NovelToon NovelToon
Istri Tak Ternilai

Istri Tak Ternilai

Status: tamat
Genre:Tamat / Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa
Popularitas:13.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Desy Puspita

Terbangun dari koma akibat kecelakaan yang menimpanya, Lengkara dibuat terkejut dengan statusnya sebagai istri Yudha. Jangan ditanya bagaimana perasaannya, jelas saja bahagia.

Namun, Lengkara merasa asing dengan suaminya yang benar-benar berbeda. Tidak ada kehangatan dalam diri pria itu, yang ada hanya sosok pria kaku yang memandangnya saja tidak selekat itu.

Susah payah dia merayu, menggoda dan mencoba mengembalikan sosok Yudha yang dia rindukan. Tanpa dia ketahui bahwa tersimpan rahasia besar di balik pernikahan mereka.

******

"Dia berubah ... amnesia atau memang tidak suka wanita?" - Lengkara Alexandria

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12 - Apa Yang Sudah Kita Lewati?

Sepulang dari rumah sakit Lengkara sama sekali tidak membahas masalah alergi pada Bima. Tidak peduli atau bagaimana Bima juga kurang mengerti, tapi jika dikatakan tidak peduli Lengkara perhatian dan tetap berada di sisinya hingga Bima benar-benar membaik selama empat hari terakhir.

Lengkara tampak tidak mempermasalahkan bagaimana sikap Bima yang hanya seadanya. Dia bukan pria manis, hanya memang berusaha memperlakukan Lengkara dengan versi terbaiknya.

Mungkin tidak semanis Yudha, tapi yang jelas cara bicara seperti itu sudah paling hangat untuk kategori seorang Bima, jika dibandingkan Yudha memang jauh berbeda seakan langit dan bumi.

Pagi ini Bima baru dia perbolehkan beraktivitas. Pria itu kembali dibuat terpukau lantaran Lengkara menyiapkan bubur untuknya. Tidak hanya menyiapkan itu, tanpa Bima duga dia menyiapkan bekal makan siang untuk sang suami.

Bima bergeming awalnya, hal semacam ini kerap dia saksikan di rumah sewaktu adik-adiknya masih sekolah, sampai hari ini sebenarnya. "Kok bingung? Kan sudah janji kalau jadi istri kamu aku akan begini."

"Ah iya, bentuknya lucu ... kupikir bukan untukku," jawab Bima mengulum senyum, selain terharu dia juga sedikit geli dengan kotak bekal itu.

"Punya Azkara pas SD ... aku ambil karena dia tidak suka katanya seperti punya perempuan."

Lalu? Jika Azkara sewaktu duduk di sekolah dasar saja enggan kenapa dia berikan pada Bima? Sungguh, pria itu bahkan tidak bisa berata-kata, apa yang sang istri pikirkan hingga memilih kotak bekal dengan karakter kartun itu untuk pria dewasa sepertinya.

"Tidak suka? Mas biasanya suka deh yang agak-agak cute begini."

Jawaban Lengkara seketika membuat Bima mengangguk pelan.

Sederhana, yang saat ini Lengkara ingat adalah Yudha. "Baiklah, aku tidak mengerti kau bergaul dengan siapa sampai menyukai hello kitty, Prayudha Bagas Tami!!"

Sebisa mungkin Bima tetap memperlihatkan senyum kikuknya. Sejak melihat warnanya, firasat Bima sudah sedikit berbeda. Jelas saja dia tertekan begitu melihat dari dekat. Bukan tak suka, dia sangat bahagia diperlakukan seperti ini. Hanya saja, sedikit lucu saja.

"Mas pulang jam berapa?"

"Mungkin malam lagi," jawab Bima singkat, dia tidak bisa memastikan pulang jam berapa.

"Banyak kerjaan ya?"

"Hm, Zean memintaku lembur terus, sepertinya aku harus meminta tambahan bonus," jawabnya ikut mengada-ngada, tanpa dia sadar tatapan Lengkara sudah berbeda sebenarnya.

"Mas ... boleh aku tanya sesuatu?"

Diam beberapa saat, pertanyaan itu lolos dari bibirnya. Bima menatapnya lekat-lekat, tatapan keduanya terkunci cukup lama. Entah apa yang tengah Lengkara lakukan, tapi jantung Bima dibuat berdegup tak karu-karuan.

"Tentang apa?"

"Apa yang sudah kita lewati dan tidak aku ketahui?"

Banyak, jika Bima jelaskan tentu sangat banyak. Hanya saja, dia butuh waktu seperti kata Yudha, antara tidak tega atau ada sesuatu dalam diri Bima yang membuatnya turut bungkam untuk saat ini.

"Pernikahan kita," jawab Bima tidak berbohong, memang hal yang terjadi diluar sepengetahuan Lengkara adalah pernikahan mereka.

"Hm, pergilah ... nanti dipotong gajinya sama penghuni ragunan itu kan bahaya, Mas, ntar uang jajanku berkurang kalau sampai gajimu digelapkan separuhnya," ujar Lengkara mengulurkan tangan kanannya.

"Uang?" Bima mengerutkan dahi, dia tidak berpikir jika Lengkara hendak mencium punggung tangannya.

"Salim, Mas, biar berasa kalau sudah menikah," ujar Lengkara menghela napas perlahan, agaknya sang suami benar-benar pelupa.

"Oh salim."

Pertama kali Bima merasakan punggung tangannya dicium. Dia tersenyum tipis sebelum kemudian berbalik hendak berlalu, tapi Lengkara justru menahan pergelangan tangannya.

"Mas melupakan sesuatu?"

Bima terlihat bingung, dia meraba saku celana dan kemejanya. Dia mengerjap pelan, tapi tetap tidak bisa menyimpulkan apa yang dia lupakan. Hingga, pria itu mengerti kala Lengkara menunjuk keningnya.

Bima mendekat, dia mengecup singkat kening Lengkara usai wanita itu meminta. Kenapa bisa dia melupakannya? Bukankah hal semacam ini adalah pemandangan menyakitkan yang Bima lihat setiap hari di rumah utama? Mungkin karena itu dia lupa.

"Aku pergi ya ... jangan telat makan, aku mungkin akan terlambat."

Lengkara mengangguk patuh dan menghela napas panjang seraya menatap punggung Yudha yang semakin menjauh. Dia menatap nanar keluar hingga mobil hitam yang dahulu dia impikan menghilang dari pandangannya.

"Kamu bekerja dengan sangat keras tiga bulan ini sepertinya," gumam Lengkara tidak lagi pada makna yang sebenarnya, wanita itu segera berlari ke kamar dan mengganti pakaiannya.

Terbangun dalam keadaan koma, dia bingung apa yang terjadi dan statusnya sudah menjadi seorang istri. Dia bertanya kepada banyak orang, kenapa Yudha berubah dan apa yang terjadi selama dia terpejam.

Jawaban mereka selalu sama dan selalu berakhir dengan kata memang begitu sikap Yudha. Jawaban yang sama sekali tidak membuat Lengkara puas, beberapa hari terakhir dia hidup dalam kebingungan dan jelas satu-satunya cara adalah.

"Cari tahu sendiri, Lengkara!!"

Pertama kali keluar setelah cukup lama hanya berada di dalam ruangan. Lengkara tentu memaksimalkan penampilannya, bukan berarti harus cantik sekali, melainkan memilih pakaian yang sekiranya tidak akan membuat bola mata pria lain keluar dari rongganya.

.

.

- To be Continued -

1
Halimah
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Halimah
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Halimah
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
😂😂😂😂😂
Rika Anggraini
kenapa byk bawang....?
bikin pedih mata...
ada luka yg tak terlihat tp bs dirasa.
kl diposisi lengkara apa jadinya
syfh.BungaZahra
inget si Fadil ngendorse ngajak pak muh pakaian wanita. lucunya bikin sakit perut! 😂😂🤣🤣
syfh.BungaZahra
ᥬ🤣᭄ ᥬ🤣᭄ ᥬ🤣᭄ ᥬ🤣᭄ ᥬ🤣᭄
Rika Anggraini
perempuan dibohongi sama mengali kuburan sendiri
Faris Fahmi
silahkan mas🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
Amiiiiiin
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!