Tuan D seorang Pangeran dari bangsa Drakula, ia harus menikah dengan seorang gadis dari bangsa manusia yang lahir di Bulan Purnama.
Hingga pada suatu malam, Tuan D bertemu dengan Liana. Seorang gadis cantik yang kebetulan juga lahir di bulan purnama. Saat itu Liana tengah berlari dari kejaran dua orang penjahat yang hendak membunuhnya.
Tanpa berpikir panjang, Liana meminta pertolongan dari Tuan D, karena tidak ada orang lain yang ditemuinya pada malam itu.
Akankah Tuan D mau membantunya? Adakah Syarat yang Tuan D berikan pada Liana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Moussaieff Red Diamond
Keesokan harinya pukul lima pagi, di kediaman Yuan Ye. Semua orang sangat sibuk mengurus persiapan untuk pesta pertunangan nanti. Segalanya sudah di persiapkan oleh Event Organizer tapi tetap saja mereka juga harus mempersiapkan diri sendiri untuk tampil cantik dan menawan.
Perias make up untuk acara pertunangan yang di sewa Arin adalah perias yang sudah kondang dan ternama, bahkan perias itu juga sering merias artis terkenal.
Arin di sulap sangat cantik oleh tangan mereka. Entah perias itu pesulap atau memang dia lihai melukis di sebuah kanvas yang bernama wajah.
Liana terbangun dari tidurnya yang selalu mengeluarkan suara dengkuran. Dengan mata yang masih terpejam ia bergegas mandi. Perlahan ia membuka bajunya hingga tanpa sehelai benang pun yang tersisa. Kemudian dinyalakan shower dengan pengaturan air hangat. Setelah membasahi semua tubuhnya dengan air, Liana baru membuka matanya. Ia lantas menuangkan sabun cair ke telapak tangannya dan mulai mengusapkan ke seluruh badan. Tak lupa juga ia membilasnya.
Entah kenapa mandi di hari itu membuatnya sangat rileks. Apakah karena memakai air hangat karena biasanya mandi dengan air dingin pun tak masalah baginya. Atau karena lelah menghadapi permasalah kemarin.
Setelah membilas seluruh sabun, Liana keluar kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk. Kamar tamu di lantai dua itu mempunyai kamar mandi di dalamnya sehingga tidak perlu lagi malu jika keluar hanya mengenakan handuk. Siapa yang akan mengintip di kamar itu? Karena kamarnya selalu terkunci. Kecuali Tuan D datang tiba-tiba.
Saat Liana hendak berganti pakaian, ia mulai membuka handuk dan melemparkannya ke ranjang begitu saja.
Cling
Benar saja Tuan D datang tanpa permisi. Dan tak sengaja melihat Liana. Liana dengan refleks menutupi bagian indahnya dengan tangan kiri menutupi bawah dan tangan kanan menutupi kedua gunungnya.
"Aaaaaa .... " Teriak Liana yang sangat terkejut bukan main.
"Maaf Liana aku tak bermaksud ... Maaf," ucap Tuan D kemudian menutup matanya dan berbalik badan.
"Jangan buka mata sebelum ku bilang selesai. Huh Tuan D kalau datang bilang dulu dong? Awas ya kalau ngintip!" Ancam Liana dan kemudian segera memakai Dress cantik berwarna putih.
Tuan D menurut dengan perintah Liana, Dia membelakangi wanita itu dengan mata yang terpejam. Benar-benar surga baginya, meskipun hanya sepintas tapi membuatnya malu untuk memikirkannya lagi.
"Sudah selesai, Aku sudah memakai pakaian. Tuan berbaliklah dan katakan mau apa?" ucap Liana dengan juteknya. Dia masih kesal dengan Tuan D yang datang tiba-tiba.
"Maaf ya soal tadi, sungguh itu tidak sengaja. Sebenarnya Aku kemari karena ada yang terlupakan," ucap Tuan D seraya mendekati Liana.
Liana sedang duduk di depan meja rias seraya memegangi lukanya yang terlihat jelas di pipinya. Wanita itu harus memakai bedak tebal untuk menutupi lukannya. Saat Tuan D berada di sampingnya Liana kemudian menatap pria itu.
"Memangnya apa yang terlupakan?" Tanya Liana seraya menatap Tuan D yang terlihat sangat tampan saat itu.
Matanya tak berkedip menatap pria didepannya. Tuan D membelai luka Liana di pipi yang membekas dan masih terasa sedikit perih. Seketika luka itu hilang bahkan rasa perihnya pun sudah tak terasa lagi.
Liana merasakan pipinya yang membaik, ia menyentuh tempat luka tadi dan terasa mulus seperti semula kemudian segera saja Liana menatap dirinya lewat cermin.
"Lukaku hilang?" Tanya Liana yang tak percaya.
"Kini jangan khawatirkan soal luka itu dan pakai bedaknya yang tipis saja ya, kalau tebal nanti seperti badut hehe," ucap Tuan D dengan sedikit leluconnya.
"Haha Aku tidak mau jadi badut untuk orang dewasa, sudah besar kok nonton badut. Anak kecil saja sekarang nontonnya TixTox, masak kalah si sama anak kecil hehe," balas Liana.
"Uhh kekasihku ini kalau ngelucu garing," ucap Tuan D seraya mencubit pipi Liana pelan.
"Garing tapi suka kan hehe," sahut Liana dengan tawa kecilnya.
"Ia aku suka sangat suka, apalagi liat yang tadi," bisik Tuan D menggoda nakal.
Liana dengan refleks menjewer telinga Tuan D.
"Hemm puas ya ngeliatiannya tadi, jangan di ulangi lagi ya sayang," ujar Liana sembari menjewer telinga kekasihnya.
"Ampun-ampun, tapi coba kamu ulangi, kata yang belakang,"
Liana melepaskan tangannya dari telinga Tuan D kemudian kembali ke meja riasnya dan mulai mengambil bedak. Ia sengaja menghindar karena tahu tujuan tuan D berkata seperti itu. Agar dirinya mengatakan kata 'Sayang' lagi padanya.
"Kata belakang yang mana? Jangan ulangi lagi?" ucap Liana pura-pura tidak tahu.
"Iya kata setelah itu," ucap Tuan D mengingatkan.
"Yang mana sih aku lupa," jawab Liana masih dengan alasan palsu.
"Oh iya dia kan bisa baca pikiran," batin Liana yang kemudian menatap Tuan D yang juga menatapnya.
"Hehe ... " Liana tertawa kecil sedangkan Tuan D masih menatapnya tajam.
"Mau pura-pura? Kenapa sih susah sekali untuk bilang sayang?"
"Iya nanti aku bilang, hehe ... tapi sekarang aku fokus dandan dulu ya, Tuan pergi dulu sana," usir Liana.
"Dan hilangkan panggilan Tuan, panggil nama saja atau sayang biar romantis,"
"Aku bukan orang yang romantis Tuan eh hemmm sayang, hehe. Buktinya saja pacarku yang dulu ninggalin aku," jawab Liana yang masih memoles wajahnya dengan beberapa alat make up.
"Dia bodoh meninggalkan kamu, wanita yang lebih cantik dari surga hanya untuk mendapatkan emas yang sewaktu-waktu bisa luntur," ucap Tuan D seraya mengalungkan benda cantik berwarna merah ke leher Liana.
Liana tercengang dengan benda kecil yang sangat indah itu hingga mulutnya menganga yang langsung dengan refleks ditutup dengan kedua tangannya. Bagaimana tidak ia tidak tercengang itu adalah The Moussaieff Red Diamond berukuran 5,11 karat dan harganya berkisar seratus tujuh belas milliar rupiah.
"I-ini ... untukku?" tanya Liana tergagap.
"Untukmu calon istriku," ucap Tuan D berkata dengan mantap seraya menatapnya dari cermin.
"Ini Red Diamond sangat cantik terlalu cantik, tidak cocok jika ini mengalung di leherku," ucap Liana seraya memegang kalungnya.
"Mengapa tidak sayang, kamu lebih indah dari berlian ini. Percaya atau tidak Aku membelinya dengan usahaku di dunia ini bukan dengan sihir yang aku punya. Aku sudah lama menantimu sampai akhirnya aku menemukanmu lagi," ucap Tuan D
Liana menatap Tuan D dengan penuh pertanyaan, memangnya apa pekerjaan pria drakula ini di dunia. Dan seberapa kaya pria dihadapannya ini. Yang paling membuatnya tak mengerti kenapa Tuan D selalu mengatakan menantinya? Apakah dulu Liana pernah bertemu dengannya.
"Perlahan suatu saat jika waktunya telah tiba, akan ku jawab semua pertanyaan di pikiranmu itu. Tapi tidak sekarang, saat ini yang perlu kamu tahu. Aku mencintaimu Liana," Tuan Drakula menjawab pertanyaan yang ada di pikiran Liana tanpa wanita itu menanyakannya.
Tuan D meraih tangan kanan Liana dan menciumnya kemudian memintanya untuk segera melanjutkan riasannya.
"Udah jangan liatin aku terus, sana lanjutin ngriasnya,"
Tetapi Liana masih terus menatap Pria itu. Ia tidak pernah menatap secara jelas seperti saat ini, mungkin saat itu ada rasa takut dalam dirinya.
Tetapi begitu Liana menatapnya dari dekat, wanita itu sangat terpukau dengan kesempurnaannya. Ada sisi menarik yang pria itu miliki, garis rahang yang sempurna membuatnya tergoda dalam sekian detik.
"Terimakasih, terimakasih untuk penantian mu dan untuk cintamu," ucap Liana seraya memegang rahang Tuan D.
Tuan D menjawabnya dengan anggukan kecil dan senyuman kemudian menghilang.
Whuuus