Warning!!!!!!!!
ini adalah novel yang sangat menguras emosi bagi yang tahan silahkan di lanjut kalau yang tidak yah, di skip aja
kalo mental baja sih aku yakin dia baca!!
Tak bisa memberikan anak adalah sesuatu yang sangat menyakitkan bagi seorang wanita. Hal itu bisa meruntuhkan hubungan baik yang sudah tertata rapi dalam sebuah ikatan pernikahan. Dia adalah Rika, wanita yang berhayal setinggi langit namun yang di dapatkannya tak sesuai ekspektasi.
Dirinya mandul? entahlah, selama ini Rika merasa baik-baik saja. lalu kenapa sampai sekarang ini iya masih belum punya anak?
Mungkin ada yang salah.
Yukk!! ikuti kisahnya dalam menemukan kebenaran.
Kebenaran harus diketahui bukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrena Rhafani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35
Sementara itu, Dion tampak sedang menatap fokus sebuah laptop yang ada di hadapannya. Beberapa lembaran kertas juga ikut menumpuk di samping meja kerjanya.
Tampaknya iya sedang memeriksa apakah ada kesempatan untuk membuat perusahaannya kembali bangkit walau selangkah saja.
"Brakkkk!!" Dengan penuh amarah, Dion menyapu bersih semua yang ada di hadapannya itu.
Laptop yang selalu menjadi benda pentingnya kini telah iya injak-injak dan banting sana-sini. Beberapa lembaran kertas dan map-map tak berarti juga iya hampurkan dan robek hingga berkeping-keping.
Tampaknya perusahaan Sorayagroup memang kini hanyalah tinggal nama saja. Semuanya sudah selesai. Yang ada hanya amukan Dion yang tak terima dengan kenyataan pahit tentang dirinya itu.
"Ahhhhhhh!! Dasar bodoh!!!! Semuanya bodoh!! Memang bodoh!"
Mendengar kegaduhan dari ruang kerja anaknya, Bu Diana segera datang dan mengecek apa yang terjadi.
Alangkah terkejutnya iya ketika melihat kondisi ruangan itu. Semua benda yang tadinya tersusun rapi kini berserakan di lantai. Yang lebih parahnya lagi iya dapati anaknya sedang duduk meringkuk dengan pandangan keputus asaan.
Bu Diana berlari tipis-tipis menghampiri anak semata wayangnya yang telah iya nikahkan dengan dua wanita itu.
"Dion! Apa yang terjadi? Ada apa denganmu?"
"Kau tidak boleh berbuat begini."
"Mah, perusahaan Dion sudah tidak ada lagi, mereka juga meminta ganti rugi, dimana Dion harus mengambil uang dan membayar semuanya mah? Dimana?"
Dengan penuh kasih sayang, Bu Diana memeluk anaknya yang sedang terpuruk itu. Tangannya juga mengelus pundak dengan maksud untuk menenangkannya.
"Tenang Dion! Tenang. Jika kamu begini, itu hanya akan menambah masalahmu."
"Lebih baik kamu fikirkan bagaimana jalan untuk menyelesaikan masalahmu ini." Kata Bu Diana menasehati anak semata wayangnya.
"Dion harus apa Mah? Apa?"
Sekarang ini Bu Diana juga ikut terdiam dengan pertanyaan anaknya. Iya sendiri bahkan tak tau harus berbuat apa.
Uang tabungan walaupun sedikit saja bahkan iya tak punya. Itulah dampak buruk bagi seseorang yang selalu bersikap boros sepanjang hidupnya.
Cukup lama keduanya termenung. Setelah berfikir kritis, Bu Diana kini mulai berucap dengan secuil ide di otaknya.
"Bagaimana, kalau kita jual saja rumah ini untuk mengembalikan modalmu?"
"Hahhh!! Jual rumah ini," ujar Dion dengan nada kagetnya.
"Mah, itu mustahil. Rumah ini kan atas nama Rika, dia tidak mungkin setuju dengan keputusan ini. Terlebih lagi inikan pemberian dari ayahnya, besan mama."
Bu Diana kembali memberi masukan.
"Bagaimana, kalau kita gadaikan saja."
"Apalagi gadaikan. Rika pasti tidak akan setuju." Kata Dion kembali menolak.
"Yasudah, kamu minta saja uang sama ayah mertuamu itu. Uangnya kan, masih banyak."
"Mah tolong dong, kalau ngasi ide itu yang masuk akal sedikit. Dion gak mau berbuat jahat lagi dengan tuan Huda. Itukan ayah mertuaku sendiri."
Dengan nada yang mencuat, Bu Diana pun berkata.
"Kamu itu gimana sih? Sudah di kasi solusi malah ditolak. Yasudah, terserah kalau kamu gak mau dengar saran dari mama. Urus tuh masalahmu sendiri."pungkasnya lalu meninggalkan Dion yang masih duduk di lantai itu.
Iya berjalan dengan langkah kessalnya. Bu Diana sudah capek-capek memberikan saran kepada anaknya tapi Dion malah menolak semuanya.
****
Keesokan harinya, secangkir teh hangat terlihat di seruput Dion dengan secarik koran di tangannya.
Beberapa menit kemudian, Rika turun dengan dres rapi yang sudah terkenakan di tubuhnya. Bau farfum fanila yang menjadi aroma khas dirinya membuat sosok pria yang sedang sibuk membaca itu terhenti dari aktivitasnya.
"Rik, mau kemana?"tanya Dion sembari meletakkan lembaran berita di tangannya.
" Mau ke butik. Kenapa Mas."
"Tidak ada."
Dion kini tampak celingak-celinguk melihat kondisi di sekelilingnya. Setelah memastikan tak ada orang selain dirinya dan istri pertamanya itu, Dion pun berkata.
"Rik, sini. Duduk dulu sama Mas."
Rika berjalan ke arah sofa tempat dimana suaminya duduk.
"Iya, kenapa Mas?" Tanyanya.
"Gaya rambut kamu tuh, ada yang salah."
Mendengar itu, Rika tentu saja bergegas untuk memperbaiki rambut sepundaknya yang katanya ada sesuatunya.
"Sini-sini, biar Mas yang perbaiki."
Rika segera mengubah gaya duduknya membelakangi suaminya.
Dion tersenyum seraya menghirup aroma wangi yang tadinya menyambar Indra penciumannya. Farfum dengan rasa fanila memang dapat membuatnya merasa lebih rileks dan tenang.
"Tubuhmu makin harum saja. Tambah lagi pinggangmu. Kamu ini, bikin Mas gak tahan saja."
Rika mengerutkan keningnya. Iya kini berbalik dan menatap Dion yang kini sudah terbuai dengan kemolekan dirinya.
"Apa sudah selesai?"
"Oh iya tentu saja. Sekarang kamu sudah rapi, cantik lagi."
"Rik, kalau dipikir-pikir, sepertinya sudah lama yah Mas tidak tidur denganmu. Bagaimana kalau nanti m ....??"
Belum sempat Dion melanjutkan perkataannya. Reta datang dan menghancurkan semua suasana yang ada.
"Massa!!! Apa yang kau lakukan?" Teriaknya lalu berjalan mendekat.
Dion dan Reta terkejut melihat kedatangan Reta yang secara tiba-tiba. Langkah yang kasar dan terhentak-hentak, pasti istri kedua itu sedang marah.
Dengan panik Dion bangkit dari duduknya menyambut kedatangan Reta yang kini sudah berada dihadapannya.
"Reta, Mas gak lagi ngapain-ngapain."
"Ahh!! Bohong banget kamu yah!"
"Serius sayang, tadi itu aku cuma membersihkan debu yang ada di baju Rika. Emm kenapa kamu marah begitu sih? Dia kan istriku juga"
"Ahhhh! terserah yah! Aku gak mau liat Mas dekat-dekat dengan mba Rika."
"Loh kenapa?"
Melihat perdebatan sengit antara sepasang suami istri itu, Rika bangkit lalu segera meninggalkan keduanya. Menonton hal tak berguna itu hanya akan membuang-buang waktunya.
Segera iya masuk ke dalam mobil kemudian melesat dengan cepat.
****
Siang harinya, Rika tampak sibuk menyelesaikan sebuah gaun yang didesainya. Bersama beberapa karyawan, mereka tampak serus dengan banyaknya pengunjung yang datang berbelanja.
Merasa kelelahan, Rika memutuskan untuk kembali ke ruangannya dan beristirahat sejenak. Kegiatan di butiknya akhir-akhir ini memang sangatlah padat. Meskipun begitu iya juga senang melihat perkembangan butik nya yang semakin hari semakin maju. Sebentar lagi impiannya menjadi desainer terkenal juga akan terwujud. Apalagi yang diharapkannya sekarang ini?
"Tokkk!! Tokkk!! Tokkk" bunyi suara ketukan pintu yang diketuk seseorang dari luar.
"Masuk."
"Bu, ibu mertua Anda ingin bertemu."kata Lia yang muncul dari balik pintu.
Rika berfikir sejenak, untuk apa ibu mertuanya datang dan menemuinya?
"Ya sudah, suruh dia masuk."
Beberapa detik kemudian sosok wanita setengah tua pun muncul. Tak sendirian, Iya ternyata datang bersama satu orang wanita yang tampak seusia dengannya.
Dengan mata yang memutar malas, Rika pun menyapa.
"Mamah, Reta, ada apa? Ngapain kalian kesini?"
"Aduhhh sayang, cara bicara kamu kok kasar sekali sih. Harusnya kamu bersyukur dong, mama dengan istri kedua suamimu ini mau datang dan berkunjung ke tempatmu."
Mendengarnya rika hanya bisa menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya dengan kasar.
"Pasti ada maunya. Kalau tidak, mana mungkin bersikap ramah begini."batinnya.
........ Semoga Bahagia........
like and vote komen juga yah