Sikap dingin pengabaian yang berlangsung begitu lama dari tunangannya membuat seorang gadis bernama Iris takut dibuang hingga dirinya bersikap kasar, keji dan obsesi atas nama cinta kepada setiap wanita yang mendekati tunangannya sampai pada akhirnya itu membawanya dan keluarganya kepada kematian.
Di saat terakhir kematiannya, akhirnya terlihat jelas tatapan dingin benci dari tunangannya dan disadarinya jika cintanya adalah sepihak dan bodoh, tapi semuanya terlambat kini hanyalah penyesalan. Dewa yang kasihan dengan Iris memberikannya kehidupan ketiga untuk penebusan dosanya dan kebahagiaannya.
Di kehidupan barunya, Iris mencari tumpukan emas dan menyebarkan rumor palsu tentang kekasih palsunya di dalam pertunangannya demi pembatalan pertunangan. Anehnya bukan pembatalan diterima, tapi malah perasaan yang pasang surut dan manis pahit terikat melalui pembuktian cinta pangeran. Akankah perasaan Iris yang ditutup kembali terbuka? Akankah Iris bahagia?
Chasing Gold And Avoid The Prince
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurliza eri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Teman Masa Kecil dan Perjalanan
Di sisi lain di waktu yang sama di taman yang besar dan luas Iris menikmati waktu minum tehnya sendirian tanpa tau jika rumor aneh telah menyebar di sekitarnya dan bahkan hingga keluar dari rumah besar yang disebut mansion. Iris menikmati waktu tehnya seraya menulis rencana kehidupan santai bergelimang hartanya untuk beberapa tahun yang akan datang. Pertama Iris merencanakan untuk tidak menemui sang pangeran dan tidak lagi mengganggunya, kemudian dia berniat mencari guild informasi terkenal dipasar gelap tempat di mana kehidupan sebelumnya dia membuat permintaan membunuh seseorang gadis suci yang sedang naik daun atas kemampuan yang dimiliki untuk membangun bisnis yang di masa yang akan datang meledak populer dikarenakan digunakan oleh seorang artis teater yang memiliki suara emas.
"Nona, maaf telah mengganggu waktu minum teh Anda,"
"Tapi, tuan Duke Beelz datang berkunjung,"
"Apa Anda ingin menemuinya?" tanya seorang pelayan dengan kepala tertunduk
"Katakan padanya untuk menemuiku langsung di taman dan sajikan teh yang baru serta jamuan kue untuk tamu penting," Jawab Iris tanpa pikir panjang setelah sekian lama tidak mendengarkan nama keluarga yang pernah menjalin hubungan baik dengan dirinya sebagai seorang sahabat dekat dimasa lalu
Tidak lama setelah pelayan itu meninggalkan Iris, sosok laki-laki tinggi berambut perak lengkap dengan sarung tangan dan seragam rapi seorang bangsawan dengan lencana lambang keluarga rubah terlihat jelas di pakaiannya. Sosok laki-laki berambut putih itu melambaikan tangan ke arah Iris dari kejauhan di sambut dengan senyuman rindu oleh Iris. Setelah tepat di hadapan Iris, sosok laki-laki itu mengambil punggung tangan Iris dan memberikan ciuman dan tatapan menggoda dengan seringai, kemudian berkata "Iris, sudah lama tidak bertemu dengan dirimu kamu jauh lebih cantik dari sebelumnya,"
"Aku dengar dari kakakmu, jika kamu baru saja sembuh dari sakit, sekarang bagaimana keadaanmu? Dan ini aku bawakan bunga yang mirip cantiknya denganmu,"
"Terima kasih atas perhatiannya Luke dan bunganya, aku sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, hanya saja aku masih belum bisa berjalan keluar rumah," ucap Iris sambil menerima bunga Pansee coklat yang mirip dengan warna rambutnya
Iris menerima bunga itu dan menyerahkan kepada pelayan yang berada di tempat itu untuk langsung meletakkan bunga diberikan ke dalam vas bunga. Setelah Iris menyerahkan bunga kepada pelayan Iris dan Luke duduk berhadapan, Iris sesaat tenggelam ke dalam lamunannya membayangkan jika kehadiran sosok teman masa kecilnya dan keluarga yang selalu bersama di masa lalu seperti saat ini, jika dia tidak mengejar sebuah cinta bertepuk sebelah tangan pasti saat ini dia bisa sangat bahagia dengan hal sesederhana ini di taman.
"Iris, kenapa kamu melamun? Apakah ada sesuatu yang mengganggumu? Atau kamu masih merasa demam atau sakit?" tanya sosok di depannya dengan kening berkerut sambil bangkit dari kursi untuk bisa langsung memeriksa kondisi Iris
Iris yang tadinya berada di dalam lamunannya langsung tersadarkan, setelah merasakan dahinya menempel dengan dahinya Luke hingga dia bisa melihat jelas wajah tampan yang sejak kecil bersama dengan dirinya. "Syukurlah tidak demam lagi, tapi Iris apa kamu sungguh tidak merasakan sakit di suatu tempat? Katakan padaku tidak perlu menahan sakitnya,"
"Karena kamu selalu bersikap seperti orang yang kuat dan berdiam diri sejak kecil,"
"Itu membuat aku sedikit khawatir," ucap Luke dengan helaan nafas dan senyuman pahit
"HOHOHO... Luke kamu terlalu berpikir berlebihan, aku selalu menjadi diriku yang aku inginkan bukan yang kamu pikirkan," ucap Iris dengan kipas tangan yang menutupi setengah wajahnya untuk menutupi ekspresinya
Iris sendiri masih berada di bayang-bayang masa lalunya sebelum diberikan kesempatan untuk melakukan penebusan dosa. Dia merasa hal ini bukan harus dia ceritakan pada siapapun terutama sosok teman masa kecilnya yang saat ini berada di depannya.
"Baiklah, aku mengerti,"
"Iris, aku mendengarkan rumor jika kamu sudah lama tidak berkunjung ke istana kerajaan untuk menemui pangeran,"
"Apakah kamu sudah bosan dengannya? Atau kamu bertengkar dengannya?" ucap Luke sambil menatap cangkir teh yang ada di tangannya
"Eh? Aku dan pangeran baik-baik saja hanya saja sudah aku katakan bukan aku masih di dalam masa pemulihan,"
"Keluar rumah saja tidak bisa, bagaimana bisa aku pergi ke istana kerajaan yang jaraknya jauh dari wilayah keluargaku," ucap Iris dengan senyuman yang kaku
Iris dengan cepat mengalihkan pembicaraan ke topik lain, supaya Luke tidak khawatir ataupun curiga jika dia sedang menjauhi sosok tunangannya. Pembicaraan Iris dan Luke berlangsung hingga sore hari, tanpa di sadari membuat rumor baru di antara para pelayan di kediaman tersebut mengenai cinta masa kecil lebih unggul dibandingkan dengan cinta pandangan pertama.
Keesokan harinya, Iris yang sudah merasa cukup berjalan-jalan di dalam rumah memutuskan untuk diam-diam keluar dari rumah untuk menjalankan rencana yang telah direncanakan olehnya yaitu hidup dengan harta bergelimang. Tapi, bahkan sebelum rencananya berhasil di jalankan tiba-tiba seorang pelayannya masuk mengantarkan teh dan camilan siang melihat Iris mengikat seprai di balkon kamar.
"Nona, apa yang anda lakukan? Nona jangan terburu-buru memutuskan untuk mati walaupun sangat pangeran belum juga mengunjungi anda sampai hari ini," ucap sang pelayan yang langsung meletakan baki dan berlari ke arah sang nona dengan menggenggam erat bahu Iris
"Aku sama sekali tidak berniat mati Rena,"
"Dan tolong tenangkan dirimu dengan benar," ucap Iris yang telah lemas di goyang oleh sang pelayan
"Maafkan saya nona," ucap Rena dengan kepala yang tertunduk
"Tidak apa-apa, tapi Rena jika kamu menyumpahi aku mati bukankah kamu sangat tidak sopan pada majik-"
"Hiks... Maafkan saya nona, aku sama sekali tidak ada niat semacam itu," Sela Rena dengan gemetaran sambil berlutut mengingat sebelum Iris sakit dia sering memukul seorang pelayan yang tidak sopan
"Akan aku maafkan kalau kamu merahasiakan aku keluar rumah diam-diam sekarang," ucap Iris dengan seringai licik dijawab dengan anggukan oleh Rena dengan cepat tanpa pikir panjang
Iris dengan cepat langsung turun melalui seprai yang telah diikat sebelumnya, kemudian mencari celah lobang yang tidak jauh dari kamarnya dan telah ada sejak dia masih kecil untuk keluar rumah. satu langkah kecil berhasil dilakukan oleh Iris membuat Iris merasa lega, langkah selanjutnya dia pergi ikut menumpang dengan kereta kecil yang menampung orang-orang yang ingin berpindah dari kota ke ibukota yang memakan perjalanan hingga dua jam setengah di dalam perjalanan ini Iris sambil bergumam, dia membuka-buka buku catatannya.
"Setelah ini, aku hanya perlu pergi ke pasar gelap dan menemukan guild informasi itu,"
"Hanya guild itu satu-satunya yang kompeten dalam menjalankan banyak pekerjaan dan bersikap netral,"
Chasing Gold And Avoid The Prince