Bagaimana rasanya, jika kalian sebagai seorang anak yang di abaikan oleh orangtuamu sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemana Perginya Adira
"Ini hadiah yang Pak Johan titipkan untuk Adira." ujar salah seorang tukang bersih-bersih sekolah Adira. Kebetulan, rumahnya berdekatan dengan rumah Pak Johan.
"Wah, makasih Pak Dim. Kakek pesan apa?" tanya Adira antusias.
"Dia bilang, Adira harus pakai dress tersebut untuk acara ulangtahunnya yang akan di adakan minggu depan." Jawab Pak Dim.
"Makasih ya Pak, mana warnanya kesukaan ku lagi." seru Adira setelah membuka paper bag yang diberikan Pak Dim.
Adira pulang dengan hati bahagia, sebelumnya dia juga mampir ke toko buku. Untuk membeli beberapa komik dan juga novel cinta.
...🍁🍁🍁🍁🍁...
Bu Mar datang ke rumah, untuk bekerja seperti biasanya. Namun, dia melihat mobil Ella masih ada di garasi. Sedangkan Afandi mobil Afandi sudah tidak ada. Jadi dia menduga, jika di rumah masih ada Ella.
Saat Bu Mar ke dapur, dia terkejut melihat keadaan dapur bak kapal pecah. Banyak barang-barang sudah berpindah ke lantai.
Bu Mar, langsung berlari ke kamar untuk ngecek kondisi Ella. Karena untuk jam 10 Adira dan Vania pasti sudah berangkat sekolah.
"Bu," panggil Bu Mar dari balik pintu.
Setelah beberapa kali memanggil, Bu Mar memberanikan diri untuk membuka pintu kamar. Untungnya, tak di kunci.
Setelah memastikan Ella tidak ada di kamar. Bu Mar akhirnya menelpon Ella.
"Halo Bu, anda di mana ya? Kok gak ada orang di rumah? Pintu rumah juga gak di kunci."
"Aku di rumah sakit, nemenin Vania. Semalam dia pingsan. Pak Afandi juga di sini. Di rumah cuma tinggal Adira. Mungkin, dia sudah ke sekolah."
"Sepertinya Adira juga sudah ke sekolah Bu. Soalnya dia sudah gak ada di rumah."
"Baiklah, Bu Mar, siapkan makanan untuk Adira saja. Mungkin kami belum bisa pulang."
"Baik Bu."
Tak lama kemudian, Bu Siti datang. Bu Mar, juga membantu Bu Siti untuk membersihkan area dapur. Apalagi, dia masak tidak terlalu banyak.
"Biar aku ambil baju kotor kamar Adira. Sekaligus membersihkannya." ujar Bu Mar setelah membersihkan area dapur. Sedangkan Bu Siti melanjutkan membersihkan ruang tamu.
"Loh, kok seragam Adira masih disini. Tasnya juga." gumam Bu Mar menatap seragam yang digantung dibelakang pintu.
Bu Mar, langsung melihat baju-baju Adira dan melihat ponsel yang selalu Adira bawa. Walaupun ke sekolah.
Melihat ada beberapa baju yang hilang. Bu Mar langsung panik. Dia berlari turun untuk menemui Bu Siti.
"Siti, bagaimana ini? Adira gak sekolah. Mungkin dia telah meninggalkan rumah." ujar Bu Mar dengan sedikit gemetar.
"Kamu bilang apa sih Mar, jam segini dia masih sekolah." ujar Bu Siti memasukan baju kotor ke mesin.
"Gak Bu Siti, tas sama bajunya masih ada di kamar. Terus baju-bajunya ada yang udah gak ada di lemari. Juga, lemarinya sedikit berantakan. Kita semua kan tahu, kalau soal baju di lemari, Adira sangat rapi?" jelas Bu Mar.
"Yang benar? Ayo." Bu Siti ikut panik dan menarik Bu Mar kembali ke kamar Adira.
"Bagaimana ini? Sepertinya Adira beneran pergi. Tas ransel yang biasa di pakai Adira untuk menginap fi rumah Pak Johan juga hilang." seru Siti memeriksa seluruh kamar Adira.
"Sepertinya, semalam terjadi pertengkaran hebat. Semoga ada orang baik yang melindungi Adira. Apa jangan-jangan Adira ke rumah Pak Johan? Atau kita telpon Pak Afandi aja? Selama ini, sepertinya Pak Afandi mulai dekat dengan Adira." cerocos Bu Mar.
"Halo Pak." sapa Bu Mar setelah panggilannya dijawab.
"Ya Bu, ada apa? Mungkin malam ini kami gak pulang. Karena Vania, minta kami untuk ke apartemen. Karena dia ingin suasana baru. Bu Mar tolong tidur di rumah ya, jagain Adira." ujar Afandi dari balik telpon.
"Vania sudah keluar dari rumah sakit ya Pak."
"Nanti sore baru bisa keluar. Karena harus menghabiskan infus, lagian dia hanya sedikit stress juga kecapean."
"Anu Pak, ada yang ingin aku katakan. Sebenarnya Adira gak ada di rumah."
"Kalau jam segini, Adira memang gak di rumah Bu. Dia pulang jam tiga nanti. Makanya, tolong Ibu tetap tinggal ya." sahut Afandi.
"Adira sepertinya pergi dari rumah Pak, dia gak ke sekolah. Seragam sama buku-bukunya masih ada di tempat. Juga, ada beberapa baju yang gak ada di lemari."
"Apa? Sejak kapan? Coba Bu Mar ke sekolah. Atau Bu Mar telpon guru kelas Adira. Bu Mar masih simpan nomornya kan?" ujar Afandi sedikit panik.
Bu Mar pun menuruti perkataan dari Afandi. Setelah menelpon ke sekolah. Mereka mengatakan jika hari ini Adira tidak ke sekolah. Namun, mereka dapat pemberitahuan dari temannya Ifana. Jika Adira lagi kurang sehat.
Bu Mar langsung mengambil ponsel Adira untuk mencari nomor Ifana. Namun, ponsel tersebut tidak bisa dibukanya, karena menggunakan sidik jari dan pendeteksi wajah.
"Bagaimana ini Bu Siti, apa kita ke sekolah Adira saja, untuk bertemu temannya." tanya Bu Mar was-was.
"Coba telpon Bu Ella atau Pak Afandi lagi Bu Mar." perintah Bu Siti.
"Hallo," Afandi langsung menjawab pada deringan pertama. "Bagaimana Bu?"
"Dia tidak sekolah Pak. Tapi, mereka dapat keterangan dari teman Adira, jika hari ini Adira kurang sehat." jelas Bu Mar.
"Ibu tolong ke sekolah ya. Aku gak bosa ninggalin Vania. Dia terus menerus meminta kami agar jangan kemana-mana."
"Baik Pak." balas Bu Mar mematikan ponselnya.
...🍁🍁🍁🍁🍁...
"Apa aku pulang aja ya Bu?" ujar Afandi.
"Gak usah Yah, Adira pasti ke rumah Ayah Johan. Lagian mau kemana lagi sih. Jika bener dia kabur dari rumah. Biarin aja, lagian berapa hari sih dia mau hidup di luar." seru Ella menyuapi Vania.
"Mungkin ini semua salahku Bu, harusnya aku sebagai Kakak harus bisa lebih bersabar."
"Kamu gak salah sayang. Adira memang harus di tegasin. Kamu jangan pikir macam-macam ya. Fokuslah pada kesehatanmu." ucap Ella.
Akhirnya Afandi mematuhi ucapan Ella, mungkin benar jika Adira ke rumah Ayahnya.
Sorenya harinya, mereka semua sudah menuju apartemen sesuai permintaan Vania. Mereka sama sekali tidak memikirkan Adira. Bahkan untuk memastikan benar atau tidak adanya Adira di rumah Johan.
Di tempat lain, Bu Mar sudah menemui Ifana saat pulang sekolah, dan Ifana mengatakan jika semalam Adira menyuruhnya untuk mengabarkan pada guru kalau dia kurang sehat. Dan menurut penuturan Ifana, dari yang didengarnya, suara Adira memang seperti habis menangis. Tapi dia tidak curiga apapun, sebab dia menduga jika Adira beneran sakit.
"Kalau kamu tahu tentang Adira. Tolong hubungi nomor Ibu ya." seru Bu Mar menyerahkan nomornya.
"Kemana kamu nak? Pulang lah, Bu Mar sungguh mengkhawatirkan mu." lirih Bu Mar