NovelToon NovelToon
Seven Years After Divorce

Seven Years After Divorce

Status: tamat
Genre:Tamat / Lari Saat Hamil / Mengubah Takdir
Popularitas:3.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: moon

🥈JUARA 2 YAAW S2 2024 🏆

Perceraian, selalu meninggalkan goresan luka, itulah yang Hilda rasakan ketika Aldy memilih mengakhiri bahtera mereka, dengan alasan tak pernah ada cinta di hatinya, dan demi sang wanita dari masa lalunya yang kini berstatus janda.

Kini, setelah 7 tahun berpisah, Aldy kembali di pertemukan dengan mantan istrinya, dalam sebuah tragedi kecelakaan.

Lantas, apakah hati Aldy akan goyah ketika kini Hilda sudah berbahagia dengan keluarga baru nya?

Dan, apakah Aldy akan merelakan begitu saja, darah dagingnya memanggil pria lain dengan sebutan "Ayah"?

Atau justru sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#9

#9 

Aldy membukakan pintu mobil untuk sang istri, mereka baru saja pulang dari makan malam di restoran favorit mereka, atas permintaan Widya untuk merayakan 6 bulan kehamilannya, sekaligus Ulang tahun Aldy. 

“Awas hati-hati ketika melangkah.” Aldy mengingatkan, ia begitu cerewet dan perhatian pada Widya, maklum saja ia sangat menantikan kehadiran tangis bayi dalam rumahnya. Bahkan berita kehamilan Widya seketika membuat Aldy lupa akan keinginannya mencari kabar keberadaan mantan istrinya, termasuk ketika Widya melarangnya mengirimkan jatah bulanan yang tak seberapa untuk Hilda.

Mereka kini menempati rumah baru, yang dicicil dengan uang muka hasil penjualan rumah lama yang dulu Aldy tempati bersama Hilda, lengkap dengan seluruh perabotnya, agar Aldy tak terus terusan ingat dengan Hilda. 

Namun hingga menjelang tengah malam, Aldy gelisah, ia sama sekali tak bisa memejamkan mata. 

Kegelisahannya sudah ia rasakan sejak awal malam. Dan Aldy tak tahu kenapa, yang ada di benaknya hanya Hilda, entah kenapa masih terpikirkan olehnya, padahal Aldy sudah mulai bisa melupakan mantan istrinya tersebut, dan demi menebus rasa bersalahnya, ia tetap mentransfer sejumlah uang kepada mantan istrinya tersebut. Namun malam ini, bayangan Hilda seakan menerobos paksa benteng pertahanan yang sudah ia bangun tinggi-tinggi. 

Ketika Aldy merasakan gelisah tanpa sebab, di salah satu sudut Kota Yogyakarta, Hilda tengah menahan nyeri yang kian mendera.

Siang tadi, salah satu sahabatnya tiba tiba menelepon. 

“Iya Sa, aku baik baik saja…” Jawab Hilda ruang, setelah berbulan bulan ia dan Sasa tak bertukar kabar, karena Sasa kini tinggal di Papua bersama suaminya. 

“Hilda kamu sedang hamil ya sekarang?” 

“Iya, sebentar lagi melahirkan malahan.”

“Ah masa, kemarin kulihat perutmu belum terlalu besar, kutaksir baru 6 atau 7 bulanan lah.” 

“Kamu melihatku, kapan?” tanya Hilda heran. 

“Iya, kemarin tak sengaja aku melihatmu jalan bareng Aldy di Mall, karena posisiku ada di seberang, jadi tak mungkinlah aku teriak panggil-panggil kau, bisa dikira Tarzan aku nanti.” Ujar Sasa dengan logat yang kini sudah jauh berbeda, mengikuti daerah tempat ia tinggal. 

“Eh, aku lagi mudik ini … kebetulan suami ada cuti 2 minggu, ku ajaklah dia liburan, kangen aku sama kau, kapan-kapan kita ketemuan yuk?”

Deg

Sekian bulan tak bertukar kabar, membuat Sasa tak tahu menahu perihal prahara rumah tangga yang menimpa Hilda. 

“Emp … Sa … sebenarnya … ”

“Iya… dari tadi banyak kali aku bicara, sampe tak sempat mendengarkan suaramu yang irit itu hehehe…” 

Hilda terdiam sesaat, menimbang-nimbang apakah perlu ia menceritakan masalahnya pada Sasa, Aldy dan Sasa adalah teman SMU, dan dulu yang mengenalkan Aldy pada Hilda adalah Sasa. 

“Ayo bicara, kangen kali aku dengar suara kau.” Celetuk Sasa tak sabaran. 

Hilda menarik nafas sebelum mulai bicara. “Aku dan Mas Aldy sudah bercerai.”

Hening menyelimuti perbincangan keduanya, karena detik berikutnya Sasa pun larut dalam air mata kala mendengar pengakuan Hilda. 

Mungkin karena terpikirkan perkataan Sasa perihal kehamilan istri baru Aldy, membuat Hilda kembali tenggelam dalam rasa sakitnya, luka hatinya kembali terasa perih seperti disiram air garam. 

Hari perkiraan lahir janinnya masih 3 minggu lagi, tapi entah kenapa sejak awal malam Hilda mulai merasakan nyeri di perutnya, Hilda pikir itu hanya karena ia sedang kelelahan, jadi ia pun pilih membaringkan tubuhnya untuk beristirahat.

Tapi sepertinya, kesedihannya berdampak buruk, dan sang janin ikut merasakan kesakitan yang Hilda alami, hingga malam ini ia memberontak, dan bersikeras ingin dilahirkan. 

Semakin lama rasanya semakin intens, timbul dan tenggelam dengan teratur, membuat Hilda semakin enggan bangkit dari baringnya.

Bu Ratih yang menyadari keanehan yang terjadi, segera mengetuk pintu kamar Hilda. 

“Kamu kenapa Nak?” tanya Bu Ratih ketika melihat tubuh Hilda berpeluh, sementara wajahnya terlihat sedang menahan nyeri. 

“Sakit Bu …”

“Sejak kapan?”

“Mulai nyeri ringan sejak habis sholat maghrib.” Jawab Hilda lirih.

“Apa bayi nya mau lahir?”

“Tidak mungkin Bu, Dokter bilang masih beberapa minggu lagi kan?” 

“Belum tentu juga, ayo ke Rumah Sakit.” pungkas Bu Ratih.

“Tapi bagaimana kalau ini hanya kontraksi palsu, nanti malah merepotkan Ibu?” Tanya Hilda, ia sungguh merasa tak enak hati, karena sudah merepotkan orang yang bukan siapa-siapanya.

“Ya … kita pulang lagi,”

Kedua mata Hilda berkaca-kaca, “Keberadaan saya di sini, pasti sangat merepotkan Ibu.” 

Bu Ratih tak lagi menghiraukan omongan Hilda, semua hal bisa terjadi, setiap detiknya sangat berarti, sedetik saja terlambat nyawa janin Hilda bisa tidak tertolong.

“Fan … siapkan mobil!!” Perintah Bu Ratih, ketika melihat Irfan melintas meninggalkan ruang makan.

“Lho malam-malam begini Ibu mau kemana?” tanya Irfan heran.

“Bukan Ibu, tapi Hilda …” 

Irfan terkejut, mendadak ia pucat, dan gugup, takut ada hal buruk menimpa Hilda dan bayinya, Apa jangan-jangan sekarang pun ia cosplay menjadi calon Ayah yang menantikan bayinya lahir ke dunia. “Hilda kenapa Bu?” tanya nya panik.

“Sepertinya mau melahirkan, Ayo cepat!!!”

“Eh … I … iya Bu …” jawab Irfan gelagapan.

Bu Ratih segera memakai hijab demi menutupi penampilannya yang ala kadarnya ketika di rumah.  Kemudian kembali ke kamar Hilda dan membantunya berdiri. 

“Mobil sudah siap, Bu,” Irfan kembali ke dalam rumah.

“Fan, tolong bawakan tas itu.” 

“Iya, Bu … “ 

Nyeri yang kini Hilda rasakan terasa semakin kuat, sejalan dengan kondisi Aldy yang juga mulai berkeringat dingin bahkan ikut merasakan mulas tidak jelas.

Widya pun mulai merasakan keanehan terjadi pada suaminya, ia segera bangkit setelah membuka mata, kemudian meraba kening Aldy yang basah karena keringat dingin. “Mas … kamu sakit?” Tanya Widya panik.

Namun Aldy diam tak menjawab, ia tampak menggeliat sambil meringis memeluk perutnya sendiri. “Entahlah wie … tapi perutku sakit.”

Widya bangkit, meraih sebuah handuk kecil untuk mengompres kening suaminya. “Mas ada salah makan?” 

Aldy terdiam dan mencoba mengingat makanan yang ia konsumsi di siang hari. dan tidak ada makanan yang aneh-aneh, hanya nasi goreng telur sosis yang bahkan tidak pedas. “Aku makan nasi goreng, bahkan tidak pedas.” 

“Ke dokter … “

“Aaaaaaa…” Aldy berteriak kencang menghentikan pertanyaan Widya, kini berganti punggung nya terasa panas seperti terbakar. 

“Mas … sakit lagi, bagian mana yang sakit?” Widya semakin panik kala teriakan Aldy menggema di kamar mereka. 

“Punggungku… tolong di kompres air dingin, rasanya sangat panas.” keluh Aldy. 

“Hah… panas? tapi ruangan ini ber AC.”

“Aku tak tahu kenapa!!!” Pekik Aldy. “Bisa kamu lakukan saja??!!” 

Widya terkesiap mendengar suara keras suaminya, ia terkejut, tapi tak mungkin marah, karena Aldy memang benar benar kesakitan. 

Hingga 2 jam berlalu, Aldy masih terus mengerang kesakitan, berguling kesana kemari, bahkan mondar-mandir di dalam ruangan, persis seperti orang yang sedang gelisah karena mengkhawatirkan sesuatu. Dan tepat di jam 11 malam, adalah puncak dari rasa sakitnya, ketika Aldy mengerang dengan keras, karena merasakan seluruh tulang-tulang yang menyangga tubuhnya sedang di patahkan di waktu bersamaan. 

(Sebenarnya masih kurang nih, kesakitan Aldy, biar nampol rasanya, tapi ya sudahlah 😏 sementara ini cukup, nanti othor tambah lagi dosisnya 😜) 

1
C I W I
Luar biasa
Mak e Tongblung
luar biasa
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Benar" gak tahu balas Budi 😤
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Hadeuh Bram" udah miskin di penjara pula 😜
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Nah loh ketahuan,rasain tuh 🤪
Sulis Tyawati
jgn sampai ibu peri sebenarnya mami nia
Sulis Tyawati
pada hal bram yg menularkan hiv pada widya, kan dia suka gelap celup
Sulis Tyawati
Hilda hamil tuh
Sulis Tyawati
tuh kan, apa kata q. jd sinetron bgt ceritanya
moon❣️: silahkan berhenti!! othor gak maksa siapapun untuk baca cerita othor.

terima kasih sudah mampir 🙏
total 1 replies
Sulis Tyawati
ikkkhhhhh males banget kalo cerita nya hrs berbelit2,,, tr ada halangan lg dri widya
Sulis Tyawati
dsr org tua g tau diri si johan
Lala lala
aldi msh cinta sm mantan its okey...tapi msh mengejar mantan itu bodoh..sdh sering dibohongi soal uang masih sj diam..skrg dikhianati hancur kan..coba dr awal buang.
andai..andai.. dan andai sj otakmu skrg
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Rasain 🤪
Sulis Tyawati
emg bego si aldy ini,,, coba cek rekening mu.
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Benar" serakah kamu Widya 😏
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Pasti pengen duitnya doang tuh 😏
Sulis Tyawati
kamu hrs kuat Hilda, tunjukan sama aldy juda widya kamu mampu hidup
Mak e Tongblung
waduh... janganlah pak
Lala lala
gimana si widya ambil uang , apa atm nya ganti baru pake sogok.. kan buku sm aldi
Mak e Tongblung
bohong, ini anak lelaki yg tempo hari kenalan di supermarket
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!