Novel ini adalah sekuel dari Novel pertama ku yang berjudul Suami Penyembuh Luka.
Dimas yang akhirnya merelakan wanita yang sangat di cintainya menerima tawaran Ibunya untuk menikah lagi dengan wanita yang sudah di pilihkan untuknya.
Adalah Kasih Permata, seorang gadis yang ceria yang sedikit centil. Kasih yang awalnya menolak pun akhirnya menerima tawaran untuk menikah dengan laki-laki yang sejak awal sudah menyatakan tidak akan pernah memberikan dirinya pada Kasih.
Mampukah Kasih membalut luka yang masih basah di hati Dimas. bagaimana Kasih melindungi keluarga kecilnya saat keluarga mantan Istri Dimas ingin membalas dendam pada Dimas.
Bagaimana juga jika mantan istri Dimas kembali datang dan mengusik rumah tangganya?
Apakah ketulusan Kasih bisa menggerakkan hati Dimas dan membuka hatinya menerima kehadiran Kasih...?
Happy reading ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Di dalam mobil, Kasih masih bisa merasakan bibir Dimas yang tadi menempel di keningnya. Belum lagi cara Dimas memanggilnya. Sayang? Belum lagi di ucapkan dengan lembut dan terdengar mesra seolah mereka pasangan yang harmonis.
“Ma…” Kasih menoleh, begitupun Dimas. Laki-laki itu terkejut bukan main medengar Aurel memanggil Kasih dengan sebutan Mama. Wajah terkejutnya perlahan berubah menjadi senyuman. Ada rasa lega di dalam hatinya. Aurel akhirnya bisa melupakan ibu yang telah melahirkannya, seperti yang Dimas harapkan.
Kasih melirik Dimas, senyum itu masih menempel di wajahnya dengan jelas.
“Ada apa sayang,” jawab Kasih.
“Aku mau main trampolin yah,” pinta Aurel yang di angguki Kasih. Dia kembali pada Dimas. Senyumnya sudah hilang, tapi wajahnya terlihat sangat teduh dan tenang tidak dingin dan kaku dengan wajah datar seperti biasa.
“Kak Dimas tidak keberatan Aurel memanggilku Mama?” tanya Kasih yang sengaja memancing Dimas. Laki-laki itu menoleh padanya dengan senyum samar di wajahnya.
“Kenapa keberatan? Kau kan memang Mamanya.” Kasih hanya mengangguk dan masih menganggap kalau sikap Dimas adalah hal lumrah. Dia menikah dengan Papanya, sudah pasti dia akan menjadi Mama dari anaknya.
Saat di lampu merah, mobil mereka berpapasan dengan mobil Gunawan, dia menoleh ke samping dan melihat ada cucunya di dalam mobil itu. Lalu dia melihat Dimas dan istrinya di depan terlihat sedang bicara, samar-sama dia melihat Dimas tersenyum pada istrinya. Gunawan mengeram.
“Hubungi Jodi, katakan aku ada pekerjaan untuknya.” Perintah Gunawan kepada sopirnya.
“Baik, Pak.”
“Ikuti mobil itu.” Perintahnya lagi menunjuk mobil sedan di depannya yang sudah jalan lebih dulu.
“Baik, Pak.”
Mereka sampai di mall, Aurel menarik-narik tangan Kasih dan tidak sabar segera di bawa ke lantai dimana tempat permainan anak berada. Dimas memperhatikannya, Aurel berubah sangat banyak sekarang. Dia tidak lagi sering membaca komik dan buku cerita di dalam kamar, dia juga tidak menutup diri dengan teman-temannya. Sekarang anaknya itu sudah menjadi anak-anak yang seharusnya. Bermain dan bermain dengan teman seusianya.
Dimas melirik Kasih, wnaita itu telah banyak membawa perubahan dalam hidupnya dan juga putrinya.
Kasih dan Dimas menunggu Aurel di luar wahana bermain anak, sangat canggung rasanya berada berdua saja dengan jarak yang cukup dekat.
“Mau jalan-jalan?” Dimas menawarkan, sekali lagi Kasih di buat tertegun. Ada apa sebenarnya dengan Dimas? Dia seperti seseorang yang sedang berusaha mengambil hati Kasih. Tapi untuk apa? Untuk membuatnya berharap? Lalu setelah dia kembali berharap Dimas akan kembali mematahkan hatinya.
“Tidak, nanti Aurel mencari kita.” Ujarnya menolak dengan halus. Dimas hanya mengangguk, dia pun menyadari belakangan ini Kasih tidak seramah biasanya. Dia juga sudah jarang tersenyum. Dimas menyadari itu.
“Maaf jika selama ini sikapku terkadang menyakitimu,” lagi-lagi Dimas membuat Kasih tertegun.
“Aku menyadarinya, semoga belum terlambat untuk menerima maafmu.” Kasih masih terdiam mencerna dengan baik apa yang barusan Dimas katakan. Maafnya? Dimas berharap maaf darinya?
Ahh, sikap Dimas belakangan ini benar-benar membuat Kasih bingung.
“Apa maksud Kak Dimas?” tanya Kasih kemudian.
“Aku…”
“Papa, Mama…” perhatian mereka tertuju pada Aurel hingga Dimas tidak sempat melanjutkan ucapannya. Gadis itu sedang menunjukkan dirinya lompat di atas trampolin. Terlihat jelas tawa bahagianya.
Kasih melambaikan tangannya pada Aurel sambil tersenyum. Begitupun dengan Dimas.
Laki-laki itu jadi ragu untuk melanjutkan ucapannya, mungkin sekarang bukan waktu yang tepat untuk bicara pada Kasih tentang mereka.
“Aku lapar,” ujar Aurel. Gadis itu memang terlihat kecapean setelah puas bermain.
“Ayo cari makan,” mereka lalu meninggalkan tempat bermain dan mencari makan.
“Bagaimana, lebih seru main di mall kan dari pada main di rumah Leon.” Uajr Dimas. Aurel mengangguk cuek. Sebenarnya Leon tidak pernah mengajaknya ke rumahnya, itu hanya akal-akalannya saja untuk melihat reaksi Papanya. Tidak di sangka rekasi Papanya sama seperti apa yang dia harapkan.
Dimas mengajak Aurel dan Kasih berbelanja pakaian dan yang lainnya. Meski agak kaku dan tidak mengerti tentang wanita, Dimas mengikut saja kemana Kasih dan Aurel. Kedua wanita itu terlihat sangat senang memilih pakaian.
“Pa, aku capek.” Ujar Aurel. Wajahnya sudah kelihatan sangat lelah.
“Ayo pulang,” ajak Dimas kemudian. “Sudah tidak ada lagi yang kau ingin kan?” tanyanya pada Kasih. Kasih menggeleng sambil memperlihatkan barang belanjaannya yang sudah penuh di tangannya.
Dimas mengambil semua barang di tangan Kasih dan hanya memberikan Aurel padanya. Sederhana, tapi kembali membuat jantung berdegup cepat.
Mereka turun di basement, dimana mobil mereka terparkir. Suasana parkiran agak sepi, hanya ada beberapa orang yang mengambil mobil mereka dan meninggalkan parkiran.
Tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan cepat, dari mobil itu turun lima orang memakai topeng hitam. Mereka menghadang Dimas, Kasih dan Aurel.
“Siapa kalian? Mau apa?” seru Dimas.
Preman bertopeng langsung menyerang Dimas dan Kasih, tapi tentu tidak akan semudah itu. Kasih sudah latihan dengan Ayahnya hingga dia dengan mudah melumpuhkan satu orang. Salah satu preman bertopeng ingin merampas Aurel dari mereka, tapi Kasih melindungi Aurel dengan baik.
Dua orang preman sudah berhasil Kasih lumpuhkan, sementara Dimas melumpuhkan satu preman. Tapi tiba-tiba preman yan masih ada mengeluarkan senjata tajam dari balik celananya. Mereka menyerang Dimas dan Kasih membabi buta dengan senjata tajamnya, tapi Kasih masih bisa mengatasinya.
Salah seorang preman yang sudah di lumpuhkan kembali berdiri dan dengan senjata tajamnya berusaha menusuk Dimas, Kasih yang melihatnya langsung mengalangi senjata tajam yang hanya berjarak beberapa centi saja dari Dimas.
“Agghhh…” teriak Kasih saat senjata tajam itu menggores perutnya.
“Kasih…”
“Mamaaa…”
Dengan perut yang berdarah Kasih masih bisa melayangkan tendangan dan tinjunya kepada preman-preman itu hingga akhirnya dia tumbang karena perutnya terasa sangat sakit. Dimas melindungi Kasih dan Aurel dengan semua kemampuan yang dia punya. Meski dia juga mendapat tendangan dan pukulan tapi dia masih bisa melawan mereka hingga petugas keamanan datang setelah seseorang berteriak minta tolong saat melihat perkelahian itu.
“Ayo pergi, cepat.” Preman itu berhasil kabur saat beberapa petugas keamanan mengejar mereka.
Dimas lalu mengangkat Kasih yang sudah berlumuran darah masuk ke dalam mobil dan dengan kecepatan penuh melajukan mobilnya menuju rumah sakit terdekat.
Sementara saat mobil Dimas melaju dengan cepat, sebuah mobil yang sejak tadi berada di dekat sana dan melihat semuanya juga berjalan meninggalkan parkiran mall.
“Dasar tidak berguna,” maki Gunawan pada supirnya. Orang suruhannya tidak berhasil membawa Aurel. Dan bukannya melukai Dimas, mereka malah melukai Kasih. Orang yang tidak ada dalam target mereka.
“Maaf, pak.”
Di dalam mobil, kesadaran Kasih masih penuh. Dia memgangi perutnya yang terus mengeluarkan darah. Sementara Aurel di sampingnya juga terus menangis.
“Mama tidk apa-apa sayang, uajr Kasih yang berusaha menenangkan Aurel dengan menahan sakit.”
jgn tunggu diancam...
jgn serakah atau monika akan menyesal seumur hidupnya....