DOSA (Dosen Sayang)
Pagi hari yang cerah, di mana angin berkesiur menarik dedaunan yang berembun. Di sinilah irama dan detak jantung kehidupan dimulai. Seorang perempuan muda mengerjap pelan ketika indra penciumannya menangkap aroma harum yang menggairahkan. Ia menolehkan kepalanya ke samping, tampak suaminya sudah tak ada di tempat tidur.
Sambil menguap, ia menghampiri suaminya yang baru saja selesai memasak sarapan. Pria itu menatapnya, kemudian menahan tawa saat melihat sebagian rambutnya naik ke atas seperti orang yang baru kesetrum.
"Ada jadwal ngajar pagi, ya?" tanya perempuan itu.
"Iya," jawab suaminya singkat. Mulai menyantap sarapan, suaminya kembali berkata, "Omong-omong, tolong kalau kita enggak sengaja ketemu di tempat umum, anggap aja kita enggak saling kenal. Sebaliknya, kalau kita lagi bersama terus ada kenalanku ada yang enggak sengaja lihat, tolong bersikap seolah kamu tuh adik aku. Ngerti?"
"Tenang aja, teman-temanku enggak ada yang tahu juga kalau aku udah nikah," jawabnya santai sambil ikut mencicipi makanan yang baru saja dimasak suaminya.
Suaminya menahan makanan yang hendak diambil perempuan itu dengan garpu. "Jangan lupa tetap bersikap formal di kampus. Jangan sok akrab atau menunjukkan gerak-gerik kalau kita saling kenal!"
"Ih, bawel banget, sih! Dah tiap hari tahu kamu ngasih peringatan kayak gini. Sekali-kali keceplosan manggil suami, kan, gak papa," sambarnya. Namun, melihat tatapan suaminya seperti banteng yang hendak menyeruduk, ia bergegas berkata, "Iya ... iya ... bakal kuingat!"
"Bagus!" Pria itu menepuk kepalanya dengan lembut. "Aku tahu, kok, cewek seusia kamu pasti masih suka senang-senang di luar sana. Kamu bebas ngelakuin apa pun, aku enggak bakal mengikat kamu karena hubungan pernikahan ini."
"Terus, kenapa kamu mau nikah sama aku?" tanya perempuan itu sok judes.
"Kamu sendiri kenapa?" Suaminya balik bertanya dengan nada datar, "palingan juga alasan kita sama!"
"Aku sih gara-gara jatah per bulanku ditahan sama Oma. Mana papi dan mami enggak berkutik lagi," cetusnya.
"Ya, samalah kita. Aku juga enggak bisa menentang perintah Oma yang diktator. Lagian, aku cuma butuh status pernikahan di keluargaku."
...----------------...
Pasangan suami istri itu bernama Karen dan Darren. Pernikahan mereka baru berumur sekitar dua bulan. Dengan kata lain, dua insan beda usia ini disatukan oleh kakek dan nenek mereka masing-masing. Meski dijodohkan, keduanya tetap menjalani aktivitas normal sebagai pasangan suami istri.
Sejujurnya, Karen tidak pernah menyangka di usianya yang baru saja menginjak dua puluh tahun akan menikah dengan seorang pria yang lebih tua darinya. Pria itu adalah Darren William Bratajaya, pemuda cerdas yang telah meraih gelar profesor di Universitas London. Dia juga merupakan cucu dari salah satu dari old money¹ terpandang di Jakarta.
Sebenarnya, keluarga Karen sendiri juga berasal dari golongan kelas atas. Kakek-neneknya masuk dalam golongan crazy rich Jakarta. Ayahnya menjadi direktur di perusahaan kakeknya dan ibunya adalah seorang sosialita. Ini semua menjadikan dirinya tak bisa hidup mandiri dan sangat bergantung pada orang lain.
Bagi Karen Aurellia, pernikahan ini tak semenakutkan yang ia pikirkan. Ternyata, pria yang menjadi suaminya tak segarang yang ia bayangkan. Lebih asyiknya lagi mereka sefrekuensi. Awalnya Karen menolak keras pernikahan ini. Pasalnya, ia tak pernah melihat langsung pria itu. Saat mengetahui akan dinikahi seseorang bergelar profesor, yang ada dalam bayangannya adalah seorang pria berbadan gempal dengan perut yang buncit, memakai kacamata serta memiliki kebotakan di tengah kepala seperti profesor yang divisualkan film-film kartun.
Namun, sebuah kejutan menghampiri dirinya di hari pernikahan. Ketika pria yang akan menjadi suaminya itu berdiri tegap dalam balutan jas hitam rapi. Pasalnya, pria dengan postur tubuh proporsional itu ternyata berwajah rupawan seperti aktor film dengan sepasang mata yang indah, hidung yang mancung bak perosotan dan memiliki bentuk rahang tegas yang menambah sisi maskulinnya. Sama sekali tak terlihat seperti yang ia bayangkan. Malahan dia tampak seperti pangeran-pangeran di negeri dongeng. Lebih mengejutkan lagi, ternyata dia merupakan dosen baru yang menarik perhatian para mahasiswi di kampusnya.
"Aku pergi dulu, ya!" Darren pamit kerja setelah selesai sarapan.
"Tunggu!" Karen menghampiri Darren, berlagak seperti istri-istri di sinetron yang doyan memperbaiki dasi suami. Ia lalu melepaskan karet ikatan di rambutnya, lalu memasangkan ke lengan Darren.
"Ini apaan?" tanya Darren dengan dahi yang membentuk lipatan halus.
"Biar orang tahu kamu dah ada yang punya. Kamu kan enggak mau pakai cincin pernikahan," jawab Karen dengan wajah cemberut.
Darren tertawa kecil sambil mengacak-acak rambut Karen. Bukannya ia tak mau mengekspos pernikahan mereka. Masalahnya, dia seorang dosen, sementara istrinya adalah mahasiswa di universitas tempatnya mengajar. Ia tak ingin orang-orang menilainya tak profesional karena terlibat cinta dengan mahasiswi.
Setelah kepergian Darren, Karen menatap malas piring kotor yang baru saja dipakai makan suaminya. Ia malah memilih merebahkan tubuh di sofa empuk dengan kedua kaki yang selonjoran. Kebetulan hari ini ia sedang tak ada jadwal kuliah.
Karen menghabiskan sepanjang waktu dengan bermalas-malasan di sofa seraya berselancar di Instagram, mengunggah foto-foto yang masih tersimpan di galerinya lalu menyukai setiap postingan orang agar mendapatkan feedback. Begitulah kerjanya seharian ini sampai tak terasa waktu telah beranjak ke malam hari.
Untuk soal makan, Karen tidak pernah mengotori tangannya yang indah berhias kuku warna warni untuk berkecimpung di dapur. Selama sebulan menikah dan tinggal bersama suaminya, ia hanya memesan makanan online atau katering harian. Wajar saja, ia sama sekali tidak tahu memasak dan tak mau belajar untuk tahu. Untungnya, ia memiliki suami yang sangat mandiri. Ya, pria itu selalu menyiapkan sarapannya sendiri seperti tadi dan memilih makan siang di luar.
Sekarang, waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Sedang tertidur lelap, tiba-tiba ia terkesiap tatkala mendengar dering telepon rumah di samping sofa yang ia tiduri.
"Siapa yang menelepon?" gumam Karen mengernyitkan dahi.
Ia mengangkat telepon itu dengan ragu. "Halo?"
"Ini Karen, ya?" Suara pria terdengar dalam sambungan telepon itu.
"I–iya." Karen tergagap karena ia mengenali suara itu adalah suara ayah Darren.
"Syukur deh kamu di rumah. Papa cuma mau ngasih tahu, Omanya Darren lagi menuju ke situ. Tadinya papa kira kalian enggak di rumah, makanya papa telepon ke situ."
Mata Karen membesar dua kali lipat. "Apa?! Oma Belle mau ke sini?" batin Karen menjerit.
Seketika, kepalanya menoleh ke piring kotor dan dapur yang sedikit berantakan karena baru saja dipakai masak. Ia langsung bergegas membereskan piring kotor di atas meja. Masalahnya, ia sangat mengenal karakter nenek suaminya yang begitu berwibawa, tegas, dan cerewet. Kecepatan bicaranya bisa melebihi laju pembalap motogp. Konon katanya, Valentino Rossi memilih pensiun karena tak bisa menyalip laju celotehan Oma Belle.
"Aduh gimana, nih? Mana aku belum cuci piring lagi! Ngapain juga sih Oma Belle datang ke sini malam-malam. Udah tua bukannya diam-diam di rumah bareng minyak gosok, eh ... malah berkelana kayak pendekar. Ngeselin banget!" gerutunya sambil cepat-cepat membereskan ruang dapur.
Karen makin kelabakan saat mendengar bunyi bel apartemennya. Ia menyimpan piring kotor itu di dalam kitchen set, kemudian hendak membuka pintu. Sialnya, ia baru menyadari belum mandi seharian dan masih memakai piyama semalam.
"Aduh, gimana, nih?" Atas kepercayaan dan keyakinannya terhadap bau tubuhnya sendiri, Karen memutuskan langsung berganti pakaian tanpa mandi terlebih dahulu.
Ia juga mengambil koyo lalu menempelkan di dahinya seolah sedang sakit kepala. Ini karena setiap oma Belle datang mengunjungi mereka, pasti akan membawakan sesuatu yang tidak disukainya. Belum lagi mengajaknya ngobrol dari Sabang sampai Merauke balik lagi ke Sabang. Saking panjangnya arah obrolan mereka. Jadi, dia berharap bisa menggunakan alasan sakit agar oma dari suaminya itu tidak berlama-lama mengeram di sini.
Karen menarik napas dalam-dalam sebelum membuka pintu apartemen. Wajah Oma Belle yang tersenyum seperti boneka Annabelle langsung memasuki pandangannya.
"Malam ...." Oma Belle menyapanya lalu menunjukkan sebuah bag paper transparan. "ayo coba tebak apa yang Oma bawakan buat kamu!"
"Apa, ya, Oma?" tanya Karen langsung yang malas bermain tebak-tebakan tak berhadiah.
Oma itu membuka isian bag paper, lalu menunjukkan sebuah botol cantik yang berisi cairan berwarna cokelat keruh.
"Ini jamu penyubur kandungan buat kamu," ucapnya dengan wajah yang senang.
.
.
.
catatan kaki:
old money¹: istilah yang mengacu pada kekayaan yang diwariskan secara turun temurun.
catatan author:
halo saya aotian Yu. ini adalah karya terbaru saya berkolaborasi dengan editor NT.
Untuk pembaca, mohon dukungan like dan komennya untuk menaikkan popularitas agar project tulisan ini bisa bertahan sampai tamat.
disclaimer: novel ini banyak memuat adegan kissing dan ranjang. Bukan novel berunsur religi dan tidak mewakili agama maupun ras tertentu. Bukan novel dengan alur cerita yang penuh drama. Hanya menceritakan kisah pengantin baru dengan konflik-konflik ringan dan cara mereka hadapinya. Harap bijak membaca, ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments
sherly
aku balik lagi baca kisah ini rindu Ama Oma Belle... ahahahhaha
2024-08-24
2
sherly
hahahahaha oma belle seng ada lawan...
2024-08-24
0
Pipit Sandra
ok kak yu,,,
2024-07-20
0