Lahir dari keluarga kaya, Davina menyamar menjadi seorang gadis biasa, Dia merasa lelah karena sering di manfaatkan. Dalam kesederhanaan nya, Davina menjalin hubungan dengan Gio. Seorang pria yang Davina tahu adalah pria yang lahir dari keluarga sederhana.
Davina kira, Menjalin hubungan dengan orang sederhana itu akan selalu setia. Ternyata, Tidak semua orang sama.
Bukan karena di selingkuhi namun sejak hadirnya sahabat Gio yang bernama Caca, Pria yang menjadi kekasihnya itu berubah. Di setiap waktu atau kondisi apapun selalu sahabatnya lah yang di utamakan.
Davina muak! Hingga akhirnya Davina menunjukkan bahwa sebenarnya dia bukanlah gadis biasa. Membuang pria sederhana itu lalu menjalin hubungan baru dengan pria yang setara dengannya. Bagaimana reaksi Gio setelah tahu bahwa Davina ternyata adalah gadis kaya?
••••••
"Jika Daddy bisa mendapatkan wanita sederhana yang setia. Maka aku, Aku akan mencari pria yang setara dan setia." Davina Anggraini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Macam-macam
Davina baru saja selesai membuang air di kamar mandi. Kini giliran gadis dua puluh tahun itu membasuh tangannya. Saat sedang fokus membasuh tangan, Seorang gadis masuk.
Davina menghela nafas panjang. Caca dengan senyumnya yang manis masuk dan ikut membasuh tangan.
Tapi jangan kira Davina tidak tahu tentang senyum itu. Senyum itu adalah senyum penuh ejekan untuk Davina.
"Aku dengar, Hubungan mu dengan Gio berjalan hampir dua tahun, Benar? Dan aku juga tahu kalau selama itu Bibi Ambar belum memberikan restunya untuk kalian.." Davina tak mendengarkan apa yang di katakan oleh Caca. Terserah lah mau bicara apa bagi Davina, Pantang mendengarkan kata kata yang tak penting sama sekali.
"Kau dengar aku tidak? " Davina yang hendak keluar itu menghentikan langkahnya.
"Sorry, Aku budek jadi aku tidak dengar ucapanmu yang tidak penting itu.." Davina keluar dari kamar mandi tersebut tanpa menghiraukan Caca. Tapi Caca tak mau tinggal diam, Gadis yang katanya sahabat kecil Gio itu mengejar Davina.
"Heh.." Caca meraih kasar tangan Davina hingga putri dari Daddy Nalendra itu memutar tubuhnya.
"Apa sih!?" Davina menyentak tangan Caca membuat gadis itu terhuyung. Kekuatan Davina nyatanya tak pernah main-main.
"Kau!"
"Apa? Apalagi yang ingin kau lakukan?" Tanpa ada takut-takutnya Davina menantang Caca. Dia bukan gadis yang lemah yang gampang di tindas. Kalau ada yang melapor, Silahkan..! Tak akan ada yang berani padanya. Semua dosen yang mengajar di kampus ini sudah tahu siapa Davina sebenarnya. Hanya saja Davina berpesan agar tidak membuka identitasnya.
"Dasar gadis udik, Gadis miskin.. Pantas saja Bibi Ambar gak setuju hubungan kamu sama Gio.. Karena kamu itu cuma gadis yang gak punya apa-apa. Kamu cuma tinggal di kost-an. Orang tua mu aja gak jelas.." Davina tersenyum sinis. Dia melipat kedua tangannya di dada.
"Kau pandai sekali ya, Menghinaku.. Aku jadi ingin tahu seperti apa hidupmu di luaran sana.." Caca terkekeh. Dia tertawa keras di lorong jalan ke arah kamar mandi itu.
"Jelas yang pasti, Ayahku bekerja di perusahaan paling besar di kota ini. Dia jadi HRD.. Dan tentu saja gajinya besar.. Kau lihat aku? Pakaian yang aku pakai ini adalah pakaian yang berkelas.. Aku anak orang berada, Jelas akulah yang lebih pantas bersanding dengan Gio.. Makanya aku ingin kau segera mundur dari hubungan ini.." Davina maju satu langkah, Dia menatap tajam Caca yang langkahnya semakin mundur.
"Tentu saja aku akan mundur.. Tapi tidak sekarang.. Dan satu lagi, Kau boleh menghina ku sekarang.. Tapi setelah ini apakah kau masih bisa menghinaku? Kau itu hanya orang baru.. Tapi sok disini. Pesanku jangan macam-macam.. Atau kau tidak akan selamat bit-ch.. " Setelah mengatakan itu, Davina segera pergi.
Davina pasti akan membuka jati dirinya tapi bukan sekarang. Dia akan menunggu waktu yang tepat.
...****************...
"Kaulmu di gangguin lagi sama tuh si cicak.." Vania langsung memberikan pertanyaan pada Davina yang baru saja datang dan duduk bergabung bersama dua sahabatnya di kantin.
"Kalian tahu?
"Ya, Tau lah.. Kita itu dari tadi nunggu kamu disini lama banget. Jadi Valia pergi buat nyusul.." Ujar Vania lagi.
"Tapi syukurlah, Kamu gak jadi samperin aku. Kalo gak yang ada dia akan semakin merasa tersakiti.. Aku cuma gak mau aja kamu terlibat dalam masalahku.. Jadi biar aku yang hadapi sendiri.." Davina sudah tahu dan paham dengan sifat Caca. Cukup dia saja yang berurusan dengan Gio, Kedua temannya jangan sampai ada yang terlibat.
"Sekarang aku tanya? Apa kau masih kau melanjutkan hubunganmu sama Gio?" Davina terdiam, Dia tak langsung menjawab. Namun sedetik kemudian Davina menggelengkan kepalanya.
"Aku memang cinta sama dia.. Tapi aku bukan gadis bodoh yang mau-mau saja melakukan apapun demi cinta. Dia khianati aku ya buang lah.." Vania dan Valia mengangguk setuju dengan pemikiran Davina yang tegas.
"Yups.. Bener, Aku dukung kamu.. Cewek itu memang harus gitu.. Dan aku rasa Gio kayak emang gak peduli lagi sama kamu. Dia lebih mentingin di cicak itu..
"Hm, Mending buang aja cowok kayak gitu ke laut..
"Hahaha..
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Aku pulang bareng kalian ya?" Ucap Davina pada kedua saudara kembar itu. Waktu mata kuliah sudah selesai, Dan Davina kini sudah siap-siap hendak pulang.
Baru saja selesai memasukan buku pentingnya ke dalam tas. Gio segera berdiri dan menghadang langkah Davina.
"Ada apa?
"Ikut aku.." Gio menarik pergelangan tangan Davina. Vania dan Valia hanya saling pandang. Keduanya mengangkat bahu pertanda tidak tahu apapun. Namun tatapan mereka beralih ke arah Caca yang diam. Mereka tahu pasti semua ini ada hubungannya dengan si Caca.
Gio membawa Davina ke lorong yang sepi. Gadis itu dapat merasakan aura tidak mengenakan dari kekasihnya ini.
"Ada apa? Kenapa kamu bawa aku kesini? Penting banget ya..??" Gio berbalik badan menatap sang kekasih yang menurutnya berubah akhir-akhir ini.
"Maksud kamu apa bilang ke Caca kalau dia seorang Bit-ch?" Davina memiringkan kepalanya, Senyum miring tersungging di bibirnya.
"Dia ngadu ke kamu? Bilang apa aja dia ke kamu? Dan kamu percaya?" Davina menggelengkan kepalanya, Tak habis pikir dengan Gio yang telah berubah sejak gadis yang katanya sahabat kecilnya itu datang. Semua ucapan dari Caca akan Gio percaya meski hanya sebuah kebohongan. Dan ucapannya akan pria itu anggap bohong walaupun sebenarnya jujur.
"Aku kenal Caca itu mulai dari dulu. Sejak kecil aku sama dia tuh udah bareng. Dia tuh gak pernah bohong sama aku.. Dia.
"Yaudah kalau kamu emang percaya sama dia.l urus aja dia.. Mulai sekarang aku udah gak peduli. Terserah!" Setelah mengatakan itu, Davina berbalik badan hendak pergi namun..
"Kamu berubah Vin.. Kamu bukan Davina yang aku kenal dulu.." Langkah Davina terhenti. Tanpa berbalik badan ia berkata..
"Bukan aku yang berubah Gio.. Tapi kamulah yang telah berubah. Sejak Caca datang sikap kamu ke aku berubah.. Kamu selalu ada waktu buat dia, Kamu lebih percaya dengan semua perkataannya. Sementara apa yang aku katakan kamu gak pernah percaya lagi.. Jadi jangan salahkan aku kalau aku bersikap begini.. Sikap ku yang seperti ini semua di mulai dari kamu. Aku hanya mengimbangi saja. Aku kecewa sama kamu.. Demi membela Caca kamu sampai seperti ini ke aku..
"Vin.. Aku..
"Dan ingat satu hal Gio.. Jangan pernah kamu macam-macam sama aku.. Karena kalau sampai itu terjadi dan semua itu demi sahabat kecilmu itu. Lihat saja, Kamu akan menyesal..." Davina pergi sana tanpa peduli lagi dengan Gio yang hanya mampu menatap nanar sang kekasih.
"Kenapa bisa jadi seperti ini.." Gumam Gio mengacak rambutnya kesal.
"Gio..." Caca berlari menghampiri Gio yang masih berdiri di tempat. " Gio kamu ngapain masih disini? Pulang yukk.." Caca menggandeng lengan Gio dengan manja..
"I..iya Ayo.." Gio menurut saja tanpa ada semangat sedikit pun.
•
•
•
Tbc
niatnya mau pmer,taunya....
mlah dia sndri yg malu....😝😝😝