahu kenapa bisa ada di aku?"

Ku telan ludahku yang seakan tercekat di tenggorokan.

"Mereka yang menabrakmu adalah teman-temanku, aku yang menyuruhnya, dan dengan sengaja mereka ambil ponselmu dari tasmu"

"Ingat Maula!" Katanya lagi "Aku ini sangat berbahaya, jadi jangan macam-macam denganku. Bersikaplah layaknya pengasuh calon anak tiriku, jangan melewati batasmu kalau kamu ingin selamat. Dan jangan pernah ikut campur dengan urusan keluarga kami. Kamu bukan siapa-siapa di sini"

"Kamu salah, Airin. Kamu nggak tahu kalau aku memiliki tempat terindah di sini, jadi jangan coba-coba mengancamku. Cepat atau lambat, kejahatanmu pasti akan terbongkar, dan kamu akan membusuk di penjara"

"Dan sebelum itu, aku pastikan kamu sudah tiada"

Jantungku rasanya jatuh mendengar ucapan Airin, sebisa mungkin aku akan melawannya demi pak Aril dan anak-anaknya.

Meski pertemuanku dengannya begitu memuakkan, tapi lambat laun aku jatuh cinta padanya.

1
sryharty
Airin bener2 wanita iblis,,orang tuanya yang salah koruptor malah ga terima
semoga cepet ada petunjuk buat menjebloskan Airin ke penjara
biar ga makin banyak korban dari keiblisan Airin
Adiba Shakila Atmarini
alhamdulillah..
Syirfa Ratih
Airin...ntar kl semua udh terbongkar aq yg plg kenceng menertawakanmu lho....lihat aja nanti
yellya
airin msh di atasa angin 😏😏😏
Miko Celsy exs mika saja
mba anne kpn mrk hidjp tanpa beban ,,,kasihan maula teromang ambing hidupnya,,semoga pak faril jg bisa lbh tegas lgi,,,
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
berat amat idup mu Maula .....
Adiba Shakila Atmarini
rindu.....lagi sibuk ya..persiapan lebaran..setelah lebaran up yg bnyak ya thor..
Dresta Wijayanti: Alhamdulillah
semoga ya..
Anne: iya ini sibuk sekali.
insya Allah up banyak nanti setelah lebaran sampai selesai
total 2 replies
yellya
jgn2 ulah airin ini 🤔🤔🤔
tiara
semoga kejahatan Airin segera terungkap yah biar kapok tuh masuk penjara seumur hidup
Ainisha_Shanti
curiga jatuhnya buk Ella angkara Airin
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
adeh faril pangkat gede kaga bisa apa nyewa orang buat selidiki Airin masa kudu Maula disuruh ....pemalas ...
Sri Wahyuni
semoga kak othor semakin rajin up nya karena selalu d tunggu para readers.... ceritanya semakin seru dan menarik 😍
Yayuk Bunda Idza
Airin yang ngambil
Anne: typo /Smile//Smile/
total 1 replies
Esin naufal
helehh.. hadiahnya enak di pak faril semua..
sryharty
bener2 bikin jantung dag Dig duh
semoga kebusukan Airin cepet ke bongkar
sryharty: jangan sampe si Airin berulah dan menghasut Bu Ella
buat meminta pak Aril
untuk menikahi ulet bulu..
ga Sudi banget aku
total 1 replies
Tiah Fais
lanjut kak
Miko Celsy exs mika saja
mba anne semakin menantang dan senakin tdk sabar menunggu up nya ,,,trimakasih
Moer Aza
semangat thor.up terus ya kak🙏
Adiba Shakila Atmarini
akhirnya up..bahagianya..lnjut up ya
Adiba Shakila Atmarini
bener2 saya intip setiap menit ni..sibuk bngt ya thor buat persediann lebaran..tapi tetap setia menunggu ko 💓💓
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!