NovelToon NovelToon
DOSA (Dosen Sayang)

DOSA (Dosen Sayang)

Status: tamat
Genre:Komedi / Nikahmuda / Tamat
Popularitas:10.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: yu aotian

Karen Aurellia tidak pernah menyangka diusianya yang baru menginjak dua puluh tahun, akan menikah dengan pria yang lebih tua darinya. Pria itu adalah Darren William Bratajaya, pemuda cerdas yang telah meraih gelar profesor di Universitas London.

Saat mengetahui akan dinikahi seseorang bergelar profesor, yang ada dalam bayangannya adalah seorang pria berbadan gempal dengan perut yang buncit, memakai kacamata serta memiliki kebotakan di tengah kepala seperti tokoh profesor yang sering divisualkan film-film kartun.

Tak sesuai dugaannya, ternyata pria itu berwajah rupawan bak pangeran di negeri dongeng! Lebih mengejutkan lagi, ternyata dia adalah dosen baru yang begitu digandrungi para mahasiswi di kampusnya.

Bacaan ringan, bukan novel dengan alur cerita penuh drama. Hanya sebuah kisah kehidupan Rumah Tangga pasutri baru, penuh keseruan, kelucuan, dan keuwuan yang diselipi edukasi pernikahan. Baca aja dulu, siapa tahu ntar naksir authornya 🤣

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu aotian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35 : Hanya Persoalan Makan

"Kenapa juga kita jadi ribut gara-gara masalah orang!" ketus Darren setelah perdebatan panjang mereka yang cukup menghabiskan energi.

"Itu masalah temanku tahu!" Karen masih ngotot seperti tadi.

"Iya, aku tahu! Tapi kita enggak perlu sampai ikut berantem, kan? Aku yakin teman kamu bisa putuskan mana yang terbaik untuk dirinya," ujar Darren mencoba mendinginkan suasana, "jadi kita mau makan malam di mana, nih?" tanyanya lagi setelah mengendarai mobil tanpa tujuan.

"Terserah," balas Karen singkat.

"Makan di resto dekat Senayan, yuk."

"Ih, di situ lagi ... di situ lagi. Enggak ada restoran yang lain apa?"

"Gimana kalau dekat Gelora Bung Karno? Ada restoran baru loh di situ!" tawar Darren lagi.

"Aku udah lihat review orang yang makan di sana. Banyak yang bilang biasa aja, cuma menang tempat doang."

Darren kembali memikirkan restoran yang akan mereka kunjungi. "Ah, gimana kalau makan di resto kapal di PIK?"

"Gak sekalian di Pluto?"

"Kalau gitu kamu mau makan di mana?"

" Ya, terserah!"

"Terserah gimana?"

"Aku sih terserah kamu."

"Bukan terserah kalau tiap aku ngasih tahu tempat kamu malah komplain macam-macam," sergah Darren yang kesal dengan jawaban sakti mandraguna yang sering dikeluarkan para perempuan. Dimana hanya terdiri dari satu kata tapi mengandung banyak arti "Terserah!".

Dua jam kemudian, Karen duduk bersila di depan meja sofa apartemennya dengan wajah yang memberengut. Setelah melewati proses tanya-jawab panjang hanya untuk menentukan pilihan restoran, Darren akhirnya memutuskan pulang ke apartemennya.

"Sudah masak!" ucap Darren sambil menyajikan semangkok besar mie instan yang masih panas.

"Kalau dari awal gak niat ajakin makan malam di luar, bilang donk," ketus Karen bersungut-sungut.

"Siapa suruh ditanyain mau makan di mana, jawabnya terserah ... terserah ... terserah ...." Darren menirukan gaya bicara Karen. "Jadi terserah aku dong mau putusin makan di mana, termasuk makan di rumah sendiri," lanjutnya dengan nada mengejek.

"Ye, bilang aja lagi ngirit. Dasar pelit!"

"Makanya lain kali kalau ditanya, langsung kasih jawaban yang pasti bukan jawaban ngambang! Udah, mending kita makan aja apa yang ada. Entar kalau kamu enggak mau aku habisin, loh!"

Karen mengambil sendok dengan malas. Mau tak mau, dia terpaksa harus mau mengisi perut lapar dengan sebungkus mie instan yang dimakan berdua. Saat hendak menyeruput mie, jidat mereka malah saling berbenturan.

"Aduh, sakit tahu!" Karen mengeluh sambil memegang jidatnya.

"Sorry ... sorry ... nih aku suapin aja!" Darren lantas menyodorkan sesuap mie ke arah mulut Karen.

Karen segera membuka mulutnya untuk menerima suapan Darren.

"Omong-omong, gimana kalau kita adain makan malam keluarga?" Darren mendadak mengutarakan idenya.

"Makan malam keluarga?"

"Iya. Jadi kita undang keluarga kita ngumpul di sini buat makan malam bareng. Kan waktu nikah mami kamu gak datang, terus aku juga belum kenal dekat sama nenek kamu," tutur Darren sambil menyuap kembali istrinya.

"Boleh juga." Karen pun tiba-tiba teringat jika sebentar lagi Darren akan berulang tahun.

"Bagusnya hari apa, ya?" Darren mengecek kalender di smartphone-nya.

"Gimana kalau tiga hari ke depan?" usul Karen yang berpikir makan malam itu bisa dijadikan momen perayaan ulang tahun suaminya.

"Boleh juga." Darren pun menyetujui.

...----------------...

Keesokan harinya, Karen yang baru saja menyelesaikan mata kuliah, berinisiatif mengantar makan siang ke ruang penelitian. Kebetulan, Darren yang tengah berada di sana, sibuk berkecimpung dengan penelitiannya seperti biasa.

"Nih, makan siangnya. Jangan telat makan, ya!" ucap Karen sambil mengalungkan tangannya di leher Darren.

Darren langsung melepaskan lingkaran tangan Karen. "Jangan kayak gini! Enggak enak kalau tiba-tiba ada yang datang terus lihat kita kayak gini."

"Ya, udah. Aku pergi dulu, ya!"

Darren berbalik cepat, dan langsung berkata, "Eh, tunggu! Mulai besok enggak usah sediain makan siang buat aku. Biar aku yang beli sendiri, jadi kamu enggak perlu datang ke sini tiap hari."

Karen terdiam sejenak, kemudian mengangguk sambil mengacungkan jempol. "Oke."

Saat keluar dari ruangan itu, wajahnya menggelap seketika. Ia melirik jari-jarinya yang polos. Sejak awal, mereka memang sepakat untuk menjalani pernikahan diam-diam. Tidak ada cincin pernikahan yang terpasang, tidak ada pesta perayaan pernikahan, dan tidak ada nama panggilan kesayangan di antara mereka. Bahkan tidak saling bertegur sapa ketika berpapasan di area kampus. Namun, kesepakatan itu terbentuk saat mereka belum memiliki rasa satu sama lain.

Karen pikir, setelah hubungan mereka semakin terbuka dan saling mengetahui isi hati, Darren tak akan menutupi status pernikahan mereka. Ternyata tidak. Lelaki itu tetap bersikap formal padanya di kampus.

Sore harinya, Karen mengajak Oma Belle pergi ke kafe yang sedang hits. Entah ada angin apa yang membuat ia berinisiatif mengajak nenek dari suaminya itu. Mereka lalu melihat-lihat daftar menu yang disediakan oleh kafe tersebut.

"Apa ini? Bakso setan? Nasi goreng setan?" Oma Belle kaget membaca menu.

"Cabenya banyak tuh, Oma," sahut Karen menjelaskan.

"Jaman sekarang kok nama makanan pada aneh-aneh. Gak kayak jaman dulu, nama makanan penuh dengan estetika, ada putu ayu, putri solo, selendang Mayang, nagasari. Sekarang nama makanan banyak ditambahin kata setan, siomay setan, nasi goreng setan, mie setan. Emangnya kita yang makan ini sebangsa jin apa?"

Karen mendelikkan mata ke atas seraya bergumam, "Mulai lagi deh membanding-bandingkan jaman."

"Ini lagi ... ada ayam mercon, bakso rudal. Mereka pikir kita yang makan ini kuda lumping apa?" protes Oma Belle menggeleng-geleng kepala sambil membaca deretan menu.

Karen hanya bisa menghela napas sambil kembali membatin. "Susahnya ngajak oma-oma nongkrong di cafe kekinian. Segala nama menu doang pake protes!"

Perhatian Oma Belle teralihkan pada sepasang suami istri yang tengah sibuk menyuapi bayi mereka secara bergantian. Pasangan suami istri terlihat bahagia dengan kehadiran buah hati mereka.

"Lihat, tuh! Kehidupan rumah tangga suami istri itu akan lengkap kalau punya anak! Anak itu pelengkap kebahagiaan keluarga," sahut Oma Belle tiba-tiba dengan mata yang melirik ke arah pasangan suami istri.

"Gak jadi tolak ukur juga kali, Oma. Di berbagai artikel yang aku baca, anak bisa mengurangi kebahagiaan rumah tangga. Lagian, dunia ini dah over populasi, jadi kita gak perlu menyumbang angka kelahiran lagi," tampik Karen mematahkan argumen Oma Belle. Sebab, ia masih memegang prinsip childfree dalam kehidupan pernikahannya.

"Nah ... nah ... ini nih, pemikiran sesat! Jangan-jangan kamu, ya, yang halang-halangi Darren untuk punya keturunan. Apa kamu tidak kasihan sama Darren, dia itu anak satu-satunya dalam keluarga. Kalau kalian mutusin tidak punya anak, siapa yang akan meneruskan keturunan ayah Darren?" Oma Belle mulai bercerocos panjang kali lebar.

Karen terdiam seketika. Ia menyesal sudah salah melontarkan pendapatnya pada Oma Belle.

Oma Belle masih belum berhenti berfatwa pada Karen. "Lagian, anak itu juga pengikat hubungan suami istri. Hari ini suami kamu mungkin mangut-mangut turuti segala keinginanmu, besok-besok siapa yang tahu Darren tiba-tiba berubah terus menyeleweng?"

Perkataan Oma Belle, tentu sedikit menakuti perasaan Karen. Apa benar Darren akan seperti itu?

.

.

.

catatan author:

halo saya Aotian Yu, terima kasih telah mengikuti novel ini hingga chapter ke 35. Mulai tanggal 1 besok, novel ini sudah bisa divote maupun digift ya, silakan berikan dukungan kalian mulai besok untuk membuat novel ini tetap bertahan.

jangan lupa dukungan like dan komennya juga. Jangan jadi pembaca gelap, ya....

1
zuwariyah c
bab terlucu /Heart/
zuwariyah c
/Joyful//Joyful//Joyful/
zuwariyah c
/Heart//Heart//Heart/
its anna
seru banget gue bacanya nanti klo dah banyak dlu lah mls on going lamaa nunggunya
Malaikat
lanjut
Anonymous
dapet jackpot vera n nadya/Grin/
Anonymous
real life....adakah yg kaya darennn/Shame/
Anonymous
nice close ending/Grin/
Anonymous
brp sks KKN ny.../Facepalm/
Desi Permatasari
otw nyimak terus nih.... nunggu up selanjutnya
pipi gemoy
👏🏼👏🏼👏🏼👏🏼👏🏼👏🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼
keasikan baca jadi lupa kasih bintang 😂😂😂😂😂😂🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🙏🏼
pipi gemoy
👏🏼🌹
sakura🇵🇸
mari kita serbu😍
Naura Ar-rahman
luamaaaaaaaa... nungguin novel ini berlanjut, giliran ada notif langsung cuss...
Yu Ao: wah padahal nih novel dah tamat setahun yg lalu loh
total 1 replies
Y.S Meliana
siap
notif'y ada d berbagai judul novel kak yu 😅
Dee
gas lah...bakal seru kayaknyaaaa
sri supadmi
wah kaget ada notif dari ka Yu,langsung meluncur,makasih ka Yu 😍
Nia degeul
eum sok judes Luu 🤭
A
iya juga yh,cerita sinetronnya adalah kisah guritta sama evan😅
Nor Hadi
p
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!