NovelToon NovelToon
Jodoh Masa Kecil

Jodoh Masa Kecil

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Dosen / Perjodohan / Patahhati / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah
Popularitas:299.4k
Nilai: 5
Nama Author: N. Mudhayati

Gendhis... Gadis manis yang tinggal di perkampungan puncak Sumbing itu terjerat cinta karena tradisi perjodohan dini. Perjodohan itu disepakati oleh keluarga mereka saat usianya delapan bulan dalam kandungan ibunya.
Gadis yang terlahir dari keluarga sederhana itu, dijodohkan dengan Lintang, anak dari keluarga kaya yang tersohor karena kedermawanannya
Saat usia mereka menginjak dewasa, muncullah benih cinta di antara keduanya. Namun sayang, ketika benih itu sudah mulai mekar ternyata Lintang yang sejak kecil bermimpi dan berhasil menjadi seorang TNI itu menghianati cintanya. Gendhis harus merelakan Lintang menikahi wanita lain yang ternyata sudah mengandung buah cintanya dengan Lintang
Seperti apakah perjuangan cinta Gendhis dalam menemukan cinta sejatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N. Mudhayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menaklukkan Pandangan

Setelah melalui perjalanan yang amat panjang dan lika liku perjuangan, ahirnya Gendhis bisa lulus dengan nilai tertinggi di sekolahnya. Namun perjuangan itu belumlah berakhir sampai di situ, dia masih harus ikut seleksi masuk universitas impiannya. Setelah lolos pada seleksi tertulis online, Gendhis harus melalui satu tahap lagi yaitu seleksi wawancara.

Gendhis semakin memantapkan langkah, menjemput masa depan di Untidar, satu-satunya universitas negeri di Kota Magelang.

Hari ini... Gendhis tengah bersiap untuk berangkat ke kampus barunya. Ia tak ingin sampai terlambat karena ini adalah hari penting yang akan menentuka masa depannya.

Dengan mengenakan rok hitam panjang, tunik putih polos dan hijab warna hitam menutup dada, serta sepatu pantofel warna hitam, Gendhis mengendarai motor maticnya.

Jam yang melingkar di lengan kirinya menunjukkan pukul 06.00 WIB. Ia harus sampai di kampus sebelum pukul 07.00 untuk presensi kehadiran, selanjutnya tes wawancara. Jika pada jam tersebut peserta belum juga sampai tanpa memberikan konfirmasi, maka otomatis, calon mahasiswa yang bersangkutan akan dianggap mengundurkan diri. Karenanya, Gendhis melajukan motornya dengan sedikit cepat dari biasanya.

Ketika sampai di depan Taman Badaan yang terletak di antara Jalan Pahlawan dan Jalan Ade Irma Suryani, Kota Magelang, Gendhis menoleh ke arah kiri jalan seraya mengurangi kecepatan motornya. Matanya terperanjat melihat seorang wanita tua berumur sekitar 50an tahun sedang duduk di trotoar jalan. Wanita tua itu sendirian dan sepertinya sedang dalam kondisi kurang bagus.

Entah kenapa, jiwa sosial Gendhis muncul begitu saja melihat wanita tua yang seolah sedang mencari pertolongan. Gendhis memarkirkan motornya di tepian jalan, lantas mendekatinya.

"Permisi, Bu... Ibu kenapa? Apakah Ibu baik-baik saja?" tanya gendis sambil membungkukkan tubuhnya dan memegang pundak wanita tua itu.

Seketika, wanita tua itu menatap wajah Gendhis seolah sedang melihat malaikat tak bersayap menghampirinya. Ia terus memegang dadanya kirinya, dengan nafas yang terengah-engah, ia berkata pada Gendhis,

"Nak... tolong saya..."

"Iya, Nek... Nenek sakit?" Gendhis lantas duduk di samping wanita tua sambil memegangi tangannya yang gemetar.

"Iya... Nak, Saya mau ke pasar, tapi tiba-tiba dada saya sakit sekali." ucap nenek tua dengan susah payah.

Gendhis panik ketika melihat wanita tua itu semakin lemas dan wajahnya pun pucat.

"Duh... duh... gimana ini Nek, kita ke rumah sakit aja ya, Nek... Tapi gimana ya nganterinnya, aku nggak mungkin boncengin nenek ini sendirian dengan kondisi seperti ini." Gendhis bicara sendiri.

Ia segera bangkit dari duduknya untuk mencari bantuan. Berharap ada seorang pangeran datang menolong sang nenek tua.

"Stop... pak... stopp!" Gendhis mencoba memberhentikan tiap mobil dan motor yang melintas di depan taman, tapi tak ada satupun yang berhenti.

"Tolong... berhenti, Pak, stop!!!" Gendhis masih terus berusaha, namun seolah percuma.

Suasana jalan cukup ramai di tengah-tengah orang berlalu lalang. Mereka disibukkan dengan urusan masing-masing hingga hati mereka tiada kepekaan terhadap orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan.

Waktu sudah semakin siang, sepuluh menit lagi dia harus sudah sampai di kampus yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Taman Badaan.

"Tolong... berhenti, stopp!" Gendhis belum putus asa mencari bantuan.

"Ya... Allah... apakah seperti ini kehidupan di kota? Demi memenuhi kebutuhan hidup mereka terkadang mengesampingkan kepentingan orang lain. Seolah hati sudah tertutup hingga tak dapat melihat bahwa di sini... saat ini... ada wanita tua yang sedang bertaruh nyawa." ucap Gendhis dalam hati.

Ia hampir putus asa saat sekali lagi melihat jam di lengan kirinya sudah menunjukkan pukul 06.56 WIB. Sepertinya tidak mungkin waktu yang hanya tinggal empat menit itu harus sampai di gerbang kampus.

"Ya sudah, kalau memang takdir Allah harus seperti ini... pertarungan antara hidup dan mati seseorang jauh lebih penting dari sekedar ujian masuk Universitas manapun." Gendhis berbicara dalam hati sambil terus menghibur dirinya sendiri.

Tepat pukul 07.00 WIB.

Gendhis menarik nafas panjang. Harapan untuk masuk universitas impiannya harus gugur ketika jalan menuju ke sana tinggal selangkah lagi.

"Tolong... Nak... saya sudah tidak sanggup lagi." kata nenek tua itu.

Gendhis menatap wajahnya yang semakin memucat.

"Iya, Nek... bertahan ya, saya sedang mencari bantuan." kata Gendhis sambil sesekali melihat kondisi Si Nenek lalu kembali menghentikan laju setiap kendaraan yang lewat.

"Ya Allah... berikan Mu'jizat Mu... tolong lah kami, karena sesungguhnya kami hanyalah manusia yang lemah..." Gendhis berdoa.

Lima menit kemudian, dari arah kiri pintu masuk taman, terlihat sebuah mobil toyota camry warna putih berjalan mendekat lalu berhenti tak jauh dari sepeda motor Gendhis.

"Alhamdulillah... Ya Allah... Engkau Maha Mendengar do'a kami." Gendhis bersyukur, di tengah hiruk-pikuk orang yang sibuk dengan urusan dunianya, ternyata masih ada juga yang peduli terhadap sesama.

Gendhis kembali duduk di samping nenek tua yang sudah semakin kritis itu.

Dari dalam mobil, keluarlah seorang lelaki tampan bak arjuna. Model rambut tidak terlalu lurus namun rapi, tubuh sedikit kekar namun proporsional dengan tinggi badan yang sesuai. Berkulit putih, dengan sorot mata tajam, hidung mancung, lengkap dengan jambang rapi, sehingga membuatnya terlihat macho, tampan dan garang. Sangaaat tampan seperti pangeran Fazza dari Dubai.

Karena saking paniknya, tanpa melihat dan berfikir panjang, Gendhis langsung menghampiri mobil toyota camry itu karena ia yakin, laki-laki tersebut pasti berhenti untuk memberinya tumpangan.

"Ayo... Nenek, saya bantu jalan." ucap Gendhis sambil memapah tubuh sang nenek menuju pintu mobil belakang.

Ketika hendak membuka pintu, tiba-tiba Gala yang ternyata hendak membeli air mineral itupun urung, karena melihat ada dua orang wanita yang sedang mendekati mobilnya. Karena penasaran, Gala berjalan kembali menuju mobilnya lantas bertanya pada Gendhis.

"Maaf... Mbak mau ngapain dengan mobil saya?" tanya Gala yang ternyata tadi tidak melihat Gendhis menghentikan mobilnya. Memang saat Gala melintas tadi, Gendhis sedang dalam posisi duduk bersama si nenek, jadi dia tidak tahu kalau dua wanita itu sedang amat membutuhkan bantuan.

"Ya Allah, Mas... ayo cepetan buka mobilnya!" kata Gendhis sedikit memaksa.

Gala pun masih belum bisa menangkap maksud Gendhis.

"Mas?" tanya Gala pada Gendhis.

Ia hanya merasa seperti tidak asing ketika gadis cantik yang ada di hadapannya itu memanggilnya dengan sebutan "Mas". Entah kenapa dia suka aja dengan panggilan itu. Panggilan khas masyarakat Magelang yang selalu ia rindukan. Apalagi selama dia menempuh pendidikan S1 dan S2 di luar negeri, jangan harap ada yang memanggilnya dengan sebutan "Mas".

"Iya... Mas! Mas kan yang punya mobil ini? Cepetan buka pintunya." Gendhis terus mendesak Gala, seolah tak memberinya kesempatan untuk bertanya.

Gala lalu menatap wanita tua yang di papah oleh Gendhis sepertinya sedang dalam kondisi yang sangat mencemaskan. Tanpa pikir panjang, Gala pun langsung membukakan pintu mobilnya untuk mereka.

Gendhis dan wanita tua yang sudah hampir pingsan itu duduk di kursi belakang mobil. Dengan wajah cemas, Gendhis terus menyemangati wanita itu.

"Kuat... kuat... ya Nek... sebentar lagi kita sampai." Gendhis membiarkan wanita tua itu berbaring di pangkuannya.

Gala yang sedari tadi masih bingung sambil melihat Gendhis dari kaca sepion yang tergantung di langit-langit mobilnya itu ahirnya bertanya,

"Kita mau kemana Dek?" tanya Gala.

Dan sekarang Gendhis yang gantian merasa heran dipanggil dengan sebutan "Dek".

"Dek?" Gendhis balik bertanya.

"Iya... Dek! Kamu kan tadi panggil aku, Mas. Ya aku harus panggil apa kalau bukan Dek? Aku juga nggak tahu nama kamu siapa." Jawab Gala.

"Ada benernya juga kata cowok ganteng ini." ucap Gendhis dalam hati sambil melirik dari kaca sepion di dalam mobil. Menatap wajah tampan Gala dan sesaat kedua pasang mata itu saling bertatapan untuk beberapa detik saja.

"Astaghfirullahalazim... Gendhis... istighfar... takhlukkan pandangan mu...!" Gendhis berusaha mengingatkan dirinya sendiri. Bak secepat kilat Gendhis langsung mengalihkan pandangan pada sang nenek yang sedang kesakitan.

"Kita ke rumah sakit terdekat aja Mas! Cepetan dikit ya Mas nyetirnya!" kata Gendhis.

"Iyaaaa, Dek." jawab Gala.

Gala sebenarnya ingin tersenyum tapi takut dosa. Baru kali ini dia berasa menjadi sopir taksi online.

Gala mempercepat laju mobilnya menuju RSUD Tidar Kota Magelang, tempat kerja dr. Gabby, kekasih baru Lintang.

*****

Pangeran Fazza dari Dubai, gantengnya 11, 12 sama Mas Dosen Gala 😍😍😍😃

1
Nur Mashitoh
Riko cocoknya jd sahabat
Hairun Nisa
Kalau Lintang n Arnold masih Taruna, berarti Gaby yg sudah jadi Dokter... usianya jauh lebih tua donk ya?
Gandis juga baru lulus SMA kok bisa langsung jadi guru?
Nur Mashitoh
Tah jodohmu yg nolongin Dhis
Nur Mashitoh
kasihan Gendhis..beruntunglah nanti yg dpt jodoh Gendhis
Nur Mashitoh
Gala jodohnya Gendhis nih..sama² hatinya suci
Nur Mashitoh
pantaslah klo Lintang ga berjodoh dgn Gendhis yg sholeha karna Lintang punya sisi liar yg terpendam
Hera
👍🏻👍🏻👍🏻
Ruzita Ismail
Luar biasa
⚘Senja
alur critanya mirip sinetron india "Anandi". ini menurutku ya kakak.
Afida Punya Hayat
bagus, ceritanya menarik
Sandisalbiah
penyesalan itu emang dari dulu selalu gak patuh dgn peraturan krn dia selalu datang terlambat dan sayangnya sampe sekarang gak ada yg bisa menegurnya buat sadar... hadehh.. lintang.. terima nasib aja deh...
Sandisalbiah
nah lo... sakit gak tuh... kamu yg menabur angin lintang, maka kamu yg akan menuai baday... tinggal nunggu karma buat si geby...
Sandisalbiah
karma mulai mereyap mendekat kehidupan lintang.. hemmm... selamat menikmati.... hubungan yg diawali dgn yg salah dan kebohongan juga hanya berlandaskan nafsu yaaa.. endingnya begini... rumah tangganya kacau...
Sandisalbiah
simalakama gini mah....
Sandisalbiah
nah.. makan yg kenyang hasil karya mu lintang... biar warga tau semua kebobrok kan mu... enak aja mau ngikat Ghendis, gak rela Ghendis diambil cowok aini... situ waras.... dasar kang selingkuh...
Sandisalbiah
thor.. enaknya si lintang ini kita ceburin ke kawah merapi yuk... udah egois, songong pula... pengen tak pites itu org...
N. Mudhayati: 😆😆😆 setuju bangeeet kakak.... 👍👍
total 1 replies
Sandisalbiah
pengecut berkedok pahlawan bertopeng kamu Lintang.. banci yg berkaris atas dukungan Lintang tp kamu bagai kacang lupa akan kulinya... jd gak sabar pengen lihat karma apa yg akan kamu terima karena tega menyakiti gadis yg tulus seperti Ghendis
Sandisalbiah
gak gampang buat nyembuhin luka hati pak dosen... se enggak nya perlu waktu dan kesabaran... semangat pak Gala... obatin dulu luka hati Ghendis baru rengkuh hatinya...
enokaxis_
bagus
Noer Anisa Noerma
lanjuuutttttt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!