Kisah ini adalah kelanjutan dari Novel Bopo Kembar Desa Banyu Alas.
Di sini, Author akan lebih banyak membahas tentang Arjuna Jati Manggala, putra dari Arsha dan Raina yang memiliki Batu Panca Warna.
Batu Panca Warna sendiri di percaya memiliki sesuatu yang istimewa. 'Penanda' Bopo ini, barulah di turunkan pada Arjuna setelah ratusan tahun lamanya. Jadi, Arjuna adalah pemegang Batu Panca Warna yang kedua.
Author juga akan membahas kehidupan Sashi, Kakak Angkat Arjuna dan juga dua sepupu Arjuna yaitu si kembar, Naradipta dan Naladhipa.
Beberapa karakter pun akan ada yang Author hilangkan demi bisa mendapatkan fokus cerita.
Agar bisa mengerti alurnya, silahkan baca terlebih dahulu Novel Cinta Ugal - Ugalan Mas Kades dan juga Novel Bopo Kembar Desa Banyu Alas bagi pembaca yang belum membaca kedua Novel tersebut.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Pembalakan Liar
"Kok makin terang ya, Mas?" Tanya Aksa.
"Iya, harusnya makin ke dalam, semakin gelap karena vegetasi yang rapat." Jawab Arsha.
"Ayah, Bopo, cepetan." Kata Arjuna.
"Sabar to, Nang. Ayah sama Bopo kan agak susah ngelewatin dahan - dahan ini, gak kayak kamu yang badannya masih kecil." Sahut Aksa.
Arsha dan Aksa semakin mempercepat pergerakan mereka. Selain karena Arjuna yang terus memburu - buru, kecurigaan yang muncul di benak mereka pun membuat rasa penasaran semakin membumbung.
"Di depan terang banget, Sa. Jelas pembalakan liar ini." Kata Arsha saat melihat batang - batang pohon besar yang mulai jarang.
"Ancene menungso ra nduwe utek. Uwong kok do serakah. (Emang manusia gak punya otak. Orang kok pada serakah.)" Umpat Aksa yang merasa geram.
"Ayah, Bopo, lihat!" Seru Arjuna yang berada sedikit jauh di depan. Mendengar itu, membuat Aksa dan Arsha hampir berlari karena penasaran.
"Astaghfirullah, ya Allah!" Seru Arsha.
"Astaghfirullah haladzim!" Aksa pun ikut berseru ketika melihat pemandangan di hadapannya.
Hutan yang harusnya penuh dengan pohon - pohon besar itu, tampak gundul di beberapa bagian. Bukan hanya satu atau dua pohon yang di tebang secara liar, namun puluhan bahkan ratusan pohon yang sudah di tebang.
"Ya Allah, gimana kok kita bisa kecolongan gini to, Sa." Kata Arsha sambil mengusap dadanya.
Tak menjawab, Aksa hanya bisa terdiam sambil menghela nafas berat. Sebagai Kepala Desa, tentu ia merasa sangat bersalah, Ia merasa gagal menjaga Hutannya walaupun itu bukan sepenuhnya tanggung jawabnya, karena Hutan ini bukan bagian dari wilayah Desa Banyu Alas.
Tapi tetap saja, karena Hutan inilah, warga Desa Banyu Alas tak pernah kekurangan air bersih bahkan saat kemarau panjang sekalipun. Dan Karna Hutan ini jugalah yang menjadi nama Desanya, Banyu Alas yang artinya Air Hutan. Semua air yang mengalir ke Desanya, berasal dari Hutan ini, Hutan yang mengelilingi Desa.
"Gak bener ini, Mas. Aku gak bisa diem aja kalau sudah begini." Kata Aksa yang menatap sendu sisa batang potong yang sudah di tebang. Pria itu pun terduduk, kakinya terasa lemas saat ini, setelah melihat kerusakan di hadapannya.
"Ya memang kita gak boleh diem aja." Sahut Arsha.
"Pantas kalo gak terdeteksi. Lha tempatnya aja bener - bener susah di jangkau.gak tentu setahun sekali Polisi Hutan masuk sampai ke sini." Kata Aksa
"Tapi mereka bawa batang - batang besar itu lewat mana? Kita gak mungkin kecolongan kalau misal mereka keluar masuk dari Desa kita." Tanya Arsha yang ikut duduk di sebelah Saudara Kembarnya.
Keduanya sama - sama terdiam, mengingat - ingat topografi wilayah sekitar Desanya yang memungkinkan menjadi jalan keluar masuk hutan yang aman. Tak jauh dari mereka, Arjuna tampak asyik mengusap - usap kepala Elang Jawa, si penunjuk jalan yang sedang bertengger di salah satu sisa batang pohon yang sudah di tebang.
"Lihato Arjuna, Mas. Kita dulu bahkan gak pernah seperti itu." Kata Aksa yang memperhatikan Arjuna.
"Arjuna malah kayak Tarzan. Lihato penghuni yang mulai berdatangan. Kayaknya aku salah ngasih nama deh." Kata Arsha yang membuat Aksa terkekeh.
Beberapa hewan lain seperti Owa, Rusa, Kera, berbagai macam burung, kelinci dan Ayam hutan mulai datang menghampiri Arjuna.
"Cah kuwi nak di culne neng alas ngendi wae, lak isoh metu. (Anak itu kalau di lepasin di hutan mana aja, pasti bisa keluar.)" Kata Aksa yang membuat mereka berdua kembali terkekeh.
"Ayah... Bopo... Lihat ini." Arjuna tampak tertawa - tawa sambil berjalan kesana dan kemari dengan menggandeng tangan seekor Owa Jawa.
Melihat hal itu, tentu membuat Arsha dan Aksa terhibur di tengah perasaan sedih dan kesal yang membelenggu mereka.
"Malah atraksi." Komentar Aksa.
"Lebih kayak reuni lho, Sa." Sahut Arsha.
"Syukuran lagi, Mas. Namanya di tambahin jadi Arjuna Tarzan Jati Manggala." Kata Aksa yang membuat keduanya terkekeh.
"Kok Belang gak ngusir mereka ya?" Aksa bertanya - tanya.
"Mungkin karena di luar wilayah jaga mereka, Sa. lagian, mau gimanapun, mereka juga pasti takut dengar suara mesin tebang dan kerumunan orang - orang." Jawab Arsha.
"Ah, Mas! Aku inget ada aliran sungai besar di dekat sini, yang lewat Desa Pancer. Yang jembatannya beberapa waktu lalu rubuh." Kata Aksa.
"Emang itu dari Hutan ini, Sa?" Tanya Arsha.
"Harusnya iya, Mas. Aku inget pernah lihat aliran sungai itu waktu iseng buka maps wilayah kita di internet. Kalo aja ada sinyal, kita bisa cek geografinya dari maps." Kata Aksa.
"Mau di cari apa, sa? Harusnya gak jauh dari sekitar sini. Mereka gak mungkin bawa kayu jauh - jauh. Pasti di hanyutin biar gampang." Ajak Arsha.
"Kalo nyasar, gimana, Mas?" Tanya Aksa.
"Kok kamu takut lho, Sa? Kita kan bawa Tarzan, dia juga bisa gadi gps hidup." Sahut Arsha yang membuat Aksa tertawa.
"Nang, ayo ikut Ayah sama Bopo dulu." Ajak arsha.
"Mau kemana, Yah?" Tanya Arjuna.
"Cari Kali yang deket dari sini." Jawab Aksa.
"Ayah sama Bopo mau mancing?" Tanya Arjuna.
"Enggak, mau ciblon (main air)" Jawab Aksa yang membuat Arjuna tertawa.
Mereka bertiga pun mulai menyusuri hutan untuk mencari aliran sungai. Tak lupa, Aksa pun memotret apa yang mereka temukan untuk di laporkan pada pihak yang berwajib.
"Lewat sini, Yah. Kata Arjuna saat mereka menemukan persimpangan jalan.
"Sok tau, kamu." Goda Arsha.
"Yaudah kalo gak percaya. Aku udah pernah nyusurin semua hutan ini." Jawab Arjuna.
"Kapan?" Tanya Aksa dan Arsha bersamaan dengan wajah terkejut.
"Gak tau, tapi pernah kok. Mungkin waktu aku masih di dalem perut Ibu." Jawab Arjuna.
"Lah, malah ndagel bocah iki. (Lah, malah ngelawak anak ini.)" Kata Arsha. Meski begitu, Aksa dan Arsha tetap mengikuti langkah kecil Arjuna yang membawa mereka.
"Kok Juna lama -lama medeni (menakutkan) to, Mas. Apa dia reinkarnasi Bopo Jati Birawa?" Kata Aksa.
"Hus! Ngawur kamu. Mungkin dia pernah mimpi dan sekarang lagi de javu gitu." Sahut Arsha.
"Tuh kan bener, tu udah kedengeran suara aliran sungai." Kata Arjuna dengan bangganya.
Mereka bertiga kembali mempercapat langkah agar segera sampai di tepi sungai. Dan benar saja, di sungai itu masih ada beberapa gelondong kayu yang tersisa.
"Ya Allah, bener dugaan kita, Mas." Kata Aksa.
"Sudah, di foto. Nanti pulangnya kita tandai jalan ke sini. Biar kamu bisa balik lagi sama Polisi para Polisi Hutan." Kata Arsha yang jawab anggukan mengerti dari Aksa,
Mereka pun memutuskan untuk beristirahat di tepi sungai itu sekaligus menjalankan sholat zuhur di sana. Setelah Sholat dan makan siang, mereka kembali menyusuri jalan pulang. Tak lupa, Aksa dan Arsha menandai jalan mereka dengan cara melukai sedikit kulit batang pohon membentuk segi tiga menggunakan golok yang mereka bawa.
Waktu sudah sore hari ketika mereka keluar dari hutan dan kembali ke tempat mobil mereka terparkir. Begitu berhasil mendapat sinyal, Aksa segera memerankan tugasnya sebagai Kepala Desa. Ia menghubungi semua pihak terkait, termasuk kepala Desa dari beberapa desa lain yang ada di sekitar hutan itu untuk mengusut tuntas masalah pembalakan liar ini secepatnya, sebelum pembalakan liar semakin meluas.
tapi buatnya mau
semoga sisansan cpt sadar,kcuali mang nggak betes sjk.lhir dia punya otak
klau smpai ngadu ke ortu,sruh aja jdi tmannya si jul jul jule tuh pas dek kyaknya
mz arjunaku yg ca'em,bagus,guanteng sak kabehe,smpyn meneng mawon.lenggah sing tenang.tak santette sandi sak krocone.😡🤬😤
ayoooo juna sentil si sandi dengan kelelawar🤭