Lihat Aku Sekali Saja

Mendengar penuturan Filio tentu saja membuat Asinta beserta kedua orang tuanya sontak kaget. Bukan kaget karena perihal perceraian Filio dengan Asilla tetapi mereka kaget karena Filio akan menikahi Asinta dengan statusnya yang sudah berbeda.

"Honey apa kamu tidak senang?" tanya Filio karena melihat raut wajah Asinta yang biasa-biasa saja, seharusnya setelah mendengar penuturan Filio ia akan bersorak sorai tetapi ini seperti orang bingung.

Asinta beserta kedua orang tuanya saling memandang dengan perasaan bingung.

Hmmm

Filio berdehem karena tidak mendapati jawaban dari siapapun.

"Honey apa sebaiknya kita tunda saja dulu pernikahan kita? maksudku------, "

"Iya Nak apa yang dikatakan Sinta ada benarnya. Kalian baru saja resmi bercerai jadi biarkan dulu," timpal Mira memotong ucapan Asinta.

"Nak Filio selesaikan dulu permasalahan dengan keluarga, bagaimana kalian melangsungkan pernikahan jika tidak direstui keluarga? bagaimanapun putri kami harus diakui di keluarga Nak Filio, apalagi kalian sudah dikaruniai seorang putra," ujar Farhan juga menentang keinginan Filio untuk menikahi putrinya saat waktu dekat.

Mendengar pengakuan dari ketiganya Filio tersenyum seperti mengejek. Ia sudah tau apa jawaban dari ketiganya yang tidak secara langsung menolak dirinya karena satu hal.

"Hmmm apa karena statusku yang beda saat ini kalian menolak diriku?" Filio sengaja menanyakan hal itu.

Mendengar pertanyaan Filio sontak saja membuat ketiganya saling memandang dengan perasaaan cemas.

"Bu-bukan begitu honey, aku sangat mencintaimu," jawab Asinta sedikit terbata.

"Jadi apa alasanmu untuk menunda lagi, kasian Moses. Apa selama ini tidak cukup untuk Moses merasakan kekurangan kasih sayang diantara kedua orang tuanya?" ujar Filio.

"Honey ada alasan lain untukku, aku tidak ingin hubungan kamu dengan keluarga putus hubungan gara-gara kamu menikahiku. Atas dasar apa keluargamu tidak menyukai diriku yang jelas-jelas sudah memberikan putra penerus keluarga Januar tetapi mereka tidak pernah menganggapku bagian dari keluarga mereka hiks hiks....." Lirih Asinta sembari terisak.

Mendengar penuturan Asinta bukannya membuat Filio terharu tetapi malah sebaliknya.

"Baiklah jika begitu," ujar Filio tidak ingin memohon karena ia sendiri sudah tau apa maksud dari semuanya.

...******...

Di Mansion

"Sayang ayo makan," bujuk Lyodra kepada Moses.

"Tidak Oma, Moses hanya mau makan dengan Mama Sila. Kapan Mama Sila pulang Oma? Moses sangat rindu Oma hiks hiks....," tangis Moses memecah keheningan.

Lyodra tidak tau lagi berkata-kata karena bujukannya tidak ada gunanya lagi. Moses tidak dapat dibohongi lagi.

"Sayang kita harus bagaimana lagi?" lirih Lyodra kepada Farres yang baru bergabung di meja makan.

"Ada apa lagi sayang?" tanya Farres.

"Moses sayang, sejak tadi pagi tidak mau makan selalu mencari Sila terus," ungkap Lyodra.

"Moses sayang sini sama Opa," bujuk Farres kepada Moses yang tengah menangis di meja makan.

"Opa bawa Moses ketempat Mama Sila. Moses rindu Mama Sila Opa," adu Moses kepada sang Opa.

"Iya Nak, Opa pasti akan bawa Moses ketempat Mama Sila tetapi Moses harus makan dulu. Apa Moses mau lihat Mama Sila sedih jika Moses sakit? akibat Moses tidak makan?" ujar Farres.

"Tidak Opa, Moses tidak ingin sakit karena Mama Sila pasti ikut sedih," jawab Moses dengan polosnya.

"Jika begitu Moses makan yuk sama Oma," bujuk Farres.

"Oma tolong suapi Moses. Moses ingin makan agar Mama Sila tidak sedih melihat Moses," cicit Moses dengan polosnya.

"Baik sayang," jawab Lyodra tentu saja sangat senang.

Lyodra suap Moses sampai nasi dalam piring itu tak tersisa. Sehingga membuat keduanya menyunggingkan senyuman kebahagiaan.

...******...

Di tengah malam Filio keluar dari ruang kerjanya. Filio memiliki beberapa restoran berbintang pribadi di beberapa kota. Tetapi tidak ada yang mengetahuinya, ini semua dari hasil kerja kerasnya selama menjadi CEO perusahaan JANUAR GRUP.

Sepanjang malam ia selalu terbayang dengan Asilla bersama si kembar. Hatinya terketuk ingin memasuki kamar Asilla untuk pertama kalinya.

Ceklek

Pintu kamar milik Asilla dibuka. Filio terdiam sembari memejamkan mata menghirup aroma yang menenangkan dari sisa-sisa tubuh Asilla.

Karena penasaran Filio membuka lemari berukuran kecil. Sehelai benang kain pun tak tersisa didalam sana. Sorot matanya menangkap benda yang berada di paling bawah lemari. Ia raih benda itu ternyata itu adalah bingkai foto pernikahan mereka.

Ia bawa foto itu di kasur milik Asilla. Di pandangnya foto mereka berdua saling menebar senyum.

"Kau sangat cantik sekali ketika senyum seperti ini," gumam Filio memuji paras cantik Asilla, entah itu dalam alam sadar atau tidaknya hanya dia yang tau.

Diambilnya satu bingkai foto lagi, itu adalah foto mereka sekeluarga dengan ketiga putra-putri mereka. Di sana ketiga bocah itu saling menebarkan senyuman.

"Gaby, Abel," gumamnya dengan dada sesak sembari mengusap bingkai foto itu.

Merasa lelah ia membaringkan tubuhnya di atas kasur milik Asilla. Ia peluk guling kesayangan Asilla sembari menghirup aroma yang tertinggal.

"Aroma ini," gumamnya seperti pernah menciumi aroma yang langka baginya tetapi sayangnya ia tidak mengingat hal itu.

...******...

Di rumah Candrawinata

"Pa apa kamu sudah tau dimana keberadaan Sila?" tanya Mira kepada Farhan.

"Belum ada tanda-tanda Ma," jawab Farhan sembari menghirup kopi pahit buatan sang istri.

"Uh dasar anak tidak tau diri, main menghilang saja," gerutu Mira tidak menyukai apa yang dilakukan Asilla.

"Sepertinya mereka kabur ke luar negeri, tetapi di negara mananya Papa juga tidak tau," ujar Farhan karena ia tau jika Asilla lebih menyukai luar negeri dibandingkan masih berada di wilayah Indonesia.

"Kita harus cepat mengetahui keberadaan mereka Pa sebelum semuanya terlambat," kata Mira dengan raut wajah masamnya.

"Iya Ma tenang saja karena tidak mungkin Filio akan mencarinya," imbuh Farhan dengan sikap tenangnya.

"Filio pasti tidak tetapi Tuan Farres beserta Nyonya Lyodra tidak akan tinggal diam Papa. Papa tau sendiri keluarga Januar sangat menyukai bahkan menyayangi Sila," ungkap Mira dengan nafas turun naik karena sangat membenci hal itu.

"Kamu benar Ma," sambungnya sembari memijit ujung keningnya.

Tak tak tak

Tiba-tiba Asinta datang langsung menghempaskan tubuhnya di sofa.

"Kamu kenapa lagi sayang?" tanya Mira melihat gelagat Asinta yang seperti ada masalah.

"Mama tau tidak dia ke luar negeri tanpa memberitahukan Sinta terlebih dahulu, dasar!" Umpat Asinta.

"Apa kalian ada masalah?" tanya Mira sedikit khawatir.

"Kemarin-kemarin hubungan kami sempat ada cekcok," ungkap Asinta.

"Sayang kamu harus hati-hati, jangan lepaskan dia," ingat Mira kepada putri kesayangannya.

"Entahlah Ma, Sinta pusing," jawab Asinta tidak semangat.

Hmmm

"Apa tindakanmu kepada ajakan Filio ingin menikahimu?" ujar Farhan.

"Entahlah Pa," jawab Asinta.

"Pokoknya kamu jangan gegabah, buat apa kamu menikah dengan dia lagi? dia sudah dibuang oleh keluarganya sendiri," ujar Mira tidak ingin Asinta menerima lamaran Filio.

"Tentu saja Mama," ungkap Asinta dengan raut wajah cemberut.

Tanpa diketahui oleh mereka seseorang tanpa sengaja mendengar percakapan mereka.

...******...